Catatan Ilham Bintang
Mendiang pergi tanpa “pamit”. Serasa “sengaja” dalam keadaan senyap, mau tenang menghadap Ilahi Rabbi. Tak satu pun keluarga yang mengetahui secara persis pukul berapa ia mengembuskan nafas terakhir, Rabu (13/11) pagi. Perkiraannya antara pukul 07.30- 09.00 WIB.
Pagi itu, Acho, salah satu puteranya, yang tinggal serumah yang selama ini menjaga dia, melanjutkan tidur setelah semalaman begadang. Setelah terjaga, ia balik ke kamar ayahnya. Acho terkejut, Bang Muin sudah memejam mata, dingin dan kaku dalam posisi kedua tangannya bersedekap di dada. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun.
Tiada lagi Bang Muin, begitu sapaannyq yang dikenal luas di kalangan seniman, budayawan, dan wartawan. Nama lengkapnya : Abdul Muin Achmad. Selain aktif di komunitas seniman dengan pelbagai kelompok diskusi di Taman Ismail Marzuki, Bang Muin juga tercatat sebagai mantan fotografer di Majalah Tempo. Semasa hidup ia bersahabat dengan Rendra, Ikranegara, Wahyu Sihombing, Arifin C Noer- untuk menyebut beberapa nama -yang semuanya sudah almarhum.
Kami şendiri menyapanya dengan : Daeng Muin. Kami dekat sekali. Bersepupu. Ibunya dan ayah kami bersaudara. Saking dekatnya, kami merasakan dia seperti abang tertua di keluarga kami. Kakak tertua kami sendiri, H Zainal Bintang, wartawan dan politisi senior. Dari semua sepupu kami, Bang Muin memang yang paling dekat. Boleh dibilang, Bang Muin ikut berperan dalam berbagai urusan keluarga kami.
Bang Muin meninggal dalam usia 85 tahun. Sejak lima tahun terakhir kondisi kesehatanya mulai menurun. Ia lebih banyak beraktifitas di rumah. Minggu lalu sempat satu hari diopname di RS. “Kondisinya drop karena masuk angin, telat makan,” kata Yenny Riswani, putri sulungnya.
Saya menyesal tidak sempat membesuknya, karena merasa Bang Muin baik- baik saja. Namun, Rabu siang, dalam perjalanan menuju suatu tempat di Jakarta Selatan, Yenni Riswani mengirim kabar duka : Bang Muin telah tiada. Ia juga terlambat menerima kabar dan saat itu sedang dalam perjalanan menuju rumah duka. Saya menyusul kemudian dan tiba di lokasi pas almarhum akan dimandikan.
Di antara pelayat dari keluarga dan kerabat, tampak penyair terkenal Sutardji Calzoum Bachri dan Fiam Mustamin, yang merupakan sahabat kental almarhum. “Satu- satu kawan sudah berpulang,” ujar Presiden Penyair Indonesia itu. Produser film H Firman Bintang juga sudah tiba di rumah duka lebih awal. Dia juga menyesal minggu lalu mendapat halangan karena tidak sempat membesuk almarhum saat dirawat di RS. Padahal, Firman sudah merencanakan. Penyesalan sama disampaikan aktris film Jajang C Noer.
” Saya dan almarhum Arifin C Noer bersahabat dengan Bang Muin. Saya menyesal tidak memantau kondisi Bang Muin terakhir. Jajang C Noer baru mengetahui setelah saya menginformasikan di grup percakapan ( WAG) para artis senior. Semalam, Jajang meminta nomer kontak putra putri Bang Muin.
Di WAG artis senior sejak siang dipenuhi ucapa duka cita. Di hari sama, Komjen Pol (Pur) Dwi Priyanto juga wafat. Mantan Kapolda Jawa Tengah dan Kapolda Metro Jaya itu merupakan sahabat para artis senior. Cok Syimbara, Leroy Oesmani, Widyawati, Connie Sutedja, di antaranya, menyampaikan ucapan duka atas wafatnya Bang Muin. Almarhum dikebumikan Rabu (13/11) sore di TPU Karet Bivak, Jakarrta Pusat. Satu liang dengan almarhum artis film kawakan Shinta, isterinya, yang berpulang beberapa tahun lalu.
Semoga almarhum Husnul Khotimah. Keluarga yang ditinggalkan mendapat kekuatan dan keikhlasan melepas almarhum. Selamat jalan Daeng Muin.