Abdul Kadir Karding, Dari Trah Pegunungan Se’Ring Soppeng ke Daratan Kota

0
37
- Advertisement -

Kolom Fiam Mustamin

Mengurai perjalanan hidup dari pegunungan ke daratan kota dapat dibagi ke dalam empat tahap pergerakan besar.

Pada tahun 1950–1960-an, wilayah Sulawesi Selatan dilanda pergolakan dan kekacauan akibat pemberontakan DI/TII yang dipimpin Abdul Kahar Muzakkar, yang kecewa terhadap kebijakan pemerintahan Presiden Soekarno.

Abdul Kadir Karding adalah putra keturunan dari daerah yang mengalami pergolakan tersebut. Demi keselamatan, banyak warga terpaksa meninggalkan kampung halaman menuju daerah yang lebih aman. Pada masa inilah terjadi migrasi besar-besaran ke wilayah lain, termasuk daerah-daerah satu pulau di Sulawesi, serta ke Kalimantan dan Sumatera.

Kehidupan di Pegunungan

Di pegunungan itu terdapat daerah Se’Ring, berada di perbatasan Soppeng dan Barru (Soppeng Riaja). Kehidupan masyarakatnya bertumpu pada pengolahan lahan perkebunan dan bercocok tanam.

Lahan yang dibuka berasal dari hutan rimba yang ditebang dan dibakar berhari-hari hingga siap ditanami kebutuhan pokok seperti jagung dan padi. Lahan kebun itu disebut Dare, yang biasanya terletak di area bertebing.

Sekali dalam sebulan, masyarakat turun ke hari pasar yang berada di kampung lembah dekat jalan raya. Penduduk berjalan menuruni gunung melalui jalan setapak terjal dan menyeberangi sungai sambil memikul hasil kebun: sayur-sayuran, kacang buncis (bue), gula aren, dan pangi. Hasil ini dijual untuk memperoleh kebutuhan pokok bagi kehidupan di pegunungan.

Berinteraksi di Jakarta

Agusnawaty (Agu), istri saya, memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga besar Kadir dari Se’Ring Soppeng. Dari istri sepupu saya itulah saya mengetahui siapa saja keluarga dari Sulawesi Selatan yang bermigrasi ke Sulawesi Tengah, khususnya ke Kota Palu dan sekitarnya.

Pilihan Abdul Kadir Karding untuk melanjutkan pendidikan ke Pulau Jawa (Semarang) membuka babak baru kehidupan seorang putra Bugis yang kemudian berkiprah di elit politik nasional melalui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Saya kerap menyaksikan narasinya di DPR RI dari Fraksi PKB, serta kiprahnya sebagai juru bicara pada Pilpres 2014 untuk pemenangan pasangan Joko Widodo dan M. Jusuf Kalla (JKW–JK).

Ia pernah mengunjungi kediaman kami di dekat bantaran Kali Ciliwung, Cililitan, usai Mubes KKSS di Solo tahun 2019.

Pada kesempatan lain, saat menyunatkan putranya di Perumahan Anggota DPR RI Kalibata, ia menghadirkan keluarga besarnya dari Soppeng, Uwa Bulali yang juga masih memiliki hubungan kekerabatan dengan saya melalui ayahanda La Fiabang bin Labandung.

Kami juga pernah mengunjunginya di kantor DPR RI, Senayan, untuk suatu urusan.

Dalam struktur elit pimpinan KKSS, ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal, mengendalikan paguyuban kekerabatan berbasis Adab Sipangadereng di seluruh daerah hingga mancanegara.

Ia merupakan salah satu elit trah/wija to Soppeng yang terpilih menjadi pimpinan setelah tokoh-tokoh sebelumnya seperti Beddu Amang, Abdul Rivai, Moh. Jafar Hafsah, Anwar Hafid, dan Andi Jamaro Dulung.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here