Ikon Baru Desa Jangan-Jangan

0
1069
- Advertisement -

Kolom Muhammad Sadar

Desa Jangan-Jangan merupakan salah satu dari 54 Desa/Kelurahan pada wilayah Pemerintahan Kabupaten Barru. Luas desa mencapai 5.300,50 ha yang terbagi dalam 8 dusun. Jumlah penduduk mencapai 1.894 jiwa yang sebagian berprofesi sebagai petani, peternak, pekebun. Secara geografis dan agroklimat desa ini berada pada ketinggian 300 meter di atas permukaan laut dengan topografi datar, berbukit, berlembah dan bergunung, serta komposisi hutan dengan vegetasi lebat dan padat seluas 3.040 ha.

Luas dan potensi lahan pertanian meliputi sawah 346 ha,lahan kering 720 ha, lahan perkebunan 1.123 ha. Jarak orbitasi dari pusat Pemerintahan Kabupaten Barru sejauh 29 km sehingga klasifikasi Desa Jangan-Jangan tergolong tipologi desa pertanian dengan jumlah SDM petani mencapai 445 orang.

Berdasarkan peta Zona Agro Ekologi Provinsi Sulawesi Selatan (Badan Penelitian dan Pengembangan-
Kementan, 2013) bahwa Desa Jangan-Jangan dalam wilayah administratif Kecamatan Pujananting secara umum memiliki kemiringan lereng 0-8%, drainase baik, klasifikasi tanah tergolong Eutrustepts, Haplustands, Haplustepts, Haplustolls dan Haplustults. Kondisi tanah demikian direkomendasikan untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura. Suhu udara antara 21-32°c, curah hujan antara 600-2500 mm per tahun.

Pemberdayaan potensi sumber daya alam tersebut menginspirasi seorang pemuda tani yang saat ini biasa disebut sebagai Petani Milenial bernama Hasman untuk berkreasi memaksimalkan potensi alam desanya. Anak milenial ini mencoba mengawali tantangannya dengan beragribisnis komoditi Nanas (Ananas commosus). Ide dan gagasannya dimulai ketika usaha tani berpola tanam padi-palawija-bera kurang signifikan dalam memberikan kontribusi dan selisih pendapatan petani secara umum, sehingga pola tanam harus diubah ke model agribisnis diversifikasi komoditi nanas di lahan kering.

- Advertisement -

Pemuda Hasman bersama ayahnya bernama Amiruddin yang notabene sebagai ketua kelompok tani di desanya pada tahun 2019 mengambil inisiatif dan bergerak melakukan investasi senilai Rp.50 juta dengan melakukan pekerjaan land clearing seluas 1,5 ha dan pengadaan bahan tanam stek nanas sebanyak 33 ribu tunas dari Balikpapan, serta upah kerja lapangan (termasuk biaya tenaga kerja tanam pertama pemeliharaan dan mobilisasi sarana tanam) dan pengadaan sarana pupuk.

Pada tahun 2020 Hasman bersama ayahnya kembali melakukan ekspansi usaha tani nanas dengan melakukan perluasan tanam menjadi 3,5 ha. Setelah 14 bulan berlalu, pada tanggal 02 Agustus 2021 ekspektasi Hasman mencapai peak performanya dengan melakukan panen perdana nanas bersama Bupati Barru Bapak Ir. H. Suardi Saleh, M.Si dan Ibu drg. Hj. Hasnah Syam anggota DPR RI. Hasil produktivitas mencapai 20.000 biji dalam masa panen yang berkelanjutan. Hingga saat ini sudah mencapai panen generasi ke 5 dari pertanaman pertama sejak tahun 2019. Pengembangan nanas sampai semester I 2023 telah mencapai luas tanam 31,75 ha yang tersebar pada 6 dusun dengan melibatkan partisipasi aktif petani sebanyak 45 orang.

Ciri produk pertanian khususnya komoditi hortikultura yaitu cepat rusak, voluminois, musiman, produksi skala kecil/terpencar dan fluktuasi harga. Bagi Hasman ciri tersebut mampu disiasati dengan cara forcing, yaitu kegiatan mengatur pembungaan menggunakan enzim zat pengatur tumbuh sehingga buah dapat dipanen serentak dan metode forcing ini diharapkan buah nanas bisa dipanen pada waktu yang direncanakan dan rantai pasok suplay and demand buah ke pasar terus tersedia dan berkelanjutan.

Perlakuan forcing memerlukan rentang waktu 7-8 bulan untuk bisa panen kembali. Jaringan pasar nanas Hasman cukup memenuhi pasar lokal dan antar daerah dengan cara pedagang/pengepul buah mengunjungi spot pertanaman nanas di Desa Jangan-Jangan. Sebagai sala satu buah eksotik dan tropis Indonesia buah nanas mengandung komposisi kalori, aneka mineral seperti kalsium, fosfor, zinc, natrium, kalium, magnesium dan selenium. Selain mineral, buah nanas juga mengandung vitamin A, B1, B2, B6, B12, C dan K.

Selain keuntungan besar yang diperoleh dari penjualan langsung ke pengepul dan konsumen, ternyata kebun nanas milik Hasman telah didaftarkan dan memperoleh sertifikasi dari BSMB Maros sebagai kebun sumber penyedia bahan tanam stek nanas yang tentunya penghasilan besar yang akan berlipat diperoleh Hasman. Bahan tanam stek tersebut telah membantu sebagian petani untuk pengembangan nanas yang lebih luas lagi. Bahan tanam tersebut selain untuk memenuhi pasar stek nanas di tingkat lokal juga bisa melayani diluar daerah dengan skala besar dan kecil.

Peran dan dukungan Pemerintah Desa Jangan-Jangan sangat membantu Hasman dan petani nanas lainnya untuk pengembangan komoditi nanas tersebut. Salah satu konsep yang akan dikembangkan Kepala Desa Jangan-Jangan adalah hilirisasi produk nanas untuk melakukan proses olahan nanas ketika produksi melimpah. Selain upaya tersebut, Kepala Desa beserta PPL Desa Jangan-Jangan dan KTNA akan melakukan ikhtiar rintisan eksport nanas ke manca negara melalui kerjasama-kemitraan para eksportir buah. Hal ini ditunjukkan dengan pengiriman sampel produk ke salah satu eksportir nasional.

Petani milenial Hasman selama 4 tahun terakhir telah menjadi pioneer dan bermetamorfosis menjadi sebutan “Si Raja Nanas” sebagai nama kelompok taninya. Semangat dan jiwa enterpreneurshipnya menjadi inspirasi bagi petani di desanya yang mampu mendesiminasi teknologi dan inovasi budidaya nanas. Pemuda tani kreatif seperti ini perlu mendapat dukungan dan apresiasi atas pencapaiannya yang telah menjadi role model bagi pemuda sebayanya dalam pola agribisnis nanas. Atas upaya dan kerja cerdasnya ia mampu memanfaatkan potensi alam dan menciptakan lapangan kerja baru di desanya. Lebih dari itu mampu membranding komoditi nanas menjadi ikon baru Desa Jangan-Jangan sebagai desa produsen nanas terbaik di Kabupaten Barru.

Penulis, Pegawai Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten BarruIkon Baru

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here