Kolom Enggela Setiawati
Darahku berdesir hebat, mataku memerah membaca undangan yang terkirim di WhatsApp grup. Workshop penguatan literasi yang akan diadakan besok pagi di Hotel Gizella oleh Dinas Pendidikan Pesisir Selatan. Namun namaku tidak tertera disana. Ada 40 peserta yang dipilih dari satuan PAUD, SD dan SMP. Diantara 40 peserta tersebut ada 2 orang guru PAUD di luar diriku. Ada perasaan kecewa “Kenapa tidak aku salah satunya?”
Perasaan uringan-uringan ini membawa mataku tidak bisa dipejamkan. Aku raih kembali androidku, darahku kembali mendesir, tapi bukan kabar buruk lagi, tapi ini peluangku untuk bisa dapat ikut dalam workshop kepenulisan itu, ternyata kabar salah satu peserta yang terpilih workshop berhalangan datang. Segera kuhubungi peserta tersebut yang kebetulan kenal dekat dengannya.
“Uni, boleh Enggela yang gantiin ikut workshop kepenulisan besok tuh un,” tawarku. Alhamdulillah rekanku itu sangat senang sekali aku bisa menggantikannya. Pagi itu kucoba menelpon Pak Doni, koordinator acara workshop. Pak Doni memintaku untuk cari 1 orang peserta lagi. langsung terlintas dipikiran untuk menelpon bude seorang kepala sekolah TK di Kecamatan IV Jurai, beliau juga orang yang sama-sama dapat reward umroh tahun 2018 silam dalam rangka juara 1 guru berprestasi tingkat kabupaten. Beliau sangat menyetujui ajakanku dan kamipun pergi ke Hotel Gizella dengan menunggang kuda besiku.
Dalam ruangan acara sudah hadir terisi peserta. Mataku tertuju melihat narasumber telah duduk di depan podium tandanya acara akan dimulai. Diawali dengan kalam illahi, dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia raya dengan khikmat. Sesaat kemudian tibalah acara inti yang kunanti-nantikan dengan harapan menemukan jalan mewujudkan mimpiku menjadi penulis buku.
Narasumber mengawali dengan berkisah seorang penjaga sekolah bisa mencium Baitullah dengan modal salamnya. Sebuah kisah inspiratif yang diurai dengan kalimat-kalimat yang membangunkan jiwa, raga dan hati kami yang sedang tertidur. Sang narasumber adalah inspirator tangguh, penulis hebat dengan puluhan karya buku yang menghiasi ruang-ruang jiwa pembacanya lintas kota bahkan negara.
Salah satu buku karya spektakulernya berjudul “Ayat-Ayat Api” benar-benar membakar semangatku untuk membacanya. Sang narasumber dengan suara bergelombang dan berirama ini adalah Bapak Ruslan Ismail Mage, yang katanya orang Bugis yang tidak pernah berhenti jatuh cinta sama alam budaya Minangkabau.
Dua hari Bersama beliau serasa jam tanganku berputar lebih cepat dari hari sebelum-sebelumnya. Gaya Bahasa beliau mampu memberikan sinergi pada setiap nyawa yang besemayam di raga, mencharge otak yang sudah lowbat. Rasa syukur tiada tara kusampaikan kepada Sang Maha Mengatur yang telah menuliskan takdirku dilahul mahfuz di tanggal 11 dan 12 oktober 2023 saya diberikan kesempatan bertemu dengan si Mata Elang dari Pulau Sulawesi.
Kututup goresan penaku ini dengan quote, “Wahai RIM, ku kunci engkau di dalam tinta emas. Kugoreskan tulisan terbaiku dan kuterbangkan mengangkasa melampaui batas-batasnya, hingga kutemui peta Surga yang kau janjikan di ujung penamu”. Kini sayap-sayap literasi RIM menerbangkanku ke angkasa melewati taman-taman ilmu tak bertepi, mengantarkanku kemimpiku menjadi penulis buku. InsyaAllah.
Penulis, Guru TK DELIMA Pesisir Selatan