Kolom Andi Wahida Tuan Guru Sulaiman
Di dalam ilmu Pappejeppu, dipahami bahwa roh adalah percikan cahaya yang terpolarisasi dari Nur Ilahi, sedang nyawa adalah seberkas percikan cahaya yang terpolarisasi dari Nur Muhammad, polarisasi kedua cahaya tersebut kemudian bersinergi, yang melahirkan letupan yang disebut napas.
Peranan dan manifestasi napas inilah yang kemudian menjadi inti ajaran ilmu Pappejeppu.
Dari napas tersebut kemudian memancarkan lagi polarisasi ke berbagai cakrawala, dari segala penjuru alam pemikiran manusia, yang kemudian melahirkan cabang-cabang tempat bertenggernya ilmu pengetahuan (Science), Filsafat, Ilmu Metafiska, Ilmu Mistik, dan Ilmu Mantera.
Adapun ilmu mistik dan ilmu mantera nampaknya luput dari perhatian, baik yang mendalami Ilmu Tasawuf atau Sufisme, ataupun ilmu Pappejeppu itu sendiri.
Korelasi napas yang terpolarisasi, kedalam bentuk ilmu Mistik, dan ilmu Mantera, juga memberikan inspirasi, dan analisa bahwa peranan napas pada setiap manusia telah menanamkan keyakinan tentang prinsip Seddimi To atau Tuhan hanya satu.
Karena kurangnya orang mengetahui apalagi memahami prinsip Seddimi To atau Tuhan hanya satu, padahal ilmu ini memiliki prinsip nilai filosofi tentang hidup yang sangat mendalam. Sehingga dapat meciptakan hubungan manusia dengan Tuhan.
Salah satu pengertian ilmu Pappejeppu tidak hanya berada dalam alam gaib, yang tidak memiliki wujud realita tertentu, dan hanya dapat dihayati dan direnungkan dalam aktivitas narasi manusia, tapi juga yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana mewujudkan dari alam gaib ke alam nyata menjadi sesuatu yang bermanfaat, atau sesuatu yang dapat dipetik hasilnya, dari hasil Pappejeppu yang bersumber dari pemahaman, interaksi antara manusia dengan Tuhannya.
Perbedaan lain antara ilmu Yasawuf atau Sufisme dengan ilmu Pappejeppu, dimana sebelum memasuki ajaran ilmu Tasawuf atau Sufisme, terlebih dahulu seseorang harus masuk ke dalam salah satu aliran Tariqat, katakanlah salah Satu aliran Tariqat yang dikenal di Indonesia adalah aliran Tarekat Naqsyabandiah.
Bahwa seseorang yang masuk kedalam aliran Tariqat ini, terlebih dahulu ia harus di bai’at atau disumpah sebagai bentuk kesetiaan dan kepatuhan yang mengikat dirinya terhadap Mursyid atau syaikh maupun terhadap aliran itu.
Sedang dalam menuntut ilmu Pappejeppu, seorang murid, tidak ada suatu keterikatan baik terhadap guru pembimbing maupun terhadap aliran.
Karena ilmu Pappejeppu tidak memiliki aliran, hanya satu hal yang menjadi sumpah seseorang murid terhadap gurunya adalah sang murid dilarang keras mengajarkan ilmu tersebut kepada siapapun tanpa ada izin dari guru pembimbing.
Dalam ilmu Pappejeppu, sebenarnya tidak dikenal guru dan murid, seseorang yang mengajarkan dengan menunjukkan jalan tentang tata cara Mappejepu (Memahami), itu hanya sebuah panggilan untuk berbagi ilmu.
Dari uraian tersebut diatas bila ditinjau dari segi filsafat Ontologi, ilmu ini tidak didapatkan satupun dalam bentuk sebuah naskah tulisan karena hal ini sifatnya sangat sakral.
Dan hanya dapat dibuktikan dan dirasakan serta diyakini sebagai sebuah bentuk kebenaran oleh pengamal pengamal ilmu Pappejeppu, secara turun temurun sejak dahulu kala.
Dan ilmu inilah yang membuat semakin menambah keyakinan mereka dalam mengamalkan Ilmu Pappejeppu akan kebenaran ajaran Islam, baik dari sisi Syariat maupun sisi Tasawuf (Filsafat).
Sebagaimana mereka meyakini kebenaran sudah hakiki sebelum diucapkan.