PINTI Peringati Peristiwa Mei 98 Berharap Tercatat dalam Buku Sejarah Indonesia

0
1056
- Advertisement -

PINiSI.co.id- Dalam kegiatan napak reformasi untuk memperingati peristiwa mencekam Mei 98 yang ke 26, PINTI menerima kunjungan Komnas Perempuan pada (12/05/2024), bertempat di VOC galangan Sunda Kelapa Jakarta. Tema tahun ini
“Pelanggaran HAM dimasa lalu di Persimpangan Jalan”.

Turut hadir dalam acara tersebut Ibu Nancy Wijaya pembina PINTI Pusat, Dr Metta Agustina MARS Ketua PINTI Pusat, Yenny Rosa,SH,MH Sekertaris PINTI Pusat, Dr Widyawati MM Ketua PINTI DKI, Lindawaty Humas PINTI Pusat, Ibu Siu Lie Seni dan Budaya Pinti Pusat, Andy Yentriyani Ketua Komnas Perempuan, Mariana Amirudin Komisioner Komnas Perempuan,
Veryanto Sitohang Komisioner Komnas Perempuan, Komunitas Ngopi Jakarta dan Komunitas Aman Jakarta.

Dalam sambutannya Widyawati menyatakan salam kebangsaan kita semua merupakan suatu kehormatan bagi saya menyambut kehadiran bapak ibu saudara, teman-teman sekalian dalam rangka napak tilas reformasi ke 26 di Galangan VOC.

“Sejarah berdiri komnas perempuan diprakasai oleh Prof Saparina Sadeli, dr. G Melly Tan , Prof Tuti Herati dan diakui oleh Presiden Habibie dengan keluarnya Kepres no 181 tanggal 9 Oktober 1998,”ujar Dr Widyawati MM selaku Ketua PINTI DKI Jakarta seperti release yang diterima redaksi PINISI.CO.ID, di Jakarta, Minggu (12/05/2024).

- Advertisement -

Seperti diketahui PINTI adalah Perempuan Perhimpunan Indonesia Tionghoa yang merupakan sayap organisasi dari INTI ( Indonesia Tionghoa) PINTI berdiri pada tahun 2004 dengan surat keputusan yang dikeluarkan oleh Alm Bapak Eddy Lembong ( Ketua INTI Pusat Pertama).

Masih menurut Widyawati saat ini PINTI sudah mempunyai 10 Pengurus Daerah dan 16 Pengurus Kota yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Salah satu visi misi PINTI adalah keberagaman antar etnis,”imbuhnya.

Lebih lanjut Widyawati bilang kegiatan PINTI banyak di bidang kebudayaan, sosial, kesehatan khususnya Ibu dan anak.Beberapa kegiatan kami antara lain baksos ke berbagai tempat yang sedang terjadi bencana semisal di Sumatra Utara PINTI membuat sumur bor untuk mengatasi bencana kekeringan di Pulau Samosir.

“Kemudian di Jawa Barat PINTI membuat seminar tentang TPKS dengan KEMENPPA, di Bali bersama KEMENPPA Ibu Bintang Puspayoga bersama-sama menyelenggarakan peringatan hari ibu ke 92 tahun 2023
dan juga mengunjungi ibu-ibu veteran yang berada di Bali untuk mengenang jasa-jasa beliau,”urainya.

Ia juga menyebut setiap tahun PINTI juga berkesempatan melakukan kegiatan berbuka puasa bersama di berbagai pesantren, salah satunya dengan menyelenggarakan acara berbuka puasa bersama dengan Ibu Sinta Nuriah.

“Tahun ini kita menyelenggarakan di dua tempat, Jakarta dan Bogor dan
di bulan Ramadan tahun ini pula Kami mengadakan pertunjukan seni dan budaya serta memperkenalkan makanan khas Muslim Tionghoa di Baywalk mall pluit,”terangnya.

Tak ketinggalan tambah Widyawati sebelum tahun 2004, pada waktu terjadi tragedi Mei 98 PINTI telah banyak membantu melakukan pendampingan kepada keluarga korban tragedi peristiwa Mei.

“Saat itu Komnas perempuan selalu
bergandengan tangan dengan PINTI untuk bersama menuntaskan
peristiwa tragedi Mei 98

Tahun 2009 Ibu Hartati ( Dewan Pembina PINTI ) mendesain selendang persahabatan PINTI yang bercorak batik dengan ragam hias dan simbol-simbol yang penuh makna,” ungkapnya.

Namun demikian menurut Widyawati selendang persahabatan itu menjadi bagian dari upaya merawat ingatan publik terhadap peristiwa Mei 1998.

“Sesuai namanya, selendang itu diharapkan memperkukuh persahabatan umat manusia di Bumi Pertiwi tercinta ini,” tegasnya.

Kami mengapresiasi pernyataan dari Bapak Presiden Jokowi atas nama Negara Republik Indonesia dengan tulus telah mengakui dan menyatakan penyesalannya telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia yang berat dalam peristiwa Mei 98.

“Kami PINTI mewakili komunitas etnis Tionghoa, membuka pintu maaf selebar-lebarnya kepada para pelaku tindak kekerasan saat itu,”ungkapnya.

MEMAAFKAN bukan berarti, MELUPAKAN kita tidak boleh mengabaikan luka-luka para korban kita tidak boleh melupakan peristiwa kelam ini

Untuk itu, Widyawati mengharapkan dan menyarankan agar peristiwa Mei dijadikan bagian dari sejarah bangsa ini .

“Kami meminta agar peristiwa Tragedi Mei 98 tercatat dalam buku pelajaran sejarah di sekolah untuk mencegah agar peristiwa ini tidak terulang dimasa depan .

Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa memberikan perlindungan dan rahmat kepada Bangsa Indonesia dan Negara Republik Indonesia,” tandasnya. (Han)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here