Anak-anak Indonesia (KKSS) di Sabah Terbatas Akses Pendidikan SMA, Diaspora Minta Pemerintah Beri Solusi

0
27
- Advertisement -

PINISI.co.id- Warga Indonesia yang bermukim di pedalaman Sabah kembali menyuarakan kegelisahan terkait keterbatasan akses pendidikan bagi anak-anak mereka. Informasi ini disampaikan oleh salah satu guru honorer di Sekolah Indonesia Community Learning Center (CLC) Kundasan, yang menjadi tempat belajar mayoritas anak-anak pekerja migran Indonesia.

Menurut penuturan Pengurus BPP KKSS Amiruddin Mario Ph.D, anak-anak Indonesia yang tinggal jauh dari pusat kota hanya mampu menikmati pendidikan hingga tingkat SMP. Pasalnya, sekolah setingkat SMA bagi pendatang hanya tersedia di Kota Kinabalu (KK). Kondisi ini membuat banyak pelajar Indonesia, termasuk warga KKSS, tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

“Anak-anak kita di pedalaman hanya bisa sekolah sampai SMP. Untuk SMA, mereka harus ke Kota Kinabalu, dan itu hampir mustahil bagi sebagian besar keluarga,” ujar Amiruddin yang menyelesaikan program doktornya di Malaysia.

Lebih jauh, aturan pendidikan bagi pendatang di Malaysia menyebabkan anak-anak Indonesia yang lulus SMP atau SMA harus kembali ke Indonesia bila ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini membuat perjalanan pendidikan mereka terputus atau menjadi sangat berat secara ekonomi maupun administratif.

Sumber tersebut juga mengungkapkan bahwa masih banyak sekolah Indonesia di kawasan pedalaman Sabah yang berdiri berkat swadaya komunitas perantau. Banyak guru yang bekerja secara honorer, digaji seadanya sesuai kemampuan sekolah, dan membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah Indonesia.

“Kendala terbesar adalah aturan Malaysia dan keterbatasan fasilitas. Anak-anak Indonesia yang ingin sekolah SMA harus kembali ke Indonesia atau tinggal di KK, dan itu tidak mudah. Padahal kalau peluang ini dikelola baik, anak-anak dapat melanjutkan pendidikan di daerah asal orang tuanya,” jelas Amiruddin.

Ia menilai, kondisi ini seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia dan pemerintah daerah (Pemda), terutama daerah asal para pekerja migran seperti Sulawesi Selatan. Menurutnya, Pemda bisa membuka peluang bagi anak-anak diaspora untuk melanjutkan SMA di daerah asal, lalu kuliah di universitas-universitas Indonesia yang memiliki reputasi baik, atau bahkan di Malaysia.

“Ini peluang besar. Kalau bisa difasilitasi, setelah tamat SMA di Indonesia, anak-anak bisa kuliah di perguruan tinggi negeri atau swasta di Indonesia maupun Malaysia. Mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, tidak hanya di kebun sawit, tetapi mungkin di perusahaan sawit atau industri lainnya,” tambahnya.

Selain itu, Amiruddin mengusulkan adanya kerja sama internasional bidang pendidikan antara pemerintah daerah dan universitas di Indonesia dengan komunitas diaspora Indonesia di Sabah. Bahkan, ia berharap ke depan bisa dibentuk perwakilan perguruan tinggi Indonesia di pusat-pusat permukiman pekerja Indonesia, seperti di Sabah, Lahad Datu, Ranau, Sandakan, dan wilayah-wilayah perkebunan sawit.

Harapan besar ini datang dari kecemasan dan kepedulian para perantau yang ingin memastikan masa depan anak-anak Indonesia di Malaysia tetap memiliki akses pendidikan yang layak dan kesempatan hidup yang lebih baik. (Lif)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here