Sentra Industri Sinema Layar Lebar Dari Indonesia Timur
Kolom Fachrul Muchsen
Baru saja usai hiruk pikuk beraroma coto dalam bioskop dan ini menjadi momentum tersendiri, sebuah gala premier film baru berjudul Coto Vs Konro yang rencana tayang 6 Februari 2025 mendatang bergimmick hidangan coto.
Film berbahasa Bugis Makassar menjadi pemersatu yang efektif berbuah silaturahim yang dikomandoi KKSS – Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan berhasil memicu keikutsertaan semua pihak untuk ‘kembali ke bioskop’.
Pada 2014 dimulai dengan karya beruntun sampai 2016 sineas muda Rere dan produser Hendra dengan Bombe dan Dumba2 dilanjutkan hampir tiap tahun ada yang memproduseri sampai Riri Riza pun mengenalkan lezatnya pallumara dan tradisi bosara di film Athirah, kisah heroik Bunda H.Jusuf Kalla di film tersebut.
Sampai akhir 2024, Uang Panai dan sequelnya bertengger di OTT Netflix sehingga siapapun pasti bangga saat Tumming Abu dan Anca yang berperan di film tersebut mengenalkan bahasa, budaya dan masakan khas Bugis Makassar.
Budayawan nasional dan kampiun dunia peran asal Bugis Makassar, Aspar Paturusi sangat antusias dan pasti hadir dari Mappacci sampai AmboNai karya Ancha Burhamzah yang berlatar Bugis Bone dengan 100% bahasa Bugis dengan subtitle.
“Kita ini penikmat subtitle sejak film-film daratan Tiongkok, India sampai Amerika sampai saat ini Korea Selatan dan negara lain semua pasti ada subtitlenya. Nah bedanya apa dengan film dengan bahasa Bugis atau Makassar dengan subtitle, ” ucapnya kala itu.
Menarik untuk digarisbawahi sejak 10 tahun terakhir dan intens dilakukan oleh Ketum BPP KKSS, Muchlis Patahna mengendorse malah ikut main film Solata serta memberi ucapan dan bertandatangan di surat edaran untuk film Coto Vs Konro, Badik dan nanti Solata dari Toraja.
KKSS menjadi pengampu Ekraf– Ekonomi Kreatif anak negeri perfilman dari Sulawesi Selatan
So, siapapun nanti di Februari saat Mubes yang jadi bakal ketua umumnya sejatinya ber’sahabat’ dengan insan perfilman dan mengajak para aktor dan produser yang dari 2-4 miliyar membiayai satu produksi sebagai Saudagar Bugis Makassar.
Sejak 2014 – 2024 — jadi sudah satu dekade tercatat 2-4 film setahun sehingga kumulasi sudah edar dan tayang 30an judul dan menyusul ada 10 judul lagi berbagai genre sekadar menggarisbawahi saja dari genre film anak remaja, drama keluarga sampai horor.
Ini adalah potensi yang bermuara pada dunia mengenal budaya dan kearifan lokal orang Bugis Makassar dengan kapurung dan sarabbanya sampai bermuara para dunia yang akan mengakrabinya sebagai budaya pop kekinian.
Film Bugis Makassar & Diaspora
Film juga jadi duta budaya tidak hanya tarian dan musik. Anda pasti pernah merasakan Mappacci ini jadi judul film dan sangat dinikmati apalagi Uang Panai yang sangat related dengan yang sudah berkeluarga.
Bayangkan saja Anda yang sudah lama jadi diaspora Korea Selatan, Amerika Serikat entah di New York, Fransisco atau LA, London, Norwegia, China atau yang masih dekat ASEAN pasti akan suka kalau film-film bernuansa Bugis Makassar tayang di Sarawak, Kuching atau Singapura atau KL yang dikenali dengan perkampungan Bugisnya.
KKSS dapat mengambil bagian dan berperan serta mengekspor film-film tersebut dan tradisi yang baik dengan menerbitkan surat edaran ke BPW seluruh Indonesia dilanggengkan siapapun ketuanya.
Potensi diaspora diseluruh pelosok negara menjadi duta budaya dengan film sebagai literasi audiovisualnya sekaligus sebagai obat pelipur lara masakan atau minuman kesukaan atau sekedar ingin berbahasa Bugis?
Bagaimana menurut tha’ ….Mariki siraturahim di bioskop dengan prioritaskan tonton film Bugis Makassar.
Penulis, adalah pengagas DemiFilm Makassar & DFI-DemiFilm Indonesia