Kolom Hasbi Latif
Bengkel Narasi (BN) terus berproses menjadi rumah besar tanpa sekat bagi penggemar literasi menulis. Betapa tidak, diusianya yang masih balita, bahkan baru berbilan bulan, tetapi sudah dihuni oleh manusia-manusia pembelajar lintas profesi, suku, daerah, dan agama. Mereka semua punya kepedulian terhadap literasi menulis dan membaca.
Salah satu keunggulan BN karena dikelola menggunakan “manajemen satu rasa,” yang menempatkan kepuasan batin sebagai indikator utama dalam berkarya. Mereka berkarya bersama, muncul bersama, senyum bersama, sedih pun bersama. Sebagai keluarga besar BN, mereka saling menginspirasi dan saling mendoakan dalam melahirkan karya-karya tulisan.
BN sebagai komunitas munulis, telah berhasil menggali dan menemukan mutiara yang banyak terpendam di beberapa daerah, tidak terkecuali di Bumi Patampanua Kolaka Utara. Mutiara-mutiara itu terus digosok, diperindah, dipercantik, hingga kialauannya terpancar dimana-mana melewati batas ruang dan waktu.
Saya menyebut “mutiara” bagi penulis-penulis pemula yang banyak bermunculan di Kolaka Utara setelah BN menggali bakat mereka, lalu memunculkannya ke permukaan lewat gagasan-gagasannya yang menginspirasi banyak pembaca. Sekarang puluhan guru di Kolaka Utara khususnya guru TK dan PAUD menemukan potensi dirinya menulis berkat sentuhan para mentor BN. Mereka terus berlomba melahirkan karya-karya tulis di media yang disiapkan oleh BN.
Luar biasa BN yang telah menyiapkan panggung terbuka bagi penulis-penulis pemula untuk muncul kepermukaan. Terimakasih kepada tokoh sentral BN saudaraku Ruslan Ismail Mage (RIM), sang arsitek BN Kuspriyanto (Iyan), dan mentor BN Sudirman Muhammadiyah (SDM), yang sudah banyak menemukan mutiara (penulis) terpendam di Kolaka Utara. Teruslah menggali karena saya yakin masih banyak mutiara yang terpendam di Bumi Patampanua Kolaka Utara.