Catatan Bachtiar Adnan Kusuma
Penulis membaca berbagai pesan berantai beredar di group WhatsApp menyebutkan Chaidir Syam selama tiga tahun lebih memimpin Maros tidak melakukan aksi perubahan yang signifikan. Berbagai argumentasi dikemukakan oleh pihak tertentu, seolah-olah ingin melakukan pembenaran bahwa Bupati Maros Chaidir Syam, Penerima Penghargaan Tertinggi Perpustakaan Nasional RI “ Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional” satu-satunya pejabat publik dan Bupati dari Sulsel tidak berbuat banyak untuk daerah yang sangat dicintainya: Kabupaten Maros.
Sungguh keliru jika ada premis yang mengadili secara sepihak Chaidir Syam tidak berkarya untuk Maros. Penulis mengutip pernyataan Mark Levy, dalam bukunya” Menjadi Genius dengan Menulis” menegaskan kalau saat ini telah terjadi proses peralihan pembangunan fisik ke pembangunan non fisik. Mark Levy, mempertegas, pembangunan non fisik adalah proses pembangunan jangka panjang yang menempatkan sumber daya manusia sebagai elan vital perubahan suatu bangsa atau wilayah dan daerah.
Pertanyaannya, sejauh mana efek Sumber Daya Manusia jika dibandingkan pembangunan fisik? Tidak bermaksud membuat dikotomi pembangunan, jujur kita mengakui pembangunan sumber daya manusia telah menempatkan kekuatan pikiran, gagasan dan kemampuan manusia, orientasinya jangka panjang.
Karenanya, pembangunan sumber daya manusia, tidak kelihatan, apalagi dinikmati langsung. Tapi butuh proses dan waktu panjang. Namanya saja membangun manusia, tidak seperti membangun jalanan, apalagi tol atau bangunan-bangunan tinggi yang niscaya raib dimakan usia. Sebaliknya pembangunan nilai adalah pembangunan karakter dan watak yang tidak kasat mata. Jepang, Korea dan China adalah contoh bagaimana mereka membangun masyarakatnya melalui literasi ilmu pengetahuan. Dan hasilnya kita bisa lihat sekarang ketiga bangsa ini sejak tiga dekade lalu masih setara dengan Indonesia dan kini menjadi bangsa pemenang.
Sementara Indonesia seperti berjalan di tempat lantaran mengabaikan pembangunan manusia lewat pendidikan dan penamam nilai-nilai.
Dalam konteks itu, apa yang dilakukan Chaidir Syam dalam mengantar Kabupaten Maros sebagai kabupaten sejahtera, relegius, Sejuk dan Berkelanjutan telah menempatkan pendidikan, ekonomi, kesehatan sebagai jalan utama mengantar masyarakat Maros sebagai masyarakat terdepan di Sulawesi Selatan. Penulis teringat konsep Marshall Plan yang pernah dilakukan dan dipraktikkan Amerika Serikat tatkala membantu merehabilitir perekonomian Eropa. Cara ini bisa dilakukan pemerintah pusat dan daerah terutama mempercepat proses pembangunan seperti yang telah dilakukan pada Eropa, Jepang dan Korea dengan menerapkan konsep Marshall Plan.
Konsep pembangunan Marshall Plan semula dari pidato innagurasi penghargaan Doktor Honoris Causa di Harvard University Amerika Serika. Menteri luar negeri AS Jenderal George C. Marshall, saat mengucapkan pidatonya pada 5 Juni 1949, berjanji memulihkan perekonomian Eropa akibat perang dunia kedua dengan menggenjot sumber daya manusia(baca Buku Perjuangan Pembangun Indonesia Timur, karya Dr.H.A.A.Baramuli, S.H., Dr. Laode M Kamaluddin, Editor Bachtiar Adnan Kusuma, Penerbit Yapensi, 2001).
Karena itu, dinamika pembangunan harus selalu dikawal, agar sesuai dengan landasan yuridis-operasional. Pendekatannya pun harus holistik, integral, serta dilandasi oleh premis rasional yang tajam dengan bingkai visi dan misi yang jelas. Kalau tidak punya landasan yang jelas dan bingkai kebijakan yang kuat, maka bisa saja dinamika pembangunan akan bersifat liar. Hemat penulis, konsep pembangunan yang dipakai Chaidir Syam, terbukti dengan percepatan pembangunan berbasis kesejahteraan, relegius, sejuk dan berkelanjutan dengan mempercepat proses pembangunan memanusiakan manusia. Konsep Marshall Plan dan apa kata Mar Levy, mirip seperti apa yang telah dikerjakan Chaidir Syam di kabupaten Maros.
