Siri’ na Pesse dan Daya Hidup KKSS

0
178
- Advertisement -

Kolom  Zaenal Abidin

Siri’ na pesse (Bugis) atau siri’ na pacce (Makassar) merupakan dua kata yang memiliki arti penting bagi KKSS dan warga KKSS. Itulah sebabnya mengapa panitia mengangkatnya menjadi tema pada Musyawah Besar (Mubes) KKSS XII di Makassar, 12, tanggal 9 hingga 11 April 2025 mendatang. Kedua kata ini saling mengisi dan melengkapi sehingga pengucapan, penulisan, dan penggunaannya sering dipasangkan. Selain siri’ na pesse, dalam bahasa Bugis terdapat pula nilai sumangeq dan ininnawa, yang juga memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan ber-KKSS.

Siri’ na Pesse

Dalam buku, “Manusia Bugis,” Christian Pelras mengutip pandangan Hamid Abdullah berkaitan dengan siri’. Menurut Hamid Abdullah, “Dalam kehidupan manusia Bugis-Makassar, siri’ merupakan unsur yang paling prinsipil dalam diri mereka. Tidak ada satu nilai pun yang paling berharga untuk dibela dan dipertahankan di muka bumi selain siri’. Bagi manusia Bugis-Makassar, siri’ adalah jiwa mereka, harga diri mereka, dan martabat mereka. Sebab itu, untuk menegakkan dan membela siri’ yang dianggap tercemar atau dicemarkan oleh orang lain, maka manusia Bugis-Makassar akan bersedia mengorbankan apa saja, termasuk jiwanya yang paling berharga demi tegaknya siri’ dalam kehidupan mereka.”

Siri’ (rasa malu, harga diri, kehormatan) bukan lagi semata-mata urusan pribadi yang sifatnya personal dan spontan, melainkan lebih dari itu, ia dapat dirasakan bersama-sama dalam bentuk kesetiakawanan sosial. Siri’ secara positif dapat menjadi motor penggerak utama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan mendorong tercapainya prestasi sosial. Itulah sebabnya kata Pelras, banyak intelektual Bugis cenderung memuji siri’ sebagai bentuk kebajikan dan mencela penerapan siri’ yang salah sasaran.

Siri’ sering sejalan dengan pesse. Pesse atau lengkapnya pesse babua (babua = perut), berarti ikut merasakan perih atau rasa sakit yang mendalam di dalam perut sendiri. Hal ini mengindikasikan dimilikinya perasaan, empati, setiakawan yang mendalam terhadap kerabat, handai tolan, tetangga, kaum, sesama anggota kelompok, termasuk sesama anggota atau warga KKSS yang mengalami penderitaan. Mengalami bencana, kekeringan dan kelaparan, menderita stunting, sakit keras, kekurangan biaya kesehatan, ketiadaaan biaya pendidikan, ketiadaan tempat berteduh, dan seterusnya.

- Advertisement -

Masih menurut Pelras, pesse berhubungan dengan identitas, yang merupakan pengikat anggota kelompok sosial, seperjuangan, dan sperantauan. Karena itu, seharusnya pesse pun menjadi pengikat bagi seluruh anggota atau warga KKSS di mana pun berada. Konsep siri’ dan pesse dapat digunakan sebagai kunci untuk memahami berbagai aspek perilaku sosial orang Bugis-Makassa. Sekalipun perilaku tersebut tampak berlawanan, seperti persaingan dan kesetiakwanan.

Pepatah Bugis mengatakan, “Iya sempugi’ku, rekkua de’na siri’na, engka messa pessena”. Artinya, “Kalaupun saudara sesama Bugis (sempugi’ku) tidak menaruh siri’ atasku, paling tidak, dia pasti masih menyisakan pesee.” Pepatah yang sama di dalam bahasa Makassar, “Punna tena siri’nu, paccenu seng pakania.” Artinya, “Kalau tidak ada siri’ mu pacce-lah yang kau pegang teguh.” Tampak bahwa memang pesse atau pacce ini mendasari rasa memiliki identitas ke-Bugis-an atau ke-Makassar-an.

