Masa Kanak-Kanak Di Tengah Pergolakan Gerombolan

0
925
Masjid Tajuncu Kabupaten Soppeng yang dibangun dari donasi para perantau selain swadaya dari warga desa ini.
- Advertisement -

Kolom Fiam Mustamim

SEKITAR tahun 1960-an masih segar dalam memori ingatan keadaan tidak aman dari gangguan gerombolan di kampung.

Usai shalat subuh di masjid seringkali mendengarkan bunyi tembakan dan menyaksikan dengan kasat mata pertempuran kejar-kejaran antara tentara dengan  gerembolan yang mengacau, menjarah dan menjadikan tawanan untuk tebusan.

Pertempuran di pagi hari itu disaksikan dengan kasat mata dari desa di seberang perbukitan dan pegunungan yang tidak seberapa jauh dari kampung Tajuncu.

Kesannya seperti menonton film di layar bioskop saat ini.

- Advertisement -

Pemandangan seperti ini tidak berpengaruh bagi kehidupan penduduk yang tetap menghidupkan hari-hari pasar dan aktivitas sekolah selain penggarap ladang kebun yang perlu membatasi berhati-hati.

Seperti juga perlu berhati-hati untuk bepergian dengan jarak yang jauh dari perkampungan yang dikhawatirkan terjadi penghadangan dan penjarahan. 

Dalam lingkungan kampung sendiri untuk menjaga keamanan dari ancaman gerombolan itu,  areal perkampungan perlu dipagari berkeliling dengan memasang patok penghalang dengan memasang/ menancapkan bambu runcing, namanya sura.

Dengan begitu, penduduk kampung dapat mengantisipasi dan menghalau adanya penyerangan dadakan terutama di malam hari.

Gerembolan itu sering menyandera penduduk yang diitemui dan dijadikan tawanan dengan tebusan untuk membebaskannya.

Dalam suasana seperti inilah di kampung kami tetap sekolah  dan  shalat berjamaah di masjid. Di sekolah kami sering bersama siswa mengambil batu di kali untuk material membangun sekokah.

Dan di sekokah juga ada latihan Kepanduan (Pramuka).

Kesenian tari dan  nyanyi untuk menyemarakkan HUT Pendidikan dan Kemerdekaan,  lomba gerak jalan tanpa alas kaki, cerdas tangkas dan sebagainya.

Dari sekokah itu,  saya mengenang guru La Unjuk kepala sekolah, Mahmud Jafar guru kesenian dan pandu, Ibu Munirah, Ibu Aty dan Ibu Pung Saribulan guru umum dan agama. 

Tak terlupakan tausyia subuh dari imam KH. Safa yang menguraikan  asal mula dan kewajiban mahluk manusia sampai ke alam akhirat.

Begitu banyak yang  terekam dan membekali di masa kecil sekokah di kampung dalam  gangguan keamanan gerombolan pengacau itu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here