Kolom Ruslan Ismail Mage
Tiga tahun lalu, sebagai inspirator dan penulis buku-buku motivasi, saya “roadshow” ke beberapa daerah dan kota untuk memberi kelas inspirasi kepada anak-anak negeri. Saya mulai perjalanan inspiratifku dengan mengambil star dari Jakarta menuju kota Makassar. Karena beberapa daerah yang sudah terprogram, saya memutuskan dulu menginap semalam di kota Makassar, sekaligus bernostalgia sebagai salah seorang alumnus Jaket Merah Universitas Hasanuddin.
Kota Anging Mammiri ini, menyimpan beberapa memori indah yang tak terlupakan. Saya menginap di rumah saudaraku Bapak Dr. H. Tammasse Balla, M.Hum. kami pun berdua mengembara ke alam pemikiran 30 tahun lalu semasa masih sekolah dasar di kampung kami Pacongkang. Sampai titik ini terasa biasa saja, karena hubungan batin kami cukup kuat RIM-HTB, walau sempat “loss contact” selama puluhan tahun.
Menjadi luar biasa, ketika pagi harinya sedang menunggu mobil jemputan antardaerah yang akan membawaku ke Cabenge, daerah kelahiranku. Sang istri HTB Dr. dr. Hj. Jumraini berbisik kepada suami, “jangan biarkan Kak Ruslan naik mobil jemputan, pakai mobil bersama sopir untuk mengantarnya selama kegiatannya di Soppeng.”
Aku pun membatin, “sungguh mulia hati dan jiwamu, Dinda. Saya tidak pernah berpikir diantar sopir dengan mobil mewah untuk dipakai selama kegiatan di kampung. Dalam perjalanan menikmati fasilitas dalam mobil, saya tiba-tiba teringat kepada Bunda Teresa, pemenang hadiah nobel berkebangsaan India yang berpesan, “jangah pernah membuat hati orang yang meninggalkanmu dalam keadaan kecewa. Mereka harus senang dan bahagia setelah bertemu denganmu.”
Begitulah Dr. dr. Hj. Jumraini Tammasse, Sp.S.(K) meperlakukan orang-orang yang berinteraksi dengannya, tidak terkecuali kepada pasiennya yang datang berobat di klinik modernnya, IMC (Inggit Medical Centre) di Komp. BTP Blok G Nomor 15 – 16 Jalan Tamalanrea Raya, Kelurahan Buntusu, Kecamatan Tamalanrea, Makassar.
Dokter Jum, demikian familiar disapa. Dengan keilmuannya, ia memahami benar bahwa kesembuhan penyakit fisik sangat dipengaruhi kondisi kesehatan hati dan jiwa pasien. Karena itu, sebelum mengobati sakit fisik pasiennya, ia terlebih dahulu memahami kondisi jiwa dan suasana hati pasiennya. Ia masuk dan menyelami jiwa dan hati pasiennya.
Setiap hari Ahad pagi, pasien di kliniknya selalu rutin diajak berolah raga ringan, yaitu Senam Otak bersama.
Di samping Senam Otak, ada olah raga yang paling ampuh dilakukannya kepada pasien-pasiennya, yaitu olah raga “senam hati.” Filosofi dr. Jum menghadapi pasein adalah, “sesehat-sehatnya fisik seseorang kalau hatinya tidak sehat, itu akan mendatangkan penyakit lebih berbahaya lagi. Sebaliknya, ketika hati sehat, maka itulah obat paling ampuh untuk mengobati penyakit fisik apa pun.”
Senam hati yang dimaksud adalah, menyenangkan jiwa pasien dengan pelayanan yang serba humanis, mengajak pasien untuk selalu berdoa kepada Allah Swt, membaca ayat-ayat pendek Al-Qur’an, berdzikir, lebih meningkatkan nilai ibadah, dan lain-lain.
Pagi ini, Jumat 23 Juli 2021 saat menulis catatan batin ini, Dr. dr. Hj. Jumraini Tammasse, Sp.S.(K) sedang bersyukur dengan bertambahnya usianya. Ia ilmuwan rendah hati yang selalu melayani jiwa setiap orang yang berinteraksi dengannya, tanpa melihat atribut yang melekat pada diri seseorang. Ilmuwan yang memahami benar bahwa, “tuntutan alami setiap jiwa adalah ingin di hargai dan dihormati.” Itulah sebabnya ia melayani jiwa terlebih dahulu, bukan fisik.
Dari rumah inspiratifku, Sipil Institute Jakarta, saya ucapkan selamat ulang tahun Dinda superku, jangan pernah menunda sebagai ilmuwan yang selalu menitipkan hatinya di bumi, agar selalu dirindukan oleh semua makhluk bumi.
Penulis : Akademisi, Inspirator dan penggerak