Spirit Ramadhan di Luar Bulan Ramadhan

0
448
- Advertisement -

Kolom Zaenal Abidin

Webinar Seri V sekaligus penutup dari seluruh rangkaiaan Webinar Ramadhan Mubarak yang diselenggarakan atas kolaborasi Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, Literasi Sehat Indonesia, Klinik Budhi Pratama, RS. Sandi Karsa Makassar, dan Bakornas LKMI HMI, dengan tema kegiatan: “Siap Jiwa dan Raga untuk Berpuasa.” Karena itu pula, pada malam ini kami mengangkat topik: “Menghadirkan Spirit Ramadhan di Luar Bulan Ramadhan.”

Nara sumber yang akan mengantar dan menemani kita berbagi: 1. dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc., Sp.GK., akan menyajikan judul: “Menghidupkan Pola Makan Ramadhan di Luar Ramadhan.” 2. Dr. Taufan Maulamin, SE.Ak., M.M., dengan judul: “Menghidupkan Ibadah Ritual dan Sosial Ramadhan di Luar Ramadhan.”

Topik dan judul di atas tentu sangat menarik sebab sebagian dari umat Islam itu selalu merasa kehilangan atau ditinggal bulan penuh rahmat, ampunan dan pembebasan ini ketika bulan tersebut akan berakhir. Bahkan ada yang seakan-akan bertanya kepada Allah; “Kenapa sih Allah tidak sekalian menjadikan bulan Ramadhan sepanjang tahun agar kita dapat beribadah, berpuasa sepanjang tahun?” Tentu saja kalimat ini bukan bermaksud untuk menggugat Allah, melainkan karena adanya perasaan kurang maksimal dalam beribadah dan berbenah diri selama sebulan Ramadhan.

Pada saat Tarawih malam terakhir misanya, tak jarang kita menyaksikan jamaah meneteskan air mata, merasakan rindu yang dalam karena akan ditinggal sang kekasih yang belum tentu dapat bertemu kembali. Ada yang merindukan shalat tarawih, tilawah 30 juz, ada juga yang merindukan saat berbuka bersama keluarga. Macam-macam rasa rindu bermunculan. Karena itu, sangat wajar bila umat Islam berdoa, bermunajat kepada Allah agar diberi umur panjang agar dapat dipertemukan kembali dengan “kekasihnya” pada tahun berikutnya.

- Advertisement -

Puasa Ramadhan adalah puncak dan penyempurna dari seluruh puasa yang telah dijalankan oleh umat-umat terdahulu. Seperti halnya ajaran Islam secara keseluruhan  juga merupakan puncak dan penyempurna dari ajaran Allah yang telah diturukan kepada umat-umat sebelumnya. Memang puasa dalam Islam tidak secara khusus bertujuan untuk kesehatan, sebab Al-Qur’an sendiri dengan tegas menjelaskan bahwa tujuan utama diperintahkannya puasa adalah untuk menjadikan orang mukmin makin dekat dan makin taat kepada Allah, yakni bertakwa. Namun demikian, tentu saja Allah Maha Mengetahui bahwa kondisi sehat sangat dibutuhkan oleh orang mukmin untuk mencapai derajat kemanusiaan paling tinggi itu.

Dalam pelaksanaan serial webinar tahun ini kita sudah mendapatkan banyak pengetahuan, terutama tentang puasa dalam berbagai aspeknya. Dalam webinar sendiri beberapa nara sumber telah menegaskan bahwa puasa adalah bukti dari kontinuitas ajaran agama-agama yang diturunkan Allah sebelum Islam yang dibawa Rasulullah Saw. Ditegaskan pula adanya sebuah fakta yang tak dapat diragukan bahwa puasa sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Memperbaiki kesehatan mental dan fisik manusia.

