PINISI.co.id- Masyarakat Balingka, Kecamatan IV Koto, Bukittinggi, Sumatera Barat, melakukan aktivitas naik gunung pertengahan Juni lalu. Kegiatan yang dilakukan secara massal ini mendaki Gunung Singgalang cukup spektakuler, diikuti 100 orang lebih. Tampak bukan hanya ada orang dewasa dan remaja, ada juga anak-anak dan orang tua yang sepuh.
Tradisi naik gunung Singgalang memang telah lama dilakukan warga Balingka, namun biasanya terbatas oleh orang tertentu dalam jumlah terbatas. Hobi ini belakangan muncul dan partisipan dalam jumlah besar, memang fenomena baru
Bagi warga yang terletak di pinggang gunung yang sangat dikenal warganya ini, ada satu keinginan bahwa mereka selama hidupnya berharap bisa naik puncak gunung, meski hanya sekali.
Gunung yang tingginya 2877 meter di atas permukaan laut ini mengundang penasaran untuk datang karena terdapat sebuah telaga dengan airnya yang tenang dan jernih. Saking bersihnya tak ada daun sehelai pun yang merapung di permukaannya. Menurut cerita warga, apapun yang jatuh ke telaga tersebut akan hilang, sepertinya ditelan ke dalam. Telaga tersebut diberi nama Telaga Dewi. Tidak jelas kenapa diberi nama demikian. Konon, telaga ini berasal dari kawah yang sudah mati atau tidak aktif.
Di samping ada telaga, terdapat pula sebatang pohon yang usianya sudah cukup tua, namun sekarang masih ada. Berdiri persis di pinggir telaga, tapi batangnya cukup kuat. Setiap warga yang sampai di puncak Singgalang merasa wajib naik pohon ini sebagai kenang-kenangan.
Menurut En, warga jorong Kotohilalang yang baru pertama kali naik Gunung Singgalang sempat memanjat pohon ini untuk diabadikan. Menurut En, ia merasa senang ikut naik gunung dan menyaksikan Telaga Dewi.
Diceritakan oleh En, ia beserta rombongan berangkat pukul 2 dinihari dan berkumpul di Patapayan. “Ada yang sampai pukul 21.00 ( jam 9 malam), kalau saya tiba jam 24.00 (jam 12 malam) karena sering berhenti,” ujar En, yang nama lengkapnya Nilnal Amal.
En mengungkap untuk naik gunung perlu persiapan di antaranya, setiap orang membawa senter untuk penerangan jalan, kemudian melengkapi bekal, obat-obatan, selimut, tikar, tenda, jaket, dan lainnya yang dibutuhkan. Tentu saja dipimpin kepala rombongan dan penunjuk jalan.
En menjelakan merasa berkesan mengikuti acara naik gunung, selain ada acara api unggun juga dari puncak gunung bisa melihat semua kampung yang ada di sekitarnya dengan jelas.
Ditanya apakah tidak takut berjalan di tengah hutan dengan ancaman binatang buas. “Alhamdulillah, selama ini telah banyak orang naik gunung, tidak ada gangguan dari binatang buas”, ujarnya.
Selain rombongan pendaki gunung Singgalang yang diikuti En, ada juga rombongan lain dari jorong Pahambatan. Rombongan ini bahkan sempat mengadakan acara menarik yaitu pertunjukan silat sebagai hiburan di dekat Telaga Dewi.
Naik Gunung Singgalang, bagi warga desa Balingka adalah aktivitas yang menyenangkan, tentu sebuah tradisi wisata yang baik.
[ Arfendi Arif ]