Saudagar Nusantara Tumbuhkan Perekonomian Negeri

0
950
- Advertisement -

Oleh Fiam Mustamin

ENAM komunitas etnis  Bugis, Makassar, Banjar, Aceh, Minangkabau dan Bali pada 27 Pebruari 2008 mencetuskan lahirnya Saudagar Nusantara (SN) pada pertemuan Saudagar Bali yang pertama di Ina Grand Bali Beach Hotel.

Tokoh saudagar yang mendeklarasikan Forum SN itu adalah Muhammad Taha, saudagar Bugis Makassar, Endang Kusumayadi, saudagar Banjar, Fernandez, saudagar Aceh, Basrizal Koto, saudagar Minangkabau dan Jero Gede Karang, saudagar Bali. Karena itu Wakil Presiden Jusuf Kalla mengapresiasi peserta Forum Saudagar Bali.

Beberapa saat setelah itu  bermunculan wacana dari komunitas etnis menyebut SN itu dan membentuk Forum Saudagar antara lain   saudagar Tatar Sunda,  Banten, Tasikmalaya, Cirebon di Jateng, saudagar Yogyakarta, Solo Jateng,  saudagar Samarinda, Balikpapan di Kaltim, saudagar Palembang, Bangka, Riau, Jambi di Sumatera, saudagar Gorontalo, Donggala, Luwu Bangai di Sulteng, saudagar Kendari, Muna, Buton di Sultra, saudagar Guna/Bima di NTB, saudagar Maluku, Ternate, Tidore di Maluk Utara, saudagar Jayapura, Sorong, Monokwari dan Merauke di Papua.

Komonitas saudagar itu memiliki potensi dengan  sumberdaya ekonomi yang menjadi unggulan dari komoditas Pertanian, Kelautan, Pertambangan dan Pariwisata. Ditunjang oleh sarana pelabuhan/ transportasi laut dan muara sungai untuk perdagangan antarpulau di kawasan Nusantara.

- Advertisement -

Perlu diketahui bahwa komoditas unggulan tambang biji besi dan nikel (working iron) terbesar berada Morowali Sulawesi Tengah, serta di Pomala dan Konawe, Sulawesi Tenggara.

Demikian halnya dengan komoditas pala dan bunga pala di kepulauan Banda dan cengkeh (spice) di kepulauan Maluku. Komoditas itu begitu diperebutkan di pasaran Eropa sebagai bahan/ bumbu penyedap makanan/minuman, parfum dan obat-obatan pada zamannya. 

Mungkinkah komoditas itu dibudidayakan kembali dengan keperluan yang lebih besar  ( Abd Rahman Hamid, Jejak Arung Palakka di Negeri Buton, 2008).

Kemudian Tome Pirrer, pakar obat-obatan dari Perancis mengatakan kepada saudagar Melayu bahwa Tuhan menciptakan kepulauan Timor dengan kayu cendana, kepulauan Banda dengan bunga pala dan cengkeh di kepulauan Maluku, dimana tumbukan tersebut tidak ditemui di tempat lain ( Reid, 1993).

Potensi wilayah/daerah tersebut telah dilakukan eksploitasi  pada zaman kolonial Belanda dan prakemerdekaan dengan kehadiran Sarikat Dagang Islam (SI) tahun 1908 di Solo dengan tujuan perjuangan perbaikan ekonomi yang berbasis Islam dipimpin oleh Haji Samanhudi.

Potensi Tambang dan Rempah Rempah

JAUH sebelum itu sudah ada penelitian asing yang menemukan tambang biji besi di daerah Pattimarg Malangke/Matano Cerekan di daerah Luwu sekitar abad ke 16 oleh D. Bulbeck dan I Calwed 2000, The Historical  The Land Of Iron Archeoligy of Luwuq And The Centre Village.

Perdagangan tambang biji besi memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi termasuk logam murni yang dapat disalin jadi emas.

Dua belas tahun silam dari Pertemuan Saudagar Bali 2008 sudah dipaparkan potensi unggulan perdagangan Nusantara yang bisa menjadi rujukan untuk pengembangannya, terutama dalam masa sulit ekonomi di musim pandemi Covid-19 sekarang ini.

Forum Saudagar Nusantara seyogianya tidak berhenti pada batas deklarasinya akan tetapi perlu diimplementasikan degan melibatkan semua unsur komponen pendukung  dan masyarakat saudagar khususnya.

Mungkin perlu ada tindakan politik/kebijajan melakukan gerakan Strategi Traiding dengan pewilayahan komoditas unggulan tertentu dari masing masing daerah di sektor Pertanian, Kelautan, Pertambangan dan Pariwisata. Pihak Pemerintah semestinya terlibat dalam investasi permodalan dan pemasaran yang bersinergi untuk mendapatkan profit bersama dengan pihak saudagar.

Para saudagar pelaku usaha telah memiliki pengalaman tata cara dan budaya perdagangan dari leluhur pendahulunya berabad lampau yang secara nyata dilakukan di masa kerajaan sebelum kemerdekaan.

Hijrah Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik

ADANYA persebaran perdagangan antarpulau di Nusantara dan antar negara di Asia Tenggara ke Cina, India dan Semenanjung  Melayu.

Di abad ke 18 beberapa bangsawan Makassar dan Bugis sudah mengadakan pelayaran untuk kehidupan dan perdagangan khususnya ke Semenanjung Melayu, antara lain Karaeng Moncoko dari Balukui Makassar ke Malaka bersama putranya, Karaeng Samarluka di zaman Sultan Syah 1456 – 1477.

Kemudian raja Tallo, Tumaparisi Kallonna pada 1522 yang memberi tempat pemukiman di sekitar wilayah kerajaan bagi orang Melayu yang pergi karena tekanan Portugis. 

Demikian juga Sultan Tunipallangga (1547 – 1566) memberi tempat kepada Anakoda Bonang, pimpinan para pedagang yang datang dari  Pahang, Johor, Petani, Champa dan Minangkabau. Mereka diberi hak istimewa dari raja Gowa untuk  mendirikan masjid  di kampung Manlekana.  Masjid itu terbilang yang tertua di Makassar.

Di abad ke 18 itu bangsawan Bugis Opu Daeng Rilakje bersama Lima putranya Opu Daeng Parani, Penambon, Marewa, Cellak, Kamase dan Datu Rewatu hijrah  dan bermukim di Trenggano dan Riau.

Kemudian mereka kawin mawin berketurunan Bugis Melayu menjadi Raja dan Dipetuan Muda di beberapa daerah, antara lain  di Kedah, Slangor, Langkawi, Pontianak dan Riau.

Dalam epik surreq Galigo disebutkan bahwa dalam pelayaran pengembaraan Sawerigading menyinggahi negeri Senrijala/ Sriwijaya di Sumatera dan Mencapau/Majapahit di Jawa sekitar abad ke 14. Misi ini bisa diterjemahkan sebagai bentuk hubungan diplomatik. Dalam nagarakarta pupuh 14 – 5 bahwa Makassar, Butuq/Buton dan Bangawi berada dalam wilayah lingkungan Majapahit, dikutip dari Abdul Rahman Al Ahmady, Sawerigading Dalam La Galigo, Dirjen Kebudayaan, 1990.

Referensi naskah Tahfat al Nafis fi Ahwal Bainna Muluk al Malayu Maa al Bugis.

Serambi Inspirasi Ciliwung akhir Januari 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here