PINISI.co.id- Film Puang Bos karya sineas Adink Luwitang diputar pada Gala Premier di Epicentrum XXI, Jakarta, Kamis (7/11/2024) malam. Film dengan muatan lokal daerah Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis dengan genre romansa komedi ini sukses menghibur penonton termasuk Sekjen BPP KKSS Abdul Karim.
Karim yang didampingi Wakil Sekjen Anwar Esfa dan Sekjen KKBS Soppeng Aprial Hasfah mendorong warga KKSS di seluruh Indonesia menyaksikan film ini yang tayang pada 14 November mendatang.
“Puang Bos adalah film nasional dengan kearifan lokal Bulukumba yang layak tonton. Banyak kearifan budaya yang disajikan dengan cara menghibur, edukatif serta kisah romansanya. Jangan sampai warga KKSS ketinggalan menonton film ini,” kata Karim usai menyaksikan Puang Bos.
Sementara itu, Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha dan Wakil Menteri Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Irene Umar yang ikut nonton berharap lewat Puang Bos film nasional dengan muatan lokal dapat membumi dan mendunia.
Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno juga ikut menyaksikan, merasa puas dan kagum akan lokalitas film Puang Bos.
Film Puang Bos mengisahkan tentang pewaris satu-satunya keluarga pembuat kapal Pinisi, yang bernama Dewa Rucci. Ia tidak mau melanjutkan bisnis keluarga pembuatan kapal milik Puang Sinar yang merupakan ayahnya.
Dewa lebih asyik dengan dunianya sendiri dan cenderung motoran bersama gengnya di pelosok Bulukumba yang masih perawan.
Sementara kayu Na’nasa sebagai bahan baku kapal pinisi sedang langka. Memang dalam dunia nyata, kayu buat pembuatan Pinisi selama ini disuplai dari Kalimantan.
Sesaat Dewa Rucci bertemu kembali dengan Pertiwi, cinta masa lalunya kembali mekar. Di pihak lain, seorang wanita relasi bisnis Dewa jatuh cinta padanya. Tapi Dewa tidak ingin pindah ke lain hati.
Kekuatan film ini pada otentisitas cerita dan nilai-nilai yang dianut orang Bugis Makassar seperti harga diri tanpa merasa jumawa. Pemeran aktor lokal yang kuat, khususnya Arif Brata yang dikenal sebagai komika mampu menyegarkan suasana.
Sebaliknya aktor nasional, meski adakalanya masih terbata dalam melafalkan cangkok dan dialek Bugis Makassar secara umum berhasil mengatasinya dengan akting yang ciamik.
Dibintangi oleh Michelle Ziudith sebagai Pertiwi dan Ibrahim Risyad sebagai Dewa Rucci, “Puang Bos” juga menampilkan aktor senior Pritt Timothy yang berperan sebagai Puang Sinar, ayah tunggal dari Dewa Rucci. Pritt beradu akting dengan aktor lokal Abdul Rojak dengan sepadan.
Alhasil, elemen-elemen kisah dengan bumbu keluarga, asmara dan komedi berlatar kultur maritim seperti kekayaan kuliner, perahu, sikap masyarakatnya yang terbuka, lanskap laut menjadi keren di tangan sutradara. Meskipun jika dieksplor lebih jauh, niscaya film ini lebih menakjubkan, semisal adegan peluncuran Pinisi yang magis atau memamerkan kekayaan hidangan laut dan menelusuri atmosfer Bulukumba lebih dalam.
Intinya, Puang Bos menghadirkan cerita yang ringan dan menghibur, namun tetap memberikan nilai edukatif. Film ini menjadi salah satu yang dinantikan karena menggabungkan drama yang mengharukan dengan sentuhan komedi.
Film ini layak untuk semua usia, dengan alur cerita yang mudah dipahami dan menarik untuk ditonton bersama keluarga.
Sejauh ini sineas asal Makassar selalu sukses mengusung cerita lokal. Dari Riri Riza dengan film Laskar Pelangi yang berlatar Bangka Blitung hingga Muhadky Acho lewat film Agak Laen yang kental unsur Bataknya.
Kedua film tersebut box office dalam jumlah penonton dan mengukir sejarah perfilman Indonesia. Diharapkan Puang Bos menyusul sukses mereka. (Alif)