Dari Muara Tanjung Wiritasi Mangkoso, Indo Membawaku Berlayar dengan Perahu Nelayan

0
734
- Advertisement -

Kolom Fiam Mustamin

BERSYUKUR dapat mengingat kembali peristiwa setengah abad lebih lampau tahun 1950 an.

Ketika bocah bersama adik Adam Maggu (3 tahun) kami dibawa Indo/Ibu ke Soppeng Riaja disebut Pabbiring karena berada dekat dengan pesisir pantai.

Di musim panen padi berdatangan orang dari Soppeng Ri Lau ke Soppeng Riaja/ Beru sebagai Paringngala/Passaro.

Orang Soppeng Ri Lau dan Soppeng
Riaja satu keturunan kekerabatan.
Perjalanan ke Soppeng Riaja pada masa itu ditempuh dengan jalan kaki, karena sudah dekat perbatasan desa Se Ring Soppeng.

- Advertisement -

Saya bocah prasekolah mengikuti Indo mendatangi daerah yang akan panen seperti Pekkae, Lapao, Takkalasi, Lapasu, Balusu (Saoraja) Mangkoso (Pesantren DDI), Oring, Palanro dan Wiritasi.

Di Wiritasi/pinggir laut menjadi base camp keluarga, di tempat itu bermukim paman Laetteng dan Petta Binti.

Di Wiritasi ada Saoraja dengan empang bandeng di sekitarnya. Paman berumah di bukit, perkerjaan sehari-harinya sebagai nelayan.

Sebelum Indo berangkat maringngala, iya menanak nasi untuk makan kami.

Di pagi hari kami senang bermain di pinggir pantai saat air laut sedang pasang dan kami memanjat pohon bakau untuk melihat aneka ikan yang berenang sendiri atau berkelompok seperti ikan lure-lure di air yang jernih, sungguh menyenangkan pemandangan ini.

Beberapa saat kemudian air pelan-pelan surut dan kelihatan pantai itu, kami pun turun mencari kerang/tude dan kepiting kecil.

Berlayar dengan dayung

Sebelum naik perahu, Indo berpesan :  tidak boleh bertanya dengan apa yang dilihat selama berlayar.

Di atas perahu hanya 4 orang: tukang perahu/pendayung, Indo, saya dan adik.

Saat perahu akan keluar teluk, Indo membuang telor dan mengikatkan di tiang secarik kain, maksudnya sebagai simbol layar.

Saya mengingatnya ada pohon tumbuh di tengah laut, terkadang melihat ada binatang berkaki empat melesat depan perahu dan pelayaran sehari semalam itu sampai ke kampung yang namanya Paria Pekkabata wilayah Pinrang.

Seingatnya saya masuk Sekolah Rakyat di Takkalasi dan meneruskan di Tajuncu dan Leworeng Soppeng.

Saya menulis peritiwa ini dengan penuh keharuan, terbayang dihadapan mata saya para orang tua yang sudah mendahului.

Beranda Inspirasi Ciliwung 1 juni 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here