PINISI.co.id-Upaya penanganan Covid-19 terancam gagal akibat sejumlah kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang terkesan tarik ulur membingungkan masyarakat di akar rumput. Banyaknya otoritas di pemerintahan membuat aturan yang dikeluarkan bertabrakan satu sama lain.
Menanggapi hal itu, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla mengatakan, dibutuhkan kepemimpinan yang lebih tegas dan cepat untuk memutus mata rantai penularan wabah. “Kita sudah terlambat dua bulan mengatasi pandemi, jadi pemerintah harus lebih cepat dan tegas,” kata Kalla, dalam diskusi Webinar bersama sejumlah guru besar Universitas Indonesia yang juga diikuti PINISI.co.id, Selasa, (19/5/20).
Tema diskusi Segitiga Korona yang berlangsung sekitar 1,5 jam itu, bertolak dari tulisan Kalla di Kompas, (9/5/20) yang menawarkan solusi dalam penanggulangan wabah mematikan ini.
Kalla mengulangi uraiannya bahwa yang lebih utama sebenarnya adalah pencegahan. “Jadi segitiga korona adalah pencegahan, melawannya, dan pengobatan,” kata Kalla seraya menambahkan, penyebabnya yang harus diatasi lebih dulu baru yang lain, jangan dibalik.
“Pertama menghindari, jangan terjangkit virus dengan cara berdisiplin, diam di rumah, pakai masker, cuci tangan, yang tiap hari diucapkan dan tiap hari juga banyak yang melanggarnya,” ungkap Kalla risau.
Tak cukup hanya dengan menghindari virus, Kalla menyebut pentingnya melawan korona dengan mematikan virus itu sendiri. Ia menyarankan perlunya sterilisasi dengan penyemprotan disinfektan di ruang-ruang kota.
Kalla juga menyinggung bahwa sebagian masyararat tidak disiplin. Sudah diimbau tapi masih keluar juga. “Masyarakat disipilin jika ada sanksi hukum. Tidak cukup cuma dengan imbauan. “Lihat saja ketika orang dilarang mudik, tapi bandara dibuka, maka orang berkerumun dan banyak yang mengabaikan protokol kesehatan.
“Jadi sekali lagi kepemimpinan harus cepat dan tegas,” kata Kalla.
Selaku Ketua DMI, Wakil Presiden dua periode ini juga bingung apabila diberondong pertanyaan oleh umat. Meski pembatasan sosial, akan tetapi pasar, mal tetap ramai, sementara masjid ditutup.
“Ini bagaimana?” tanya Kalla yang tak habis pikir. [Lip]