Raih Berkah, Raih Bahagia, Di Aksi 11042022

0
779
- Advertisement -

Kolom Jumrana Salikki

Pagi ini, 11 April 2022 para emma, mama, ibu, ayah, papa, nenek dan kakek. Kakak, tante dan om mengantar langsung atau tidak langsung anak muda baik perempuan maupun pria, berjaket almamater keluar dari kamar ke pelataran rumah, entah berjalan kaki, naik gojek ataukah angkot menuju kampus masing-masing.

Di saat senyapnya dunia, para mahasiswa akhirnya terbangun dari tidurnya. Entah itu berisiknya suasana rumah, melambungnya harga kebutuhan pokok membuat suasana bathin rumah tangga Keluarga Indonesia menjadi gelisah, waspada, frustasi. Golongan ekonomi menengahpun terimbas, apalagi yang memang lemah, tentu semakin lumpuh layu.

Betapa terdampak luar biasa. Kemiskinan permanen itu entah kapan berujung. Mengoyak dinding rumah terutama yang bergerak di sektor informal.

Atawa terlihat kapal yang tertumpangi semakin berat bebannya? Kemiringannya terasa tapi terbiarkan. Merosot pelan tapi pasti. Para penumpang seolah terhipno mantra, berjejal di kelamnya teriknya matahari di siang, dan rembulan di malam hari.

- Advertisement -

Pengharapan tersambungnya nadi kehidupan itu tersisa bagi ASN, TNI, Polri, BUMN, yang bersentuhan kerja di pemerintahan.

Tentu jika di swasta yang masih eksis, bagaimana pihak managemen melakukan penghematan sebegitu rupa.

Mahasiswa. Dikaulah penerus bangsa. Muda belia,  polos. Darahmu bisa dingin, menghangat atau  panas. Dan bahkan bisa beku. Tergantung cuaca di mana kalian berada.

Hari ini, di bulan penuh barokah ini, para orang tua, terkhusus ibu atau emmak membesarkan hatinya, mencoba menekan buncahan tangis berderai di depan anaknya. Dan bagi yang tak kuat, buncahan itu menjadi ledakan dahsyat. Buah hati yang dicintainya turun ke jalan di ibu kota. Hendak bergandengan tangan dengan teman-temannya. Menjadi pelindung yang sejatinya ia pun butuh perlindungan.

Para ibu melepas dengan ledakan  tangis. Di atas sajadah. Di tempat tidur atau di mana saja ia bersender dan bersimpuh. Memohon kepada Yang Kuasa Maha pencipta Alam ini akan perlindungan dan kasih sayangNya.

Buah hati itu, bukan hanya anak- anak yatim piatu, yatim, anak PNS, TNI, Polri, petani, hingga nelayan,  dan bahkan bisa jadi anak- anak pengambil kebijakan di negeri ini, yang lolos dari kontrol zona nyaman.

Namanya mahasiswa, darahnya akan menghangat ketika temannya ikut, ia tidak. Momentum ia ada di peristiwa heroik. Jika tidak, hanya akan dapat gelar: anak mama, bisanya di zona nyaman. Takut risiko.

Jadi yang di luar sana menyuarakan kegelisahan atas nama rakyat adalah anak-anak bangsa Indonesia, entah yang keluar dari rahim siapa. Anak- anak polos, cerdas, berkeyakinan di mana hari ini berdiri, berjalan, menyanyi dan berorasi.

Di jalan luar sana. Barikade lengkap siap menghadang. Bukan hanya teriknya matahari, haus dan dahaga, tapi juga pertaruhan hidup mati.

Entah apa di kepala sang anak, bola mata bergerak, mencari sesuatu.
Apakah ia mencari makna hidup? Di mana ia mahasiswa di tahun 2022 ini.

Logikanya berjalan menelusur lorong-lorong kehidupan. Begitu mudahnya informasi menggelinding di dentaman detik perdetik.
Di zaman ini, sesuatu yang tersembunyi dan bahkan ditutup rapat, ketika ada riak di masyarakat akan mudahnya terjawab kontan di waktu berbeda yang sangat singkat.

Alkisah, seorang yatim, baru saja menyandang gelar mahasiswa mencoba mengadu nasib di ibu kota untuk sebuah mimpinya. Berpamit. Entah apa yang ada di kepalanya.

Ketika berpamitan di rumah, mau ke mana? Sebut saja anak itu Ato lalu menjawab, mau ke kampus.

Ato menghampiri sang Bunda yang masih duduk di sajadah usai dhuha sambil meraih tangannya berpamitan.
Bunda pengganti ibunya di rantau menelisik biji mata Ato yang liar.
Ato kaget ketika mendengar pertanyaan, “ikut demo.”
Gelagap Ato.

Sang Bunda paham kalau anak ini tak mampu menutupi galaunya, dibolehkan atau tidak.

Tak banyak bicara. Ato berupaya menelisik apa lagi pernyataan sang Bunda.

Anak bertekad.

“Ya sudah. Kamu hati-hati. Jangan terpisah dari teman-temanmu. Saling pegangan erat.”

“Jaga diri baik-baik. Lindungi temanmu jika dibutuhkan.”

Keyakinannya melejit.

Bunda memberikan isyarat positif. Baginya, hidup anak ini adalah mengantarkan dalam meraih kebaikan dan keberkahan.

Diingat-ingatkanlah kehati-hatian, diperjalanan harus berlaku baik dan santun.

Bahwa polisi pun seorang ayah atau ibu
Bahwa TNI pun apalagi, seorang ayah atau ibu. Berjiwa partiotik.

Air mata Bundapun tak kuat bergelayut. Memastikan bawaan si Ato hanya dompet tentengan tersangkut di bahunya.

“Jangan lupa, baca istighfar, alfatiha dan seterusnya.”

Bahwa ratusan ribu, bahkan jutaan kisah  memenuhi ruang bathin Keluarga Indonesia sejak kemarin hingga hari ini. Buah hati berpamitan langsung atau tidak langsung, untuk turun aksi 11042022 hari ini.

Apapun dan siapapun alat negara ingat-ingatlah, bahwa buah hatimu, buah hati saudara kandungmu, buah hati keluarga besarmu juga tumpah ruah di jalan hari ini.

Saat ini anak bangsa dengan keyakinannya hendak berbicaranya dengan caranya.
Jadilah ada di tiap tinta emas tertorehkan di negeri ini. Aksi, reaksi adalah bersuaranya batin, nurani pada keyakinan utuh di sebuah jalur keutamaan pada sebuah noktah kebenaran.

Apapun keyakinannya. Apalagi jika muslim, mari bijak dalam berpikir dan bertindak. Menahan segalanya di romadhon ini, tiada kesia-siaan.

Raih berkah
Raih bahagia.

Semoga anak-anak bangsa dengan jaket almamaternya dilindungi Yang Kuasa dan Maha Kuasa atas segala yang senyap maupun yang gerak.

Begitu pula alat-alat negara, abdi negara dan pengambil kebijakan di negeri ini  diberi keindahan batin dalam bertindak. Ada masa di mana akan selalu teringat, ketika tiada. Pangkat dan jabatan tiada lagi arti. Tapi di mana bathin suci itu bertengger, kopral pun akan menjadi pemenangnya.

Damai Indonesiaku
Jaya Indonesiaku.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here