PINISI.co.id- Delapan bulan pandemi Covid-19 mengurung Indonesia, namun virus korona jenis baru itu belum menunjukkan tanda-tanda berakhir.
Bahkan hingga Jumat (13/11/20), Indonesia mencatat rekor tertinggi penambahan harian kasus positif Covid-19, yaitu 5.444 kasus. Total kasus Covid-19 mencapai 457.735.
Dalam suasana itu, kabar kepastian adanya vaksin sedikit menggembirakan sebagaimana perusahaan farmasi Pfizer dan BioNTech yang buatannya terbukti mencegah orang tertular Covid-19 sebesar 90 persen.
Hasil penelitian vaksin ini melebihi prediksi yang sempat menganggap efektivitasnya hanya 70 persen sebelumnya. Pun sejumlah perusahaan farmasi lain juga pengembangan vaksinnya mendekati tahap akhir.
Meski demikian, hasil sejumlah survei di tanah air menunjukkan cukup banyak masyarakat menolak rencana vaksinasi pemerintah akhir tahun ini.
Hal itulah yang dikhawatirkan pembicara dan peserta Webinar Kesehatan dengan tema Perkembangan Terbaru Covid-19 dan Penanganannya di Indonesia, yang digelar Departemen Kesehatan Badan Pengurus Pusat KKSS, Jumat sore (13/11/20).
Pembicara itu adalah Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, SKM, Mkes, MSc, PH, Epidemologist Unhas, Dr. Andi Nusawarta, M, Kes, SpOT (K), Sport Clinic EMC Sentul, Orthopaedic Sport Injurie RS Pondok Indah Bintaro dan Dr. Arif Santoso SpP (K), Ph.D, FAPSR, dosen FK. Unhas.
Arif menguraikan riwayat perjalanan virus, sejarah vaksin hingga cara penanggulangannya. “Semua orang harus mengambil peranan untuk memutus mata rantai penularan virus korona dengan berpartisipasi melaksanakan 3 M.
“Kampanye 3M di awal-awal sangat baik, namun belakangan amsayakat mulai abai dan lalai,” sahut Arif.
Padahal kata Arif, sambil menunggu adanya vaksin, kita wajib mematuhi protokol kesehatan yang merupakan vaksin alamiah terbaik. Bisa jadi vaksin sudah ditemukan tapi virus suah bermutasi. “Nantinya kalau sudah ditemukan vaksinnya, dan bisa didistribusikan, perilaku 3M harus tetap dijalankan,” ujarnya mengingatkan.
Arif menambahkan, vaksin dan obat merupakan dua hal berbeda. “Vaksin sifatnya pencegahan dan vaksin ini memaparkan virus yang sudah dimodifikasi dan dilemahkan lalu dimasukan dalam tubuh agar tubuh bisa mengenali, Sedangkan obat digunakan untuk membunuh kumannya.
Ketua Departemen Kesehatan BPP KKSS dr. Zainal Abidin, mengatakan, webinar ini hendak memperbarui data perkembangan terkini soal penanganan Covid-19. “Yang utama sebenarnya adalah bagaimana promosi kesehatan berjalan, bagaimana masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan. Sebab upaya pencegahan jauh lebih baik. Yang berikutnya baru vaksin dan obat,” kata mantan Ketua Umum IDI ini.
Hal sama diungkapkan Dr. Halik Malik, Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pusat yang memandu acara, bahwa kedisiplinan warga sangat penting dalam mengatasi pandemi ini. “Masyakaat tidak boleh kepala batu dalam menjalankan protokol kesehatan. Selain itu, dibutuhkan ketegasan dan konsistensi pemerintah untuk penanganan pandemi,” ucap Halik.
Ketua Umum KKSS Muchlis Patahna yang membuka acara menyampaikan ucapan terima kasih atas prakarsa menghelat acara ini. “Kita sangat membutuhkan informasi terbaru mengenai pandemi Covid-19 dan cara penanganannya,” kata Muchlis,
Ia juga berharap agar hasil webinar yang digelar Departemen Kesehatan KKSS diabadikan dalam bentuk buku.
Seperti diketahui, webinar yang diikuti oleh sejumlah peserta dari dalam dan luar negeri ini sekaligus merayakan Ulang Tahun ke-44 Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan yang jatuh pada 12 November 2020. (Lip)