Terapkan Budaya Kearifan Lokal kata “Tabe Iye” (Permisi). Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Jeneponto Ajarkan Nilai Leluhur

0
1203
- Advertisement -

PINISI.co.id – TABE (permisi) merupakan budaya yang sangat indah yang ditinggalkan oleh leluhur, yang mewariskan sopan santun yang tidak hanya melalui ucapan tetapi juga dengan gerak. Bagaimanapun itu, hal ini perlu tetap dijaga karena tidak hanya diperuntukkan kepada yang muda melakukan ke yang lebih tua tetapi juga sebaliknya.

Kata Tabe salah satu kearifan lokal dapat ditemui dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam undang-undang tersebut, kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.

“Tabe” adalah sikap minta permisi untuk melewati arah orang lain, dengan kata-kata “tabe” kata tersebut diikuti gerakan tangan kanan turun kebawah dengan melihat pada orang-orang yang dilewati lalu memberikan senyuman. makna dari perilaku seperti demikian adalah bahwa “Tabe” simbol dari upaya menghargai dan menghormati siapapun orang dihadapan kita.

Sejalan dengan Keputusan Pemerintah melalui Perpres nomor 87 tahun 2017 mengeluarkan peraturan tentang penguatan pendidikan karakter. Peraturan ini dibuat dengan pertimbangan bahwa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya merupakan Negara yang menjunjung tinggi akhlak mulia, nilai-nilai luruhur, kearifan dan budi pekerti. Dikeluarkannya perpres tersebut tentunya membawa angin segar bagi terciptanya kesejukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Khususnya dalam konteks terbentuknya anak bangsa yang memilki nilai-nilai luhur atau berkarakter.

Selaras dengan visi misi MIN 1 Jeneponto Melahirkan Generasi Cerdas, Berakhlak mulia yang berwawasan lingkungan. maka melalui pelaksanaan upacara Hari Kesadaran Nasional yang dilakukan setiap tanggal 17 setiap bulannya H.M. Ramli, S.Ag.MM selaku pembina upacara, menekankan tentang pentingnya berakhlak mulia kepada sesama dengan penerapan budaya tabe iye pada lingkungan Madrasah mengingat akhir akhir ini budaya tabe kian luntur di masyarakat dan direduksi oleh perkembangan zaman, dimana penerapana ini diharapkan bukan hanya kepada peserta didik, tetapi para pendidikpun harus menjadi teladan dalam pelaksanaanya, (Senin, 17/10/2022)

- Advertisement -

khususnya pada kalangan anak-anak dan remaja. Mereka tidak lagi memiliki sikap tabe iye dalam dirinya. Entah karena orangtua mereka tidak mengajarkannya atau memang karena kontaminasi budaya Barat yang menghilangkan budaya tabe iye ini. Mereka tidak lagi menghargai orang yang lebih tua dari mereka. Mereka melewati tanpa permisi, bahkan yang sering saya temukan banyak anak-anak yang memakai kata “Broo” untuk menyapa orang yang lebih tua dari mereka, bahkan kepada orangtua mereka sendiri. Padahal sopan santun itu jika digunakan akan mencegah banyak keributan, akan mencegah terjadi pertengkaran dan akan mempererat rasa persaudaraan. Bahkan jika budaya tabe diterapkan dalam masyarakat maka tidak ada egosentris yang memicu konflik seperti tawuran pelajar, perang antar saudara, dan jika dikerucutkan kewilayah peserta didik, anak-anak yang mengenal budaya tabe iye akan berperilaku sopan dan tidak mengganggu temannya.

Budaya “Tabe’’ sangat berperan penting dalam pembentukan karakter anak dalam sifat santun dan hormat. Oleh karena Menanamkan sikap “Tabe” ini dalam menghormati orang yang lebih tua harus selalu diingat dan diutamakan . Sebab “Tabe” merupakan kecerdasan sikap yang akan membentuk dan mendidik anak-anak atau generasi muda agar tercipta Nilai-nilai bangsa yang saling menghormati.

Atas dasar itulah Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Jeneponto menganggap perlu melakukan penerapan budaya Tabe atau permisi didalam lingkungan Madrasah, Penerapan tabe ini terlihat pada saat menjemput siswa di Gerbang Madrasah.
(Lukman Hadi)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here