Catatan Fiam Mustamin
KULLU Nafsin dzaaiqotul mauut / setiap yang bernyawa akan menemui kematian ..
Itulah yang memberi kekuatan kepada kami berempat sahabat terdekat almarhum ketika mendapat berita dukacita kepulangan Haji Marzuki Abd Salam, Senen 16 Agustus 2021 pukul 10 pagi waktu Indonesia Barat dari Rumah Sakit Gatot Subroto Angkatan Darat.
Kami berempat bersahabat itu adalah Almarhum, Mochammad Amin Badawi, Lemen, watawan senior dan penulis.
Kami berempat intensif berkomunikasi sejak bulan ramadhan lalu.
Almarhum seringkali mampir ke hotel Sriwijaya tempat Amin Badawi menginap.
Almarhum suka datang membawa makanan khas Bugis untuk kita buka puasa bersama. Kedatangan almarhum ini dilakukan setelah usai melakukan shalat di masjid Istiqlal.
Kami selalu sambut dengan senang hati.
Almarhum datang sebagai pengacara dan acapkali membawa untuk kita dapatkan rezki yang dibagi bersama.
Inilah yang begitu membekas dan kami hargai dari Almarhum.
Datang tidak sekadar untuk temu kangen kangenan tetapi juga merangsang, apa bisa dilakukan untuk saling bersama/ bersinergi, lawan dari sifat buruk si empirui/ sere ati yang saling mencemburui keberhasilan orang lain.
Saya menggarisbawahinya dengan budaya Bugis … Mappasituju
yang bisa kita terjemahkan untuk bagaimana kita bisa berbagi rasa secara material dan non material.
Orang Bugis mengatakan … pada engka/ kita memikiki, engka ku iya engkato ku iko …yang artinya kita sama sama memilki, ada untuk milik saya dan ada juga untuk milik kamu.
Budaya ini menjadi trade mark Surat Khabar Harian Fajar Makassar Indonesia Timur ; Tumbuh Bersama Dalam Kebersamaan. Beroroentasi ke sistem ekonomi populis kerakyatan untuk menihilkan praktek ekonomi kapitalistik.
Cinta Isteri Lahir Batin
TERHADAP siapapun yang ditinggal mati oleh orang dicintainya akan mengalami kegoncangan emosional.
Kepulangan isteri tercinta Hajjah Sumarni, 20 April 2021/8 Ramadhan 1442 Hijriya yang membuat kita sahabatnya bersimpati dalam suasana batin kehilangan isteri tercinta.
Saya berkali kali datang mengunjungi rumahnya untuk menyaksikan barang barang kenangan dan foto kebersamaan dengan isteri selama 46 tahun tak pernah terpisah. Kemana Marzuki di situ ada isterinya.
Kediaman Marzuki berseberangan hotel Sriwijaya, sekitar 200 merer berhadapan dengan stasiun kreta api Juanda.
Dengan itu saya menulis esai
untuk menghiburnya dengan judul
Love Story Orang Bugis, Marzuki Dengan Isterinya Sumarni.
Tulisan ini juga bermaksud mengatakan bahwa orang Bugis Makassar itu juga romantis.
Bugis tidak selalu dikonotasikan dengan plesetan banyak isteri.
Sesungguhnya Marzuki bermaksud membuat buku Memory Cinta Isteri Tak Terbatas/Cintaku Mannennungeng/Cinta Abadi.
Untuk penulisan memoar itu, saya merekomendasikan kepada dua orang penulis handal warga KKSS, Alif we Onggang atau Muh Saleh Mude.
Selamat jalan sahabaku …
kukenang selalu ajaranmu Mappasituju.
Beranda Inspirasi Ciliwung 16 Agustus 2021