PINISI.co.id- Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab (STIBA) Makassar menggelar Kuliah Perdana pada awal Semester Genap Tahun Akademik 1445—1446/2023—2024 M. Acara tahun ini mengusung tema yang menarik perhatian banyak pihak, yaitu “Peran Umat Islam dalam Menentukan Arah Politik di Indonesia.”
Tiga pembicara yang diundang dalam acara ini adalah A.M. Iqbal Parewangi, Anggota DPD RI Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014—2019; Ustaz Ikhwan Djalil, Lc., M.H.I., M.Pd., Ketua Dewan Syuro Wahdah Islamiyah dan Asrullah, S.H., M.H., Ketua Pimpinan Pusat Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia. Sementara bertindak sebagai moderator, Ustaz Ihwan Wahid, S.Pd.I, M.E.
Ustaz Ikhwan Djalil, sebagai narasumber pertama, mengungkapkan dalam orasinya bahwa sejarah panjang perjuangan umat Islam dan organisasi Islam di Indonesia memiliki peran penting dalam menentukan arah politik negara ini.
“Umat Islam telah berperan aktif sejak zaman kolonial Belanda dalam melawan penjajahan. Tokoh-tokoh bersejarah seperti Sultan Agung, Haji Saman, dan Ki Bagus Hadi Kusumo menjadi pionir dalam perjuangan yang memunculkan semangat kebangsaan dan keislaman. Mereka membuktikan bahwa Islam tidak hanya sekadar agama, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia,” tuturnya.
Menurut Ustaz Ikhwan, selama perumusan dasar negara Indonesia, organisasi-organisasi Islam dan para tokohnya memainkan peran yang signifikan.
“Mari memahami bahwa Piagam Jakarta adalah bagian yang tak terpisahkan dari Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Inilah fondasi negara yang mencerminkan komitmen pada nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan demokrasi,” ungkapnya.
Pesan yang sangat penting yang disampaikan oleh Ustaz Ikhwan Djalil adalah agar umat Islam tidak menjadi pasif dalam politik. Mereka memiliki peran yang sangat berarti dalam menentukan arah politik negara ini. Namun, dalam proses ini, penting juga untuk menjaga identitas dan nilai-nilai agama dalam lingkungan politik.
“Sejarah perjuangan panjang serta pengaruh besar umat Islam dan organisasi Islam dalam politik Indonesia adalah cerminan dari semangat perubahan dan perbaikan yang terus berlanjut. Dalam konteks ini, umat Islam di Indonesia diingatkan untuk tetap aktif, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, dan berperan aktif dalam pembentukan arah politik negara ini, untuk mencapai masa depan yang lebih baik bagi Indonesia,” tegasnya.
Narasumber kedua, A.M. Iqbal Parewangi, menyampaikan paparannya yang berfokus pada peran politisi muslim di dalam parlemen.
“Anggota parlemen seharusnya aktif berbicara dan membahas isu-isu penting yang mewakili suara rakyat. Iqbal Parewangi merasa bahwa perlu adanya representasi yang kuat dari politisi muslim di parlemen untuk memastikan bahwa nilai-nilai dan kepentingan umat Islam dijaga,” imbuhnya.
Selanjutnya, Iqbal Parewangi membahas tentang peran parlemen dalam legislasi. Ia menekankan bahwa anggota parlemen harus aktif dalam merevisi undang-undang yang relevan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tokoh pendidikan Sulawesi Selatan ini juga memberikan catatan kritis tentang ketidaksetaraan alokasi anggaran pendidikan yang belum merata di ormas Islam.
Ia menggarisbawahi pentingnya melibatkan politisi muslim di parlemen untuk memastikan alokasi anggaran tersebut benar-benar digunakan untuk kepentingan umat Islam.
Terakhir, Iqbal mencermati gerakan “Pilih Amin” yang viral di Indonesia, mendukung pasangan Anis Baswedan sebagai presiden dan Muhaimin Iskandar sebagai wakil presiden.
Sementara Asrullah, sebagai narasumber ketiga dalam orasi yang disampaikannya menyebutkan tiga aspek keresahan yang diangkat sebagai panggilan mendesak untuk mahasiswa dalam konteks tugas ideologi dan sejarah mereka.
(Lip)