Paguyuban Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Berwawasan Kebangsaan

0
1948
- Advertisement -

Kolom Fiam Mustamin

BERWAWASAN kebangsaan sejak didirikan 12 Nopember 1976.

Sebelum undang-undang menetapkan bahwa setiap organisasi keormasan, profesi, kelompok/perkumpulan menetapkan asas Pancasila dan Wawasan Kebangsaan, paguyuban KKSS sudah menyerapnya dalam Anggaran Dasar dan Rumah Tangganya.

Aspirasi ini terimplementasi dalam berorganisasi untuk menciptakan ikatan persaudaraan untuk tolong-menolong dalam menciptakan kesejahteraan.

Mengaktualisasikan nilai budaya leluhur; Pangaderen/peradaban sebagai sub khasanah budaya bangsa dalam kehidupan bermasyarakat.

- Advertisement -

Organisasi kemasyarakatan KKSS saat ini berada di seluruh ibu kota Propinsi, ratusan di Kabupaten/ Kota, serta di sembilan perwakilan luar negeri (Eropa, Amerika, Asia dan Àustralia).

Dimana Bumi Dipijak di Situ Langit Dijunjung

FILOSOFI itu, menjadi pegangan hidup Pasompe/perantau orang Bugis Makassar ratusan tahun silam, Tegai Lepu Rilejja Yonroi Paranru Sengereng …

Bahwa dimana perahu berlabuh, membuang sauh/ jangkar dan menambatkantali perahunya, maka di daerah itulah memulai membangun kehidupannya.

Siapa siapakah mereka yang menjadi warga/anggota KKSS.

Paguyuban ormas KKSS namanya mencirikan identitas etnis dan suku bangsa.

Namun kewargaan keanggotaannya terbuka dan tidak tertutup ekslusif berorientasi etnis sempit.

Mereka itu adalah yang terikat karena kelahiran, asal usul biologis leluhur, ikatan perkawinan/blood meeried, pernah bemukim di tanah Bugis Makassar dan mereka yang menyerap/mengapresiasi nilai budaya Bugis Makassar dalam perilaku kehidupannya.

Bagian yang akhir ini dapat dikatakan sebagai representasi penyerapan nilai niai kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat dalam ikatan kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perekat Etnis Nusantara

CUKUP beralasan Beddu Amang, Ketua Unum KKSS tiga periode pada akhir masa jabatan pengabdiannya memprakarsai pembuatan buku Dengan judul KKSS Perekat Etnis Nusantara, tahun 2001.

Lalu apa yang perlu dilakukan oleh generasi selanjutnya saat ini ?

Membaca kehidupan politik saat ini yang merisaukan dengan munculnya paham intoleransi dan radikalisme yang memaksakan kehendak, memecah kerukunan antaranak bangsa.

Salah satu upayanya kita perlu untuk terus menerus menarasikan dan membukukan bahwa kita ini sebagai anak bangsa dalam ikatan satu persaudaraan dan kebangsaan yang majemuk dari ragam suku bangsa, agama dalam negara besar beribu kepulauan.

Leluhur pejuang telah merintis Kemerdekaan dengan darah dan jiwanya mulai dari masa penjajahan dan pergerakan kebangsaan.

Saatnya perlu menampilkan hal-hal yang berkaitan dengan ikatan kesejarahan genetis dan kultural antaretnis di Nusantara.

Seperti upaya yang telah dihadirkan oleh beberapa orang yang saya sebut sebagai Penggerak Peradaban.

Diataranya Daeng Mansur Amin dari Komunitas Sunda Kelapa Heritage di Jakarta, Daeng Gajang di Makassar Heritage, Cak Ivan Boediman di Malang dan Mas Jaya Suprana di Semarang.

Berharap menyusul di Aceh, Medan, Minangkabau, Palembang dan Riau.

Dan di kawasan Timur Nusantara: Kutai Kertanegara, Ternate, Papua, Sumbawa, Palu, Gorontalo, Buton dan Bali.

Beranda Inspirasi Ciliwung 27 Desember 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here