Nah, merangkai gagasan, menerjemahkannya menjadi kinerja, membangun irama kebersamaan, melakukan adaptasi dan revitalisasi birokrasi serta meramu strategi membangun SDM yang berkualitas dan meningkatkan daya saing perekonomian adalah sekelumit tantangan pada awal Chaidir Syam dan Tina Bohari memulai pemerintahan di Maros.
Lalu, bagaimana caranya merasakan ada tidaknya keberhasilan itu? Awalnya pasti dengan perasaan. Merasakan apakah ada perubahan ke arah yang lebih baik? Hanya saja perasaan bukanlah sesuatu yang ilmiah. Perasaan sulit diukur. Maka harus ada data-data terukur yang bisa digunakan untuk mengklaim keberhasilan pembangunan. Misalnya, bagaimana bisa menyatakan bahwa perekonomian Maros di awal tahun 2020 sangat terpuruk? Tentu dari perasaan masyarakat. Bagaimana kehidupan mereka di awal tahun 2020. Ternyata memang menunjukkan kesempitan ekonomi. Dan, ternyata hal tersebut terkonfirmasi dengan data yang terukur. Pertumbuhan ekonomi di awal 2020 adalah -10,87 %. Berada di angka minus.
Di tahun 2021, Chaidir Syam berani mengklaim bahwa laju perekonomian mulai meningkat. Tentu dengan merasakan langsung fakta di lapangan. Sektor-sektor ekonomi mulai bangkit. Mulai berbenah diri pasca diterpa gelombang Covid-19. Klaim tersebut terkonfirmasi dengan data yang terukur, dimana di tahun 2021 laju perekonomian ada di angka 1,36%. Tahun 2022 semakin membaik, bahkan meningkat pesat. Mana buktinya? Laju pertumbuhan ekonomi mencapai 9,13%.
Melampaui Target
Di awal pemerintahan, tentunya setiap Kepala Pemerintahan pada segala tingkatannya, sudah menentukan terget yang hendak dicapai. Target ini akan menjadi acuan kerja dan patokan evaluasi nantinya. Apakah kerja-kerja yang sudah dilakukan berhasil menyamai terget? Di bawah terget? Atau melebihi target. Kalau belum mencapai target, kira-kira apa sebabnya? Kalau melebihi terget, kira-kira strategi jitu apa yang sudah ditempuh.
Di Maros sudah ditentukan beberapa terget pencapaian untuk indikator-indikator pembangunan. Misalnya Indikator Kinerja Utama (IKU) RPJM Kabupaten Maros pada 2023. Untuk Indeks Reformasi Birokrasi melampau target pertumbuhan dari 2020-2022 sebesar 7, 49 persen.
Nilai indeks Kepuasan Masyarakat, target di awal pemerintahan adalah 3,25 %, realisasinya 3,34%, artinya melampaui dari target yang ditentukan. Nilai Indeks Pembangunan Manusia pada 2023, diangka 71, 63 % melampau target dari tahun 2020-2023 sebesar 0, 84 persen.
Bagian ini penulis tulis, sama sekali bukan dalam rangka hendak memuji-muji kinerja Bupati Chaidir Syam. Sama sekali tidak. Bagian ini perlu penulis tampilkan dalam rangka menunjukkan pencapaian Pemerintah Daerah Kabupaten Maros, di masa Chaidir Syam diamanahkan sebagai Bupati pada periode pertama. Hasil kerja keras dari seluruh perangkat daerah, pembuktiannya bisa dilihat dari beberapa indikator makro pembangunan. Coba kita lihat bagaimana pencapaian indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita tahun 2022. Pencapaiannya sebesar Rp 53,48 juta/jiwa. Hasil ini melampaui target dan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 1,64% selama 2020-2022. Pertumbuhan ekonomi pada 2022 sebesar 9, 13 persen melampau target dan meningkat tajam efek sektor transportasi yang kembali normal pasca pandemi Covid 19.
Satu hal yang juga penting disoroti adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2023 sebesar 73,56. Membuat Kabupaten Maros berada pada posisi ke-10. Hal tersebut mencermikan kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang lebih tinggi 0,64 poin dibandingkan dengan IPM tahun sebelumnya. Angka kemiskinan juga mengalami penurunan, sebesar 1,60 % selama kurun waktu 2020-2022. Tingkat penurunan pengangguran terbuka, melampaui target dan menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Pada 2022, pengangguran terbuka berjumlah 5,04 persen menurun menjadi 3,64 persen di tahun 2023. Giniration melampaui target dan mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar 0,80 dari tahun 2020 ke 2022.
