Kolom Zaenal Abidin (insiator)
Kata pengantar webinar Seri Indonesia Sehat Hari Gizi Nasional 2023
Webinar hari ini merupakan bagian dari webinar Seri Indonesia Sehat yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional yang jatuh pada 25 januari 2023. Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama antara Yayasan Gema Sadar Gizi, LISAN, HIFDI, Departemen Kesehatan BPP KKSS, dan Bakornas LKMI-HMI.
Webinar yang akan dipandu oleh moderator dr. Putro S. Muhammad (EMT IDI-Peduli Respons) ini akan menampilkan tiga nara sumber yang ahli di bidangnya, yakni Dr. Minsarnawati, SKM, M.Kes. (Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta); dr. Galih Herlambang, Sp.A (RS. PKU Muhammadiyah Temanggung), dan Dr. Chazali Husni Situmorang, Apt, M.Sc. (Pakar Kebijakan Publik/Dosen FISIP Univ. Nasional Jakarta).
Indonesia sejak dulu dikenal sebagai negeri, gemah ripah loh jinawi. Atau di masyarakat Sulawesi Selatan, dikenal ungkapan, wanua adele na salewangeng, artinya,”negeri adil dan makmur.”
Kini sebutan tersebut mulai bergeser dan tampak kontradiksi dengan fakta di tengah masyarakat. Coba perhatikan berita terkait masalah penyakit dan masalah gizi di Indonesia. Hingga akhir 2022 dikatakan bahwa di sektor kesehatan, Indonesia masih mengalami “beban tiga kali lipat” masalah penyakit dan masalah gizi.
Beban tiga kali lipat masalah penyakit juga dikenal dengan triple burden disease. Meliputi penyakit Infeksi New Emerging, Re-Emerging seperti Covid 19, penyakit tidak menular (PTM) yang cenderung meningkat setiap tahunnya.
Sedang beban tiga kali lipat masalah gizi yang dikenal triple burden of malnutrition, meliputi: kekurangan gizi, kelebihan berat badan, dan kekurangan zat gizi mikro.
Selain dua triple burden di atas sebenarnya di Indonesia masih adanya triple burden lain, yang bisa merupakan dampak dari triple burden masalah penyakit dan masalah gizi, namun dapat pula merupakan penyebab dari dua triple burden tersebut. Triple burden yang dimaksud adalah kesakitan, kemiskinan, dan kebodohan.
Jadi sebetulnya Indonesia bukan hanya mengalami dua triple burden, melainkan tiga beban tiga triple burden sekaligus.
Kami akan menyelenggarakan dua kali webinar dengan tema yang berbeda, yakni: “Stunting” dan “Obesitas.” Dan, untuk hari ini kami angkat tema: “Stunting versus NKRI Harga Mati.”
Baik stunting maupun NKRI Harga Mati, keduanya merupakan istilah ataupun jargon yang cukup populer bagi masyarakat kita.
“Stunting” merupakan kekurangan asupan gizi yang telah berlangsung lama, sehingga dapat menimbulkan rasa perih dan ibah melihatnya. Orang Bugis-Makassar menyebut rasa perih dan ibah itu, pacce atau pesse.
Karena jika kita melihat atau mendengarkannya akan menimbukan perasaan rasa perih atau ibah atau pacce. Jadi seharusnya stunting ini mendapatkan perih, iba, pacce bagi bangsa Indonesia, terutama kepada pemerintah yang memang diberi tanggung jawab oleh undang-undang.
Sedang “NKRI Harga Mati“ merupakan jargon atau ungkapan nasionalisme dan ketersinggungan yang sangat tinggi karena melihat atau mendengar adanya sesuatu yang dianggap membahayakan NKRI. Kemudian menimbulkan rasa malu (siri’) dan kepedulian yang juga sangat tinggi untuk membebaskannya.
Nah, sekalipun “Stunting” dan “NKRI Harga Mati” ini berada pada posisi yang berlawanan, namun seharusnya saling membutuhkan. Keduanya ibarat “secangkir kopi dan penutupnya.”
Karena itu, bagi yang suka pasang tagar “NKRI Harga Mati”, saya usulkan agar jangan berhenti hanya sampai di situ. Tanggung. Sempurnakanlah menjadi, “Pengentasan Stunting di NKRI adalah Harga Mati”.
Selamat berdiskusi semoga bermanfaat. Billahit Taufik Walhidayah
Jati Asih, 20 Januari 2023