Kolom Fiam Mustamin
UPACARA pengibaran bendera Merah Putih dan pembacaan naskah/teks Proklamasi Kemerdekaan Bangsa sebagai ritual yang mengharukan.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekuasaan dll, diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat singkatnja.
Djakarta hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta.
Mengikuti prosesi itu tak kurang peserta upacara meneteskan air mata mengenang pengorbanan jiwa raga leluhur nya dalam memperjuangkan terciptanya Kemerdekaan Bangsa yang saat ini diperingati.
Mereka-mereka leluhur pejuang itu gugur atau telah tiada untuk kemerdekaan bagi kita yang masih hidup saat ini.
Peringatan HUT Kemerdekaan saat ini kita tidak temukan seperti pada tahun tahun sebelumnya mengingat situasi pandemi Covid 19 yang mengancam kehidupan kita.
Memaknai Arti Kemerdekaan
APA yang perlu menjadi renungan dari 75 tahun usia Kemerdekaan ini (17 Agustus 1945/2020).
Sejauh mana kita sebagai bangsa dalam Kemerdekaan ini mendapatkan kehidupan Berbangsa dan Bernegara seperti yang didengunkan dan diperjuangkan oleh the founding father Bung Karno dengan Trisaktinya (berdaulat politik, kemandirian ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan).
Searah dengan itu Prof Header Nashir Ketua Umum PP Muhammadiyah menulis kritis di harian Republika 14 Agustus 2020 kolom refleksi : Indonesia Bernyawa. Dipertanyakan : … apakah Indonesia hari ini benar benar merdeka dari ketergantungan asing dan praktik kekuasaan domestik yang membelenggu?
Dan Mr. Soepomo dalam pidatonya di BPUPKI bahwa setelah merdeka kita ingin membangun Indonesia bukan raga fisik semata tetapi membangun Indonesia yang bernyawa, Indonesia yang memiliki jiwa sebagaimana bagian dari frasa lagu Indonesia Raya, bangunlah jiwanya dan bangunlah badannya.
Nyawa Indonesia termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 yang tidak tersentuh amendemen yang sangat liberal itu.
Ukuran Nasionalisme
SEBUAH gambaran nyata di masyarakat yang begitu antusias merespon kehadiran 17 Agustus dengan berbagai kemeriahan pesta rakyat dan perlombaan.
Seorang ponakan mengumpulkan tabungannya untuk pulang kampung menjelang 17 Agustus, katanya ia akan pulang Mattujubelas ( merayakan 17 Agustus).
Mereka lebih memilih 17 Agustus dari pada berlebaran di kampung.
Bentuk lain dari pernyataan nasionalisme kebangsan kita sering dengar : Aku Indonesia, aku Pancasilais, aku Cinta
Indonesia, aku membela NKRI harga mati dan setèrusnya.
Namun adakah jiwa/nyawa Keindonesiaan di dalamnya ?
Jangan hanya sebatas ucapan retorika, slogan tanpa makna dan penghayatan.
Habitat tindak lakunya nyinyir, penyebar ujaran kebencian, memecah belah persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.