H.M. Sattar Taba, Pekerja Keras & Jelmaan Seorang Profesional

0
3087
- Advertisement -

Selama berkarier di BUMN, Sattar telah menggondol lebih 20 piagam prestasi, salah satunya adalah sebagai CEO Terbaik 2017.

H. M. Sattar Taba adalah seorang profesional tulen, dilahirkan di Makassar, 12 September 1955, dari pasangan H. Abdillah Daeng Taba dan Hj. Tuwo Daeng Asseng. Sattar kini adalah Dirut PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN), periode kedua.

Sattar 10 bersaudara, anak kelima, alumni SDN Lariang Bangi, Bawakaraeng dan SDN 41 Makassar, SMP Kartika Candrakirana dan Katolik Garuda Makassar, SMAN 1 Makassar, dan sarjana ekonomi Unhas.

Dalam buku ini digambarkan perjalanan Sattar sejak kecil; sudah ikut membantu orang tuanya, menjaga “toko Maros,” jualan rokok merek Bentoel dan Gudang Garam dan Sembako, dan memilih sibuk belajar dengan teman-temannya. Tidak banyak waktu bermain atau berleha-leha.  Sejak SD ia sudah ikut menggiling padi dan jagung hingga dini hari, esoknya, subuh dijual dan laris manis di Pasar Tradisional Jalan Terong Makassar. “Sebelum jam 06.00 sudah habis terjual hingga 10 karung, luar biasa.”

Sepulang sekolah, Sattar ikut kursus Tata Buku dan bahasa Inggris. Setelah tamat SMA 1 Makassar, Daeng Taba ingin putra kelimanya sekolah di pulau Jawa, Yogyakarta. Berangkatlah Sattar ke Yogya dengan baik kapal Pelni, dan di perjalanan ketemu dan kenalan Prof. Dr. Anhar Gonggong. Kedunya kuliah di Universitas Gajah Mada dan tetangga kamar kontrakan di kota Gudeg. Sattar pilih jurusan ekonomi dan Anhar jurusan ilmu budaya dan sejarah. Tapi Sattar hanya enam bulan kuliah di UGM. Tidak betah dan memutuskan balik ke Makassar karena Daeng Taba sudah tua, sakit-sakitan dan kiriman uang kuliah tidak selancar seperti yang dibayangkan. Untuk pulang ke Makassar pun, Sattar harus jual cincin pemberian ibunya, Daeng Asseng. “Cincin itu dijual di pasar Ular, Tanjung Priok, Jakarta,” halaman 25.

- Advertisement -

Empat Sekawan

Setiba di Makassar, Sattar mendaftar dan diterima di Fakultas Ekonomi Unhas, 1974. Selama kuliah, Sattar berkisah memiliki empat sekawan dan mereka masih aktif berkomunikasi hingga hari ini, “M. Darussalam Kadir, pengusaha swasta, tinggal di Bekasi; M. Ridwan Dani, pensiunan Bank BNI, tinggal di Makassar; M. Alwi Rasyid, pensiunan Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan, tinggal di Bekasi; dan M. Sattar Taba.

Sebagai seorang pekerja keras dan profesional, Sattar telah berkarier hampir empat puluh tahun di perusahaan negara, BUMN. Dimulai dari staf biasa hingga dipercaya sebagai Direktur Keuangan dan Dirut di PT Semen Tonasa. Sebelum balik ke Tonasa sebagai direksi, Sattar dipercaya oleh sebagai Direktur Keuangan dan Pemasaran, dan Dirut Semen Kupang. Selama di NTT, Sattar juga Ketua Wilayah KKSS NTT. Selepas dari Tonasa, Sattar dilantik sebagai Dirut KBN, sejak 2012 hingga hari ini.

Buku ini juga memuat puluhan testimoni dari tokoh, kolega, dan junior Sattar Taba.

M. Said Didu, mantan Sekretaris Kementerian BUMN, menulis, “Sattar memiliki lima modal kapabilitas dan skill: sangat detail melihat persoalan BUMN; memiliki kesabaran tinggi; kemampuan lobi yang baik; orientasi penyelesaian pekerjaan; dan paling sering mendapat pertolongan dari Allah”.

Sementara Frederik Batong, Wakil Ketua Umum BPP KKSS menyatakan, “mengabadikan diri pada organisasi sosial, saat karier di puncak, tidak semua orang bisa dan rela. Biarlah pak Sattar menjadi salah satu sosok pemberi inspirasi generasi muda bahwa karier yang tinggi itu bisa disandingkan dengan pengabdian untuk kegiatan sosial kemasyarakatan.”  

JK menulis, “Sattar adalah CEO BUMN yang teruji dan layak disebut gutu CEO perusahaan yang baik,” dan Tanri Abeng menulis, “Ternyata kekuatan utama Saudara Sattar justru pada attitude and integrity-nya.” @salehmude

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here