Hingga menjelang penuntasan masa jabatannya, Chaidir Syam hendak mengabarkan kepada masyarakat Maros bahwa, apa yang telah ia tetapkan dalam visi dan misi pembangunan hasilnya sudah bisa dirasakan hari ini. Visi dan misi itu telah dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Sebagai Bupati Chaidir Syam berani menyatakan bahwa pembangunan sudah berjalan pada arah yang benar (on the right track). Meskipun tetap harus diakui ada beberapa proses adaptasi. Namun itu semua tidak mengubah orientasi pembangunan secara substantif. Kepala Balitbangda Kabupaten Maros, H. Sulaiman Samad, S.STP., M.Si., mengatakan bahwa tidak sulit mengukur tingkat pencapaian Pemerintah Daerah, di separuh perjalanan ini. “Lihat saja capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) yang ada dalam RPJMD,” kata Kepala Balitbangda, saat ditanya tentang Kabupaten Maros hari ini.
Bagaimana hasilnya? Tercatat ada lebih dari 20 indikator yang harus dicapai untuk mengukur keberhasilan pemerintahan. Sekitar tiga tahun memimpin Maros, Chaidir Syam hampir semua indikator mengalami peningkatan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Maros, meningkat. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) pun menunjukkan hasil yang menggembirakan. Angka IKM Kabupaten Maros sudah ada di atas 0, 92 persen. Itu data yang ditunjukkan dari survei terakhir tentang IKM, pada layanan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Kemudian untuk tata kelola pemerintahan, bisa naik dari C ke B. Ini satu capaian yang menurut Chaidir Syam harus disyukuri. Ini menjadi tanda bahwa semua pihak sudah bekerja. Sudah mencurahkan usaha terbaiknya.
Menariknya selama tiga tahun memimpin Kabupaten Maros, Chaidir Syam telah berhasil menerima 95 penghargaan Nasional dan Lokal dari berbagai instansi. Sudah sekitar tiga tahun bekerja, berkhidmat untuk masyarakat Maros. Tugas Chaidir Syam adalah bekerja dan terus bekerja. Dari satu program ke program yang lain. Hasilnya serahkan kepada publik dan pihak yang berwenang untuk menilainya.
Karena itu, dalam pidato pamit, Chaidir Syam memimpin tiga tahun lebih Kabupaten Maros, menyampaikan kepada masyarakat Maros bahwa apa yang telah ia tetapkan dalam visi misi pemerintahan dan pembangunan dan selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah telah berjalan pada arah yang benar (On the right track).
Chaidir Syam, mengulangi menyebut data-data pergerakan selama memimpin Maros secara empiris terbukti kerja keras Pemerintah Daerah telah membuahkan hasil yang cukup signifikan dengan capaian beberapa indikator makro pembangunan perekonomian yang ditunjukkan dengan pencapaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita tahun 2022 sebesar 53,48 juta rp/jiwa melampaui target dan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 1,64% selama 2020-2022. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 sebesar 9,13%, melampaui target dan meningkat signifikan akibat sektor transportasi yang kembali normal pascapandemi Covid-19.Selain sektor transportasi, sektor perdagangan, pariwisata, perhotelan, restoran, dan jasa-jasa lainnya juga kembali menggeliat setelah pada masa pandemi sangat dibatasi usahanya.
Pencapaian nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2023 sebesar 73,56 berdasarkan perhitungan metode baru hasil long formsp 2020 dan kabupaten Maros berada pada posisi 10. Hal ini mencerminkan kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang lebih tinggi 0,64 poin dibandingkan dengan pencapaian ipm 2022 sebesar 72,92, sedangkan angka kemiskinan mengalami penurunan dengan penurunan rata-rata (2020-2022) sebesar 1,60%, namun belum mencapai target.Untuk tahun 2023 mengalami peningkatan 0,22% dibanding capaian 2022 yang antara lain disebabkan bencana alam berupa banjir di awal tahun yang berakibat terjadinya gagal panen dan bencana el-nino yang mengakibatkan gagal tanam.
Tingkat pengangguran terbuka melampaui target dan menurun secara signifikan dari 5,64% di tahun 2022 menjadi 3,64% di tahun 2023. Untuk giniratio melampaui target dan mengalami penurunan dengan penurunan rata-rata sebesar 0,80 dari tahun 2020 ke 2022.
Chaidir Syam, berharap agar capaian yang telah hasilkan dapat dilanjutkan dan ditingkatkan lagi, serta apa yang menjadi kekurangan agar diperbaiki. mudah-mudahan kedepan daerah kita semakin maju.
Akhirnya apa yang penulis kemukakan fakta-fakta empiris dan pernyataan terbuka Chaidir Syam, membuktikan kalau beliau bekerja, berkarya, berpreasti dan berkelanjutan untuk daerah yang sangat dicintainya. Chaidir Syam, Bupati Pembaharu dan Penyebar Kesejukan.
Penulis, Ketua Forum Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional RI