Ensiklopedia Buku Puisi Badik Aspar Paturusi di Pustaka Baca

0
2325
- Advertisement -

Oleh Fiam Mustamin

Buku kumpulan puisi ini terselamatkan dari genangan lumpur banjir baru-baru ini.  Meski selamat dari banjir buku puisi itu saya sebut Kitab Puisi tidak terhindar dari serangan rayab yang ganas.

Kitab puisi Badik yang  kukuh ini telah tergunting  halaman  bawahnya untuk memutus rantai ‘virus’ rayap yang tak terduga munculnya.

Bila kitab puisi itu saya dudukan di lemari tak terlihat bila di dalamnya sudah  cacat, namun tetap utuh teks puisinya yang tidak tersentuh machluk rayap itu, alhamdulillah.

Kitab puisi ini memuat  279 judul puisi dengan 372 halamam. Di antara puisi  itu termuat sejumlah puisi  lama yang diciptakan pada 1960, 1970, dan 1980, 1990. Yang lebih dominan adalah puisi yang tercipta tahun 2010 dan 2011 sebagaimana pengantar, Sulasmi Daeng Puji yang mewakili kita, kerabat terdekat Aspar Paturusi.

- Advertisement -

Di antara puisi itu saya mencatat 8 judul yang cukup akrab dengan diri saya antara lain, Bunda Kandung 1964,  Cipta 1971. Ibunda 1973, Ia 1975, Lakekomae 1978,  Tidurlah, tidur 1979, Sukma Laut 1984 dan Sang Maut 1984.

Makna dari syair yang tercipta itu dapat terapresiasi dari testimoni yang begitu gamblang diuraikan oleh Maman S Mahayana (Puisi Puisi Yang Menggoda).

Maman adalah kritikus sastra, dosen tetap di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Analisanya di kitab puisi Badik itu;  Aspar Paturusi (Andi Sofyan Paturusi) sudah sampai pada maqomnya sebagai penyair. Ia sama sekali tidak terjebak pada usahanya merumit-rumitkan rangkaian-larik puisinya agar terkesan canggih. 

Ia juga sudah melewati jauh golongan Penyair Romantik yang cenderung berkutat pada pengungkapan perasaannya yang diterjang cinta dan rindu dendam murahan.

Aspar telah sampai pada apa yang dikatakan Chairil Anwar sebagai menggali kata hingga ke putih tulang.

Begitupun dengan komentar penyair Taufiq Ismail, cendekiawan Mochtar Pabottingi, penyair D. Zawawi Imron dan pengamat puisi Helmi D Achmad.

Helmi memberi komentar, “Sekarang bukan jamannya lagi kekerasan. Badik akan mempunyai banyak makna jika dilihat dari hati yang berbeda.” 

Dengan hati setajam badik, kita akan selalu peduli dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Badik, satu simbol dari harga diri dan kerendahan hati. 

Pustaka Baca Warga KKSS

Kitab puisi Aspar Paturusi bersama karya/pustaka intelektual Muh Jafar Hafsah tentang pangan, demokrasi dan syair akan menjadi koleksi Pustaka Baca di lima wilayah KKSS DKI Jakarta dan sekitarnya di Depok, kota Bekasi, kota Bogor dan Tangerang Selatan.

Budaya baca dari literasi buku-buku tetap diperlukan  di samping media lainnya dalam upaya kita bersama untuk membangun pencerdasan bangsa.

Berharap dengan gagasan ini yang sudah dimulai di resto Playmaker Ophan Lamara, di Kebon Sirih, Jakarta Pusat.   Dapat direspon bersama dengan sebuah  rak buku di kedai dan warung, restoran atau di ruang tamu kantor maupun di sekretariat paguyuban.

Kepada warga yang penulis buku,  penerbit atau percetakan dan pengoleksi buku dapat menyumbangkan buku-buku koleksinya untuk keperluan Pustaka Baca tersebut.

Di sela waktu rehat 30 menit dapat digunakan untuk membaca dan membuka buku yang diminati. Semoga bermanfaat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here