Dibutuhkan Ibu Suka Membaca Buku

0
22
- Advertisement -

Kolom Bachtiar Adnan Kusuma

Tokoh Literasi dan Penulis Nasional

Hari ini, tepat 14 September 2025 bertepatan dengan Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca yang telah diresmikan Presiden Soeharto atas usulan Kepala Perpustakaan Nasional Pertama, Mastini Hardjoprakoso. Intinya, penulis kembali menegaskan kalau keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat. Begitu definisi yang lumrah kita dengar. Meskipun ia adalah unit terkecil, bukan berarti peranannya juga kecil. Peran keluarga teramat vital. Banyak problem masyarakat justru berawal dari rapuhnya tatanan keluarga. Termasuk soal literasi. Kalau mau gema literasi terdengar di mana-mana dan terdengar semakin membahana, maka keluarga juga harus mengambil peran. Harus ada kesepakatan dalam keluarga untuk menjadikan keluarganya adalah keluarga literasi membaca dan menulis. Inilah esensi dari pentingnya Bulan Gemar Membaca dan Kunjung Perpustakaan.

Indah sekali jika membayangkan ada keluarga yang sang ayah rutin membaca, ibu pun begitu, di sela-sela mengurus urusan domestik, buku menjadi selingan penemanan rehat. Dan anak-anak pun tertular dengan virus literasi. Sebab anak adalah peniru ulung. Ada ruang baca untuk keluarga. Tempat mereka becengkrama di sana. Tak perlu besar, tapi ada rak buku yang tersusun rapi, beraneka ragam judul buku berjejer
sesuai tema.

Bagaimana caranya?
Memulai dengan membacakan buku kepada anak, bisa menjadi terapi tersendiri. Membacakan buku kepada anak secara teratur adalah sarana yang sangat efektif untuk membangun ikatan dan komunikasi dengan anak. Rutin membacakan buku kepada anak, akan mendapatkan tiga keuntungan.

Pertama, akan tercipta hubungan yang lebih mesra antara ibu dan anak melalui perantara buku. Anak akan menemukan sosok guru dari orang tua yang acapkali membacakan buku kepadanya. Banyak generasi muda yang seperti kehilangan arah. Tak ada sosok yang bisa dijadikan teladan. Rapuh hubungan emosionalnya dengan orang tua. Apa penyebabnya? Salah satu kurangnya waktu bersama.

Kedua, sama-sama belajar. Tak bisa dipungkiri, meskipun yang dibaca adalah buku anak, tapi merupakan informasi baru bagi orang tuanya. Saat itulah terjadi proses sama-sama belajar. Orang tua belajar, begitupun anak. Karena diperhadapkan pada fakta bahan bacaan yang sama dan sama-sama baru mengetahui informasi itu, maka proses pembelajaran bersama pun terjadi. Membacakan buku kepada anak, apalagi dengan suara yang lantang akan berdampak baik untuk perkembangan psikologinya. Suku kata atau kata yang dibacakan nyaring, akan membenam kuat dalam alam ingatannya.

Ketiga, orang tua yang sering membacakan buku kepada anaknya, akan membuat anak mempunyai kenangan yang dalam terhadap orang tuanya, terutama dalam berbahasa. Anak akan hafal betul judul-judul buku apa saja yang pernah orang tuanya bacakan kepadanya.
Nah, sekarang orang tua sudah mulai sadar untuk menyiapkan kotak P3K di rumah. Dan sekarang sudah sangat mudah mendapatkannya. Kotak P3K yang lengkap dengan obat-obatan di dalamnya. Sekarang, penting orang tua juga menghadirkan ruang baca dan buku-buku di rumah. Agar setiap saat anak bisa merasa dekat dengan buku. Nuansa membaca di rumah pun selalu terjaga. Kemanapun anak kita membuang pandangannya, maka bukulah yang dilihatnya.

Dari keluargalah titik awal kampanye membaca kita mulai. Keteladanan adalah kuncinya. Tidak perlu banyak teori pendekatan yang dilakukan kepada anak kita agar mereka suka membaca, Mudah saja, ayah dan ibunya dulu yang harus memberi contoh sebagai ayah dan ibu gemar membaca. Biar dilihat oleh anak-anaknya.Mula membaca 25 menit setiap hari di rumah.

Pertanyaannya, bagaimana meningkatkan kesadaran membaca di kalangan ibu-ibu? Ada tiga hal yang dapat menggugah gemar membaca di kalangan ibu-ibu. Pertama, bagimana menumbuhkan motivasi setiap saat di kalangan ibu-ibu agar mau menjadikan membaca sebagai bagian penting dalam kegiatan hidupnya.

Apakah perlu motivasi? Perlu karena hanya dengan motivasi yang dapat mendorong ibu-ibu melakukan sesuatu kegiatan, apalagi dengan membaca tanpa motivasi yang tumbuh dan terus menerus diasah, sulit kiranya membentuk ibu-ibu yang suka membaca di rumah. Mountain mengemukakan bahwa sesungguhnya motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseoerang belajar melakukan yang terbaik.

Karena itu, membaca bagi ibu-ibu tak sekadar menyuarakan bunyi bahasa atau mencari arti kata-kata sulit dalam sebuah teks bacaan. Akan tetapi lebih dari itu, membaca melibatkan pemahaman memahami apa yang dibaca ibu-ibu, apa efeknya?

Kedua, menumbuhkan terus menerus minat baca ibu-ibu. Minat adalah keinginan yang kuat disertai usaha seseorang membaca. Karena hanya ibu-ibu memiliki minat baca yang kuta, akan mewujudkannya dengan mencari sumber-sumber bacaan. Frymeir menyebutkan tujuh faktor memengaruhi perkembangan minat baca seseorang, di antaranya pengalaman ibu-ibu sebelumnya.

Ketiga, kedewasaan sosio-emosi dan penyesuaian diri dengan meliputi stabilitas emosi, kepercayaan diri dan kemampuan berpartisipasi dalam kelompok. Biasanya ibu-ibu yang aktif dan pandai memberikan jalan keluar bagi setiap persoalan yang dihadapi kelompok atau keluarga adalah ibu-ibu yang suka membaca.

Terima kasih kepada Bupati Maros Chaidir Syam, Bunda Literasi Maros Hj. Ulfiah Nur Yusuf Chaidir yang telah mencanangkan Gerakan Membacakan buku 25 Menit kepada anak sebelum tidur. Gerakan ini menjadi pelatuk awal nutrisi literasi kepada anak-anak sejak dini. Dari kebiasaan membacakan buku pada anak sebelum tidur, akan tumbuh menjadi kebiasaan dan budaya mencintai buku sejak dini.

Dan, terima kasih kepada Bunda Literasi Kota Makassar, Hj. Melinda Aksa Munafri yang telah berperan serta mencanangkan Gerakan Sayang Buku dan Ibu Suka Membaca kota Makassar sekaligus menacanangkan Bulan Gemar Membaca Keluarga, pada Rabu, Tgl 10 September 2025 di Masjid Anny Mujahidah Rasunnah, Parangtambung Makassar. Yuk membaca…..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here