Catatan Muchlis Patahna
Meski belum ada hitungan resmi dari KPU, namun melalui hitungan cepat Ketua Badan Pengurus Wilayah KKSS Sulawesi Tenggara Andi Sumangerukka (ASR) jauh mengungguli lawannya.
Sebelum ASR maju secara resmi mencalonkan diri, saya sempat berdialog singkat dengannya. Saya bertanya apa motivasi Pak ASR maju sebagai Gubernur Sultra, yang notabene bukan putra daerah (Tolaki, Muna, Buton dan Marunene).
Belum lagi diterbitkan rekomendasi dari para guru besar Universitas Halu Oleo Kendari agar tidak maju karena belum ada sejarahnya orang Sulawesi Selatan yang menjadi Gubernur di Sultra.
“Motivasi saya maju sebagai gubernur karena, pertama, ingin mensejahterahkan rakyat Sultra dan membuat sejarah baru,” jawabnya.
Selanjutnya ASR pun resmi sebagai Calon Gubernur Sulawesi Tenggara. Saat proses kampanye, benar saja serangan datang khususnya dari pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur yang lain. Tentunya ini berbau SARA bahwa mereka tidak rela dipimpin oleh Ketua KKSS karena pihak penyerang beralasan memiliki ketua suku sendiri. Sementara ASR dianggap tamu di Sultra. Logikanya seorang tamu tidak boleh menjadi Gubernur di Sultra. Ini sebenarnya alasan yang klise yang suka dimainkan menjelang pilkada. Bukankah setiap warga negara berhak menjadi pemimpin di mana saja si bumi Nusantara ini?
Dan ASR telah membuktikannya. Kita harus akui, bahwa tidak sedikit warga Indonesia yang berasal Sulawesi Selatan menduduki jabatan publik, entah itu gubernur, walikota dan bupati di mana mereka bermukim, alias di luar Provinsi Sulawesi Selatan.
Kini, ASR terpilih jadi Gubernur Sultra dengan perolehan suara 53,25% versi hitungan cepat. Hal ini berarti ASR telah membuat sejarah, sebab untuk pertama kali, anggota KKSS menjadi Gubernur di Sultra. Kita tunggu pembuktian motivasi kedua yaitu memajukan kesejahteraan masyarakat Sultra.
Selamat ASR, telah mengukir sejarah baru.
Penulis, Ketua Umum BPP KKSS