PINISI.co.id- Bupati Maros Chaidir Syam, mendorong santri-santriwati yang menimbah ilmu di berbagai pondok pesantren di Kabupaten Maros agar cakap literasi. Chaidir Syam, menegaskan pihaknya mendambakan setiap santri bisa menulis dan diterbitkan menjadi buku. Impian dan harapan Chaidir Syam, yang juga Tokoh pejabat Publik Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional ini, terbukti tatkala membuka Festival Literasi Santri di Pondok Pesantren Putra IMMIM Moncongloe, Kabupaten Maros beberapa waktu lalu yaitu memprakarsai terbitnya karya santri putra IMMIM menjadi buku novel berjudul “ Gagak dan Serigala” yang ditulis M. Raihan.
Chaidir Syam, tak sekadar diksi, tapi juga aksi, sejak 2022 telah mencanangkan Literasi Santri yang dimentori dan dijalankan Tokoh Literasi dan Ketua Gerakan Pembudayaan Minat Baca Maros, Bachtiar Adnan Kusuma berkolaborasi dengan Ketua Fatayat NU Maros Syamsidar Jamaluddin dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Maros hingga saat ini terus bergerak dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren lainnya di Maros.
Pada, Selasa, 7 Oktober 2025, Roadshow Literasi Santri menyambut Hari Santri Nasional 22 Oktober 2025, Bachtiar Adnan Kusuma, kembali memotivasi ratusan santri santriwati Pondok Pesantren Darul Muttaqin Maccopa, pimpinan K.H. Ibnu Hajar. Selain membakar semangat literasi membaca dan menulis santri juga dihadiri guru-guru dan dilengkapi dengan hadirnya Mobil perpustakaan Keliling Maros yang dipimpin Ketua Ikatan Pustakawan Indonesia Maros, Irham Bijaksana.
Bachtiar Adnan Kusuma, menggugah budaya literasi santri dengan memulai membedah apa pentingnya literasi bagi diri santri.
Menurut Bachtiar Adnan Kusuma, literasi adalah bagian sangat vital bagi seorang santri. Santri, kata penulis nasional dan Motivator minat baca ini, penting memiliki kecakapan literasi baca dan menulis. Selain menulis, kata Bachtiar Adnan Kusuma telah menjadi contoh dan teladan yang baik dan telah ditunjukkan para ulama yang berasal dari pondok pesantren.
Misalnya saja, kata BAK, Prof.K.H. Ali Yafie yang telah menulis ratusan buku, di antaranya buku Fiqhi Sosial, juga Prof. Dr. Buya Hamka, kendati telah wafat pada 14 Juli 1981, namun Buya Hamka, kata Ketua Forum Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional ini, hingga saat ini Buya Hamka masih saja tetap hidup abadi di pusaran hati umat Islam Indonesia karena karya-karyanya masih tetap beredar dan dibaca di Indonesia.
Menurut BAK, buku Buya Hamka Di Bawah Lindungan Kabah, Tenggelamnya Kapal Van Derwijk, Tasauf Moderen, Tafsir Al-Azhar, Surat untuk Ayah. Pada sisi lain, ulama dan pimpinan pondok pesantren di Maros, ada Dr.K.H. Amirullah Amri, M.A. menulis buku, Bupati Maros Chaidir Syam yang pernah nyantri di Ponpes Putra IMMIM juga telah menulis buku dan berbagai tokoh ulama Sulsel berbondong-bondong menulis buku termasuk Prof.Dr.K.H.Muhammad Faried Wadjedy, M.A., Prof.Dr.K.H.Nasaruddin Umar, M.A. Dr.K.H. Masrur Makmur Latanro, M.Pd.I. dan ulama-ulama lainnya.
Karena itu, BAK mendorong santri-santriwati Ponpes Darul Muttaqin, selain memahami pentingnya literasi ia juga langsung menggugah seluruh santri praktek menulis, dari out put tulisan santri akan diterbitkan menjadi buku karya Literasi Santri Maros.
“ Kami berharap agar Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Maros, almukarram Dr.K.H. Muhammad, M.Ag. agar di puncak Hari Santri Nasional, memberikan penghargaan kepada Bupati Maros Chaidir Syam, sebagai Pejabat Publik penggerak dan pendukung tumbuhnya Literasi Santri di Maros” kata Bachtiar Adnan Kusuma.
Sementara itu, kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Maros, Dr.K.H.Muhammad, M.Ag., menyampaikan terima kasih atas usulan serta gagasan Tokoh Literasi Bachtiar Adnan Kusuma agar pihaknya memberi apresiasi dan penghargaan kepada Bupati Maros Chaidir Syam. “ Kami akan persiapkan dan sambut baik gagasan ini” pesan Dr.K.H.Muhammad, M.Ag. (Lip)