Di Tengah Pandemi, Reuni Anak Kompleks Tetap Berlangsung Khidmat

0
985
Reunian anak-anak kompleks Pandang-pandang berlangsung khidmat di tengah wabah Covid yang terus melonjak.
- Advertisement -

PINISI.co.id- Di tengah pandemi yang memuncak, warga ‘Anak Kompleks’ menghelat reuni di lapangan voli, Kompleks Hasanuddin, Pandang-pandang, Sungguminasa, Gowa, Sulawesi Selatan, Sabtu (26/12/20).   

Tak kurang puluhan Anak Kompleks yang datang dari berbagai kota dan daerah hadir dalam acara yang dibalut dalam tema Bersama, Bersatu, Berkarya untuk Generasi.

Menurut Ketua Panitia Rachmat Rasyak, suasana pandemi yang masih mengkhawatirkan memaksa sebagian undangan mengurungkan niatnya untuk hadir. Nanti pada reuni akbar yang direncanakan usai Lebaran Idul Fitri 2021 panitia merancang acara lebih semarak.

Kompleks Pandangpandang adalah permukiman para anggota militer — dulu disebut ABRI yang mulai menetap di sini pada 1972. Perumahan yang berjumlah sekitar 300-an rumah, beratapkan seng dan berdinding gedek (bambu) tanpa pagar.  

Pada dekade 70-an dan awal 80-an Anak Kompleks makin populer melampui wilayahnya, bukan saja karena aktivitasnya dalam berbagai kegiatan sosial, seni dan olahraga, namun mereka kerap dikenal sebagai ‘anak badung’. Sebagian dari mereka acap membuat keonaran, khas kenakalan remaja “Anak Kolong”. Lewat geng motor, kawanan ini berpengaruh sampai ke kota Makassar dan namanya begitu angker buat yang bertandang ke sini, lebih-lebih bila malam hari.

- Advertisement -

Riwayat Anak Kompleks, dimulai dengan membuat kumpulan bernama Remaja Lontara yang dimotori Suwandy Mahendra, Fiam Mustamin, Abubakar dan Lusy Rasyid, lalu bersalin rupa menjadi Ikajax– Ikatan Remaja Anak Kompleks dengan dedengkotnya Ahmad Irianto (Anto)  lalu sejenak menjadi Army Child.

Dari kesemua penamaan itu, Brimer yang dibentuk pada 1979, telanjur berkibar tapi konotasinya cenderung negatif lantaran banyak aksi-aksinya yang mengundang keributan. Biarpun begitu, anak-anak Brimer tak melupakan sekolah dan kuliah.

Brimer sendiri adalah singkatan dari Brigade Merah,  sebuah organisasi ‘teroris’ berideologi Marxisme, di Italia yang menculik Pernada Menteri Aldo Moro pada 1978.

Walaupun dikenal badung, tidak sedikit anak-anak kompleks yang sukses meniti karier. Anak Kompleks atau tepatnya yang menetap di sini sudah menghasilkan guru besar, jenderal, dirjen, pejabat provinsi, wakil walikota, kapolres, anggota DPRD, akademisi, dosen, manager, pengusaha, pengacara, seniman, penulis, pelaut, bahkan ustadz, selain tentu PNS hingga pengemudi ojol dan satpam, di luar generasi Brimer yang meneruskan profesi orangtuanya sebagai TNI. (Alif )

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here