M. Anis Kaba, Penyair, Penulis, Pegiat Literasi Antitesis Rahman Arge

0
471
- Advertisement -
Anis Kaba (kanan) bersama penulis.

Kolom Bachtiar Adnan Kusuma

Kabar duka menyelimuti langit kota Makassar, tepat pada pukul 11.45 siang, Rabu 3 Desember 2024, penulis menerima telepon berkali-kali dari sahabat penulis dan sahabat almarhum M.Anis Kaba ( 82 Tahun), Yudhistira Sukatanya mengabarkan M. Anis Kaba telah wafat mendahului kita semua.

Mendengar informasi dari Kak Yudhistira Sukataya, penulis kemudian menepi di jalan sembari bertafakkur, berdoa dan kembali mengenang memori bersama seniman, penulis dan pegiat literasi Sulawesi Selatan ini. “Innalillah wa inna ilahi rajiun, Selamat Jalan M. Anis Kaba”.

Penulis pertamakali mengenal M. Anis Kaba dalam sebuah peluncuran buku Dr.H.A.A.Baramuli, S.H., Ketua DPA RI yang penulis tulis dengan pembicara Drs. M.Jusuf Kalla, Aristides Katoppo, Dr. Laode M Kamaluddin dan Prof.Dr.H.Abdul Muin Salim (Rektor IAIN Alauddin) dgelar di Aula IAIN Alauddin Makassar, tahun 2000.

Lewat forum perbukuan nasional inilah, penulis mulai beriteraksi sangat akrab dan penuh kekeluargaan. Selain M.Anis Kaba dikenal penyair, seniman, pembaca dan aktif melakukan koleksi buku-buku langka, M.Anis Kaba aktif pula membersamai penulis mendirikan sejumlah perpustakaan desa dan sekolah di Makassar, Gowa, Takalar dan Jeneponto.

- Advertisement -

Dalam perjalanan literasi penulis di Sulawesi Selatan, penulis semakin akrab karena M. Anis Kaba, Udhin Palisuri, Kak Cucut kami berempat selalu sepanggung di setiap acara launching buku maupun kegiatan perpustakaan Nasional dan Perpustakaan di Sulawesi Selatan. Ceritanya, menarik karena suatu ketika setiap usai tampil mengisi acara pada launching buku yang saya tulis maupun terbitkan, Udhin Palisuri selalu menyapa M.Anis Kaba dengan pertanyaan “ Anis, kamu mau ikut BAK atau ikut Udhin, kalau kamu tidak ikut Udhin berarti kamu tidak dapat bagian dari isi amplop honor saya baca puisi,” kata Udhin Palisuri. Mendengar pernyataan Udhin Palisuri, M.Anis Kaba lari tergopoh-gopoh sembari naik di pintu kedua mobil Udhin Palisuri yang bermerek Kijang tersebut.

Sepeninggal H.Udhin Palisuri, penulis terus tetap menjaga persahabatan dengan almarhum M.Anis Kaba dan Kak Cucut. Bagi penulis, setiap ada masalah atau kesulitan apapun yang penulis hadapi, maka tempat pelarian berdiskusi dan bertukar pikiran adalah kediaman almarhum M. Anis Kaba. Biasanya, baru saja mendudukkan pantat penulis di kursi tamunya, almarhum tiba-tiba telah hadir di depan tamunya menyuguhkan kopi susu plus biskuit era tahun 70 an. Inilah pribadi M.Anis Kaba yang selalu berusaha memuliakan tamu-tamunya tanpa membeda-bedakan.

Bagi penulis, mengenang sosok M.Anis Kaba, selain sebagai senior, kakak, ayah juga inspirator yang enggan pusing dengan kehidupan duniawi. Almarhum M. Anis Kaba boleh dibilang sahabat kental budayawan dan jurnalis senior peraih Piala Citra FFI pada 1990 yaitu Rahman Arge. Tidak salah kalau sebagian orang menyebut kalau M. Anis Kaba adalah anitesis Rahman Arge.

Salah satu kata-kata almarhum kepada penulis, sebulan sebelum wafat penulis bersama istri berkunjung ke kediaman M. Anis Kaba di Jalan Kelinci. Penulis selalu berusaha setiap bulan berkunjung ke rumah M. Anis Kaba. Selain penulis suka mengganggu dan membuat almarhum M. Anis Kaba tertawa terbahak-bahak dengan joke-joke lucu, penulis juga acapkali mengajukan pertanyaan, semakin muda Pak Anis? “ Apalagi yang mau dipikirkan Pak, dunia ini sebentar lagi kita tinggalkan, dan yang abadi adalah kehidupan akherat kelak”.

Ungkapan M. Anis Kaba yang dilontarkan kepada penulis, rupanya terbukti kalau almarhum sesungguhnya telah membuktikan kata-katanya dengan meninggalkan kita semua, tepat pada usia 82 tahun.

Benarlah puisi almarhum dalam buku bertajuk Hidayah dari Tanah Haram, Antologi puisi yang penulis persembahkan bersama beliau pada 2016 silam.

Sebuah Cermin
Cermin disudut kamar yang sepi
Malam semarak dalam mimpi
Menanti fajar hari
Dicermin bayangan berganti
Yang lalu telah pergi
Dan takkan kembali lagi
Menyisahkan kembali di cermin ini

Selamat jalan sahabat, guru dan orang tua yang selalu memberi semangat kepada penulis agar terus bergerak dan berkarya literasi di Indonesia. Sesungguhnya engkau telah membuktikan kata-kata Napoleon Hill, “ Jangan tanya apa yang engkau perbuat selama hidupmu, tapi tanyalah apa yang engkau tulis di dinding kuburmu”..

TOKOH LITERASI, PENULIS, PEMBICARA DAN PENGGERAKTOKOH LITERASI, PENULIS, PEMBICARA DAN PENGGERAK

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here