Kolom Muslimin Mawi
Aktivis dan Pemerhati Organisasi
Jakarta, 12 November 2025.
Empat puluh sembilan tahun telah berlalu sejak gema tekad itu mengguncang ruang sederhana di suatu tempat di Jakarta, tempat dua puluh enam tokoh Bugis-Makassar-Mandar-Toraja-Massenrempulu, mengikrarkan satu cita luhur, mendirikan Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS). Dari pertemuan itulah lahir suatu kesadaran kolektif, bahwa perantau asal Sulawesi Selatan bukan sekadar pelintas jarak, melainkan pembawa nilai, pekerja peradaban dan pengukir sejarah kebangsaan.
Mereka datang dari tanah dengan falsafah hidup yang berakar kuat “siri’ na pacce” – harga diri dan empati kemanusiaan. Dalam pandangan para pendiri itu, siri’ adalah martabat yang mesti dijaga, sementara pacce adalah tanggung jawab moral untuk berbagi derita dan kebahagiaan bersama. Dua nilai ini menjadi jiwa KKSS, menyatukan yang tercerai, menguatkan yang lemah dan menuntun yang tersesat oleh arus zaman.
Kini, setelah hampir setengah abad perjalanan, KKSS bukan lagi sekadar paguyuban perantau. Ia telah menjelma menjadi organisasi sosial-budaya terbesar dan paling solid di Indonesia, dengan jaringan kepengurusan yang membentang dari Sabang hingga Merauke, dari daratan Asia hingga diaspora di mancanegara. Dalam setiap denyut pembangunan bangsa, ada kiprah dan tangan warga KKSS, baik di dunia usaha, pendidikan, pemerintahan, maupun kebudayaan.
Deklarasi KKSS tahun 1976 bukanlah bentuk nostalgia daerah, melainkan peneguhan identitas dalam kerangka kebangsaan. Para perantau Bugis-Makassar-Mandar-Toraja dan Massenrempulu memahami bahwa cinta pada tanah kelahiran tak boleh mengkerdilkan pengabdian pada tanah air. Maka lahirlah KKSS sebagai gerakan kebudayaan yang berwawasan nasional, menjadikan nilai-nilai Sulawesi Selatan sebagai kekuatan moral untuk membangun Indonesia.
Memasuki dekade kelima eksistensinya, KKSS menemukan momentum baru di bawah kepemimpinan Dr. H. Andi Amran Sulaiman, seorang putra Bugis yang dikenal sebagai pengusaha tangguh, teknokrat dan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Dari tangan beliau, organisasi ini bertransformasi menuju tata kelola yang lebih modern, efisien dan berorientasi hasil.
Andi Amran Sulaiman tidak hanya memimpin dengan wibawa seorang pemimpin, tetapi juga dengan keteladanan kerja keras. menanamkan etos “berbuat tanpa pamrih, berjuang tanpa henti”. Dalam lima tahun pertama kepemimpinannya, arah besar KKSS dipusatkan pada tiga gerakan utama: Konsolidasi dan Reformasi Kelembagaan, Pemberdayaan Ekonomi dan Pendidikan, Melalui pembentukan Satgas Ekonomi dan Satgas Pendidikan, serta Revitalisasi Nilai dan Budaya Siri’ na Pacce.
Usia ke-49 bukan sekadar angka perayaan, ia adalah momen renungan yang menuntut kejujuran dan visi. KKSS, di tengah segala kemajuan, tetap dihadapkan pada sejumlah tantangan fundamental, regenerasi kepemimpinan, kemandirian finansial organisasi dan optimalisasi data anggota agar setiap kebijakan lahir dari basis informasi yang valid dan partisipatif.
Setahun lagi, KKSS akan memasuki usia emas, 50 tahun pengabdian untuk negeri. Itu bukan sekadar tonggak waktu, tetapi kesempatan memperbarui niat dan memperteguh arah. Ke depan, KKSS diharapkan menjadi model ormas daerah yang berdaya saing nasional, berbasis budaya, berorientasi produktivitas dan berjiwa inklusif.
Dari Makassar hingga Merauke, dari Batam hingga Jayapura, dari rantau hingga tanah leluhur, KKSS tetap satu dalam jiwa dan cita, menjaga siri’, menegakkan pacce, dan membaktikan diri untuk negeri. Dan selama api itu tetap menyala di dada setiap warganya, selama itu pula KKSS akan terus menjadi mercusuar pengabdian dari timur Indonesia untuk seluruh Nusantara.
Selamat Ulang Tahun ke-49 KKSS. Teruslah menjadi rumah besar yang meneduhkan, perekat yang mempersatukan dan lentera yang menerangi perjalanan bangsa. KKSS untuk Negeri: dari nilai, untuk karya, menuju masa depan.
Eramas 2000, 12 November 2024