Puasa yang menurut Almarhum Cak Nur (Prof. Nurcholish Madjid) merupakan pengingkaran jasmani dan ruhani secara sukarela dari sebagian kebutuhannya, khususnya kebutuhan yang menyenangkan itu dapat menumbuhkan potensi ruhaniah dan sosial manusia. Melatih orang mukmin untuk selalu berprasangka baik kepada Allah dan rasul-Nya, serta kepada dirinya sendiri, yang semuanya itu bermanfaat bagi perbaikan kesehatan mental dan fisik. Bahkan bukan hanya manusia, hewan pun lebih sering memilih berpuasa untuk penyembuhan penyakit yang dideritanya.

Pada kenyataannya, Islam tidak hanya mengajarkan puasa wajib Ramadhan, yang hanya satu bulan dalam setahun. Islam pun mengajarkan beragam puasa sunnah. Ada puasa sunnah tahunan, yaitu enam hari pada bulan Syawal (dikenal puasa Syawal). Ada  bulanan, yakni puasa Ayyamul Bidh (setiap tanggal 13, 14, 15 bulan Hijriyah). Ada pula pekanan, yakni puasa Senin – Kamis, dan juga ada harian (selang sehari) yakni puasa Nabi Dawud. Dan ada puasa sunnah lain karena tiba-tiba ingin puasa. Demikian halnya shalat lail, tilawah, berbuka bersama keluarga, semuanya dapat dilakukan di luar Ramadhan. Jadi, bagi umat Islam yang berdoa agar Allah menghadirkan Ramadhan sepanjang tahun, sebetulnya Islam sendiri telah memberikan jawabannya.

Tentang derajat kemanusian paling tinggi, dengan sebutan takwa di atas, yang menjadi tujuan utama puasa, tentu saja tidak serta merta seseorang bisa mendapatkan tanpa pembuktian. Karena itu pada akhir ibadah puasa umat Islam diperintahkan untuk mengeluarkan zakat fitra. Sekalipun manusia terlahir suci, namun tetap saja diperintahkan untuk mengeluarkan zakat pribadi dengan tujuan pensucian diri. Maknanya adalah untuk membantu memberi makan masyarakat yang kekurangan makan, fakir miskin dan anak yatim. Di luar zakat fitra yang diperintahkan di dalam bulan Ramadhan masih ada zakat harta yang wajib dikeluarkan. Ada pula infak dan sedekah. Artinya, dari segi kerinduan akan ibadah sosial pada bulan Ramadhan, Islam pun masih menyediakan jawaban atas kerinduan tersebut di luar Ramadhan.

Nah, bagaimana polah hidup, pola makan, serta ibadah ritual dan sosial, selama Ramdhan dapat kita amalkan di luar Ramadhan? Mari kita dengar dan bertukar pikiran dengan nara sumber atau dengan sesama peserta malam ini.

Terakhir, atas nama penyelenggara serial webinar saya ingin menyampaikan terima kasih  banyak kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya Webinar Ramadhan Mubarak 1443 ini. Terima kasih kepada rekan-rekan inisiator (dr. Pras, dr. Wita, Bang Amir Pane, dr. Wahyudi), penyelenggara, panitia (dr. Jamal, dr. Fahmi, dr. Gilang,   dr. Hakim, Andi Mukramin Yusuf, Risky, dll), nara sumber, moderator, host setia kita add. Syaris, sponsorship (PT Kimia Farma, PT. Phapros, PT. Otsuka, danTic Barber House). Dan juga secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada media pendukung (MIC TV, www.pinisi.co.id, www.sadargizi.com), serta rekan-rekan jurnalis yang selalu setia mengikuti dan mewartakan hasil webinar Ramadhan Mubarak 1443 H.

Semoga kita semua mendapatkan keberkahan, rahmat, ampunan, dan kemerdekaan dari apa neraka di dalam bulan Ramadhan ini, dan selanjutnya dapat dipertemukan kembali Ramadhan Mubarak berikutnya dengan spirit Ramadhan yang bersinambung.

Selamat Idulfitri, 1 Syawal 1443 H. Minal ‘Aidin Wal Faidzin. Maaf Lahir dan Batin.
Billahit Taufik Walhidayah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here