Oleh Fiam Mustamin
Allahu akbar … Allahu akbar …
Allahu akbar ..
Laailaha illahlah Allahu akbar Walillahil hamd …
TAKBIR itu bergemah sepanjang malam dari sejak bukà puasa akhir Ramadhan 1441 Hijriyah 23 Mei 2020.
Sehari sebelum hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 H, kami telah menyusun rencana shalat Idul Fitri, Ahad 24 Mei 2020 dengan pembagian peran di antara anak-anak yang menjadi muazin/bilal, imam dan pembaca doa.
Peran sebagai khatib dari penulis sendiri dengan rencana tema Makna Berbagi di tengah Keterbatasan.
Di tengah malam terdengar dari sound sistem persiapan shalat Ied dari tetangga rumah, keluarga mantan Ketua RT Oddang.
Kemudian kami bergabung shalat Ied berjamaah di sebekah rumah yang berbatas dinding kamar.
Di tengah pembatasan pencegahan penularan virus korona yang mematikan itu, kami tetap merindukan suasana shalat Ied berjamaah yang lazimnya dilakukan di masjid atau di lapangan terbuka.
Kenangan Masa Kecil di Kampung
SESUATU yang telah membudaya dari tradisi kebiasaan tentu tidak begitu mudah terlupakan dan tergantikan dengan cara budaya baru yang perlu disikapi dengan nalar untuk keselamatan bersama.
Di momen saat khotbah Ied disampaikan itu, mengingatkan kepada kata-kata guru yang masih terngiang bahwa pada saat itulah alam semesta di sekitar turut berdiam merunduk dari pergerakannya mendengarkan khotbah Ied itu.
Di saat khotbah itu juga terlintas memori ingatan dengan orang-orang terkasih yang sudah tiada bersama kita menjalani puasa dan bershalat Ied bersama.
Suasana keharuan itu tak terbendung hingga bersalaman bermaafan satu sama lain khususnya dengan kerabat terdekat.
Ada beberapa makna yang dapat diperoleh dari hikmah Ramadhan dalam pembatasan karena pandemi Covid-19 ini, antara lain terciptanya kesabaran pengendalian diri dan perenungan untuk melakukan hal-hal kebajikan yang memberi manfaat kehidupan bagi sesama.
Bulan ramadhan juga adalah bulan untuk berbagi materi dan ilmu yang bermanfaat bagi kehidulan dunia dan ahirat. Barakallahu fikum.
Menghindari egoisme, keserakaan yang diperbudak oleh nafsu kekuasaan untuk menimbun harta benda hanya untuk diri sendiri dan sekelompok tertentu saja.