PINISI.co.id- Virus korona yang mewabah di Indonesia sejak awal Maret lalu, kini mulai berdampak pada sektor perekonomian warga. Tak sedikit warga Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) mulai merasakan kesulitan memperoleh pendapatan, bahkan terancam pemutusan kerja.
Di Jabodetabek yang telah memberlakukan karantina wilayah terbatas membuat sebagian warga KKSS kehilangan pendapatan karena terimbas pandemi Covid-19, lebih-lebih pada pekerja informal dan karyawan serabutan.
Mukmin, pria asal Barru yang mukim di Bekasi Timur sudah tiga minggu berdiam diri di rumah lantaran kantornya meliburkan semua karyawannya. “Tidak ada order lagi. Biasanya banyak paket liburan, sekarang tak satupun orang bepergian,” ujar Mukmin, pekerja di sebuah travel di Jakarta. Ia bahkan terancam PHK jika kondisi ini berlarut-larut.
Hal pahit juga dirasakan Bachtiar. Pengemudi ojek daring yang tinggal di daerah Kelender, Jakarta Timur ini, mengeluh karena tiga minggu terakhir penumpangnya pergi satu demi satu. “Dulu saya bisa membawa pulang ke rumah 100-150 ribu sehari, sekarang cari 20.000 saja sehari susahnya bukan main,” kata lelaki asal Pinrang ini, memelas.
Ia pening memikirkan empat tanggungan keluarganya. Apalagi, kata Bachtiar sepeda motor cicilannya belum lunas.
Meskipun pemerinah DKI Jakarta menyediakan bantuan bagi pekerja sektor informal, termasuk yang rentan miskin sebesar Rp 1 juta/kepala keluarga, namun, pendistribusiannya tidak sepenuhnya mencukupi jutaan warga Ibu Kota yang terdampak pandemi Covid-19.
“Kalau ada sembako kodong dari KKSS, bagi-bagi tongi,” harap Bara Daeng Nyikko, pekerja serabutan di Pelelangan Ikan Muara Angke, Jakarta Utara. Bagi pria Jeneponto ini, beras lima kilogram sangat berarti bagi seorang istri dan dua anaknya yang masih mengontrak rumah petakan di kawasan Cilincing, Jakarta Utara.
Sebagai pencari nafkah tunggal yang menjual jasa pengaman, Bara mengandalkan pendapatan harian di pelabuhan. “Sepi sekali sekarang, banyak kantor yang tutup di pelelangan. Sudah sebulan saya ta’loko (mati kutu) di rumah, ” katanya pasrah kepada PINISI.co.id.
Nada getir serupa datang dari Muslimah, janda paruh baya yang sehari-hari berjualan segala macam kudapan dan kue di daerah Tangerang Selatan. Muslimah terpaksa menutup kedainya hampir sebulan lalu. “Jarang mi ada pembeli. Lebih banyak dagangan gak laku, jadi kukasi’ semua tetangga sisanya. Daripada rugi lebih baik saya tutup saja,” kata perempuan asal Makassar ini dalam nada pedih.
Adapun Hermansyah, sudah dua minggu tak pernah lagi masuk kerja sebagai pelayan di sebuah restoran cepat saji di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. “Restoran tutup sementara sampai wabah korona lewat,” kata laki-laki asal Maros ini.
Alhasil Hermansyah berdiam di rumah hingga ia merasa bosan hendak berbuat apa.”Kalau yang banyak tabungannya sih tak apa-apa, tapi saya kan berharap dari transportasi harian yang lumayan buat di rumah,” ungkap ayah seorang anak ini.
Mereka semua berharap wabah Covid-19 segera berlalu dan kembali bekerja seperti sediakala. [Lip]
[…] […]