Sumangeq-Ininnawa

Sejarawan dan akademikus Indonesia, Prof. Anhar Gonggong dalam buku, “Lagaligo, Menelusuri Jejak Warisan Sastra Dunia,” mengatakan bahwa sumangeq (Bugis) identik dengan daya hidup. Sumangeq dipasangkan dengan ininnawa (hati nurani) yang selalu meliput di dalam diri manusia dengan kemanusiaannya.

Sumangeq-ininnawa merupakan dua daya yang menjadi kekuatan manusia untuk memanusiakan dirinya, dan juga sekaligus merupakan perekat dalam rangka mempertahankan hidup bersama sebagai bagunan warga sekaum, baik yang menetap di Sulawesi Selatan, maupun di perantauan sebagai warga KKSS.

Tanpa nilai sumangeq kata Anhar Gonggong, maka bangunan dan tatanan bersama di antara keluarga dan keturunannya akan runtuh dihempas perjalanan zaman. Karena itu, sumangeq dalam arti daya hidup, belumlah cukup tanpa ditopang oleh ininnawa.

Merujuk Wikipedia, sumangeq atau daya hidup disebut juga vitalitas (dari bahasa Latin vīta, artinya hidup) adalah kemampuan untuk hidup, tumbuh, atau berkembang. Secara lebih sederhana, daya hidup adalah sifat mempunyai kehidupan. Persepsi lain, daya hidup dianggap sebagai dorongan psikologi dasar dan komponen keinginan untuk hidup dalam filsafat.

Daya hidup dapat diartikan sebagai energi vital yang menyokong kehidupan. Secara psikologis, daya hidup diartikan sebagai keadaan bersemangat yang membuat seseorang merasa bahwa tindakannya memiliki makna dan tujuan. Sedangkan secara fisik, daya hidup diartikan sebagai perasaan sehat, mampu, dan energik.

Almarhum W,S Rendra mengatakan bahwa setiap orang harus memiliki daya hidup untuk memiliki mutu hidup. Karena itu, Rendra terkenal sebagai orang yang secara konsisten membela daya hidup manusia, yang dalam lingkup lebih luas adalah daya hidup sebagai bangsa. Sebaliknya, Rendra pun melawan yang orang kontra atau menista daya hidup, dalam hal ini sumangeq (Bugis).

Catatan Akhir

Dalam konteks KKSS, sumangeq atau daya hidup akan lebih bermakna bila ditopang oleh ininnawa atau hati nurani. Sementara keberadaan siri na pesse secara positif akan semakin memperkuat seseorang untuk berdaya tahan hidup, baik secara individu maupun sebagai bagian dari komunitas sosial untuk memanusiakan dirinya. Mengapa, penulis katakan secara positif? Sebab, siri’ dan pesse sering pula dimaknai secara negatif, dan tentu pemaknaan semacam itu perlu dihindari.

Siri’, bukan saja dapat menjadi kekuatan utama untuk bertahan hidup secara individu, tetapi juga dapat menjadi motor penggerak bagi komunitas untuk mencapai prestasi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Sementara itu, pesse pun dapat menjadi kekuatan untuk memperkuat kohesi internal kelompok dalam membangun kesetikawanan sosial.

Bagi KKSS, kekuatan nilai siri’ na pesse dan sumangeq-ininnawa dapat semakin memperkuat daya tahan hidup KKSS serta semakin merekatkan dan mempersatukan warga KKSS sendiri. Karena itu, hendaknya KKSS dan setiap warga KKSS mewarisi dan menyimpan nilai siri’ na pesse serta sumangeq-ininnawa di dalam dirinya. Semoga spirit siri’ na pesse serta sumangeq-ininnawa selalu membersamai KKSS dalam penyelenggaraan Mubes-nya, dan juga menyertai seluruh warga KKSS dalam kehidupan kesehariannya. Wallahu a’lam bishawab.

Penulis Ketua Departemen Kesehatan BPP KKSS dan Anggota SC Mubes XII KKSS

Jatiasih-Bekasi, 7 April 2025

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here