Jangan Pernah Berhenti, Teruslah Mengukir Sejarah

0
140
- Advertisement -

Kolom Bachtiar Adnan Kusuma
Tokoh Literasi dan Penulis Nasional

Man Adlaja Balaghal Manzila, Barangsiapa yang berangkat lebih pagi, maka lebih cepat sampai tujuan. Filosofi dan seruan ajakan untuk berjuang demi pengabdian sebuah gerakan literasi tidak akan pernah berhenti i dalam satu detikpun. Sebab setinggi apapun cita-cita Anda, sejauhmana pun perjalanan yang akan Anda tempuh, sesulit apapun masalah yang Anda hadapi, semua ada jalannya. Asal saja Anda segera memulai dan membuktikannya.

Karena itulah, tanpa jengah dan tak mengenal lelah, seruan dan ajakan membaca dan menulis adalah gerakan kemanusiaan, gerakan pendidikan sekaligus gerakan hati nurani. Inilah yang membuat penulis selalu berkecambah dalam jiwa dan raga untui terus menerus menggerakan literasi dari lorong, kampung, desa, kelurahan dalam berbagai dimensi dan ruang yang universal.

Memilih jalan hidup menjadi relawan ataupun voluenteer gerakan membaca dan menulis adalah sebuah pilihan hidup. Berani memilih hidup di luar kelaziman, jauh dari pernik-pernik kemewaan, kesejahteraan maupun fasilitas. Namun penulis selalu berbahagia dengan memilih menjadi pengajak, penyeru, dan melakukan kampanye pada masyarakat agar gemar membaca, gemar menulis, gemar wakaf buku memiliki kebahagiaan tersendiri.

Dan, penulis bersyukur sebagai penggerak literasi telah berkelana dan berjuang, mengajak pentingnya budaya membaca tumbuh dari setiap keluarga.

Penulis bersyukur karena dengan panggilan jiwa sebagai pengabdi gerakan literasi telah berjuang tiada henti. Bermula dari lorong-lorong dan gang sempil di Jalan Tali Jakarta Barat, merambah ke Jalan Abadi Karuwisi, kota Makassar, kemudian membuka komunitas baca Deras di Jalan Tali Raya, Kelurahan Slipi, Kecamatan Palmerah, Kotamadya Jakarta Barat, migrasi ke di Jalan Muslim Daeng Tutu Parangtambung, kota Makassar terus merambah menjadi perpustakaan lorong dan berbagai perpustakaan berbasios masyarakat di Sulsel.

Apa yang membuat penulis bisa bertahan? Penulis bersyukur karena selain memeroleh dukungan total dari istri yang juga eks voluenteer Indonesia Pintar di zaman Presiden SBY melalui Ibu Ani Yudhoyono, juga anak-anak ikut serta terlibat total sejak putri pertama penulis, dr.Dea Ambarwati Kusuma, S.Ked. masih kelas tiga di SDN 11 Pagi Slipi, Kelurahan Slipi, Kecamatan Palmerah Kotamadya Jakarta Barat. Selain dukungan keluarga istri Ani kaimuddin Mahmud, anak-anak dr.Dea, dr.Mulan, Ria, Safwan dan Farhan juga sejumlah sahabat-sahabat penulis ikut mendukung gerakan kami

Penulis selalu yakin dan percaya dengan niat ikhlas dan tulus, apapun namanya gerakan literasi yang bertumpu dari semangat hati nurani, akan terus bergelora. Kendatipun jujur penulis mengakui, acapkali kehabisan peluru untuk membiayai pergerakan literasi.

Dan demi menyambung gerakan literasi maupun gerakan wakaf buku yang penulis kampanyekan mengalami kesulitan finansial. Pejuang tak mengenal lelah, demikian halnya Sabtu siang tepatnya 7 Agustus 2021 penulis kembali melakukan perjalanan dari rumah di Parangtambung menuju Rammang-Rammang Kab. Maros untuk menyerahkan wakaf buku H.M. Amir Uskara kepada Iwan Dento, aktivis lingkungan di. Maros. Penulis baru sadar kalau di dompet tidak ada lagi uang tunai, sementara bensin menyeruput nyaris habis.

Dan bukan alasan menunda perjalanan dan penulis bertekad melanjutkan perjalanan. Maha suci Allah, akal dan pikiran sehat tak pernah berhenti bernalar, penulis tiba-tiba menerima telepon dari seorang pustakawan yang butuh beberapa buku untuk dibeli tunai. Syukur alhamdulillah penulis janjian dengan pembeli buku dan terjadilah transaksi pembelian buku ketengan demi menyambung perjalanan penulis, alhasil tiba di lokasi Rammang-Rammang dan kembali ke rumah di Parangtambung dengan selamat.

Tak ada rasa jengah, apalagi menyerah demi sebuah gerakan literasi untuk bangsa. Lelah dan rasa capek hilang karena rasa ikhlas dan tak pernah berharap apa-apa dari sebuah perjuangan. Inilah yang membuat penulis bisa bertahan.

Akhirnya penulis berpesan kepada para pegiat dan memilih jalan literasi sebagai jalan pengabdian, jangan pernah berhenti bergerak, teruslah mengukir sejarah. Dengan modal tulus dan tidak pernah berharap apapun ats apa yang diperjuangkan, semuanya akan tiba masa yang indah dan manis. Man Adlaja Balaghal Manzila, Barangsiapa yang berangkat lebih pagi, maka lebih cepat sampai tujuan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here