Kolom Fiam Mustamin
PERTIMBANGANYA bahwa 270 juta jiwa populasi penduduk saat ini akan terus bertambah setiap tahun.
Dan perlu terus mengembangkan tanaman lain bernilai ekonomi yang diperdagangkan.
Peningkatan produktivitas pangan dengan mekanisasi perlu bersinergi dengan kearifan lokal bercocok tanam yang sudah ada ratusan tahun lampau.
Apa itu tanaman pangan, yang kita kenal bahwa tanaman utama adalah padi yang diolah jadi beras.
Selain itu adalah tanaman jagung, umbi umbian, kacang, kedele, kemiri, gula aren dan sorqun/sagu.
Tanaman lain yang bernilai ekonomi seperti kopi, coklat, teh, cengkeh, pala, kelapa dan sawit.
Cengkeh, pala dan cendana yang konon tumbuhnya hanya di Indonesia menjadi komoditas perebutan dari bangsa Eropa; Inggris, Portugis, Belanda dan Spanyol di abad ke-16, kenapa tidak dibudidayakan.
Bagaimana Berswasembada
SECARA awam anak petani dan pernah bertani melihat bahwa ada 8 faktor variabel yang perlu dianalisis menuju swasembada pangan.
Antaranya dengan mempertimbangkan infrastruktur pertanian tentang bendungan, irigasi/pengairan, mekanisasi tanam dan panen.
Lalu dengan pemilihan bibit yang tepat pada suatu lokasi dan pupuk untuk tanaman dan kesuburan lahan.
Kemudian perlu ada penyangga yang pioritas bahwa ada pangan yang tersimpan mencukupi untuk dikonsumsi sampai panen berikutnya.
Kelebihan produksi pangan suatu daerah mensuplai daerah lain.
Pada akhirnya perlu sinergi bersama antara Pemerintah ( Kementan, BUMN) ahli pertanian dan petani untuk membicarakan hajat kehidupan rakyat.
Apakah lahan yang ada masih memadai atau perlu konversi lahan baru seperti di lereng-lereng bukit, di pesisir dekat pantai atau rawa lahan gambut.
Beranda Inspirasi Ciliwung 1 Desember 2921