Kadar Kepemimpinan dengan Trah Abbatireng (Kepatutannya)

0
1020
- Advertisement -

Kolom Fiam Mustamin

APAKAH setiap pemimpin sebuah kaum perlu memiliki waris genetik keturunan?

Paska era kerajaan, tidak lagi terikat oleh trah garis darah keturunan. Bahwa seseorang dapat diangkat dan dipilih menjadi pemimpin dari level terkecil wanua/kampung, lurah, camat dan bupati kepala daerah karena memiliki kemampuan dan pendidikannya.

Di era kerajaan, raja dipillih atas permufakatan kaum melalui sebuah kelembagaan adat di masing masing masing kerajaan, Matoa dan Sulewatang, Ade pitue di Bone, Bate Selapang di Gowa dan Arung Bila di Soppeng.

Sebelum raja diangkat terlebih dahulu diadakan perjanjian/kontrak sosial antara raja dengan rakyat yang disimbolkan diikrarkan di atas batu lalu batu itu ditanam disebut mallamugpatu.

- Advertisement -

Cara adat seperti ini merupakan sebuah warisan demokrasi morala tertua yang dimiliki oleh etnis Bugis Makassar.

Menyebut beberapa contoh yang patut menjadi referensi dalam kita melihat generasi yang memiliki trah Abbatireng/keturunan kepemimpian sebagai To Acca/pintar, To Warani/berani dan To Malempu/ jujur.

Antaranya kita lihat pada Daeng Pammate yang menciptakan tulisan aksara lontara Makassar di abad ke-16.

Arung Bila yang menjalankan eksekutif pemerintahan kerajaan Soppeng abad ke-14.

Karaeng Galesong dan Bonto Marannu, pemimpin armada perang Gowa yang melanjutkan peperangan bersama Pangeran Diponegoro dan Sultan Tirtayasa di Jawa dan Banten.

Karaeng Pattingalloang bernama I Mangadacinna Daeng Sitaba, astronom, ahli matematika dan menguasai sejumlah bahasa asing di abad ke-17.

Syech Yusuf, ahli tasauf yang pernah jadi Imam Besar di masjidil Haram Makkah.

Ammana Gappa, ahli hukum pelayaran dan perniagaan dan Opu Lima Bersaudara menjadi raja dan yang Dipertuan Muda di Johor, Selangor, Kedah, Riau Lingga, Makaka Mempawa dan Sambas.

Kemudian Prof. Amiruddin yang lama bermukim di Malaysia, di era Gubernur Sulsel Andi Oddang, Amiruddin dipanggil pulang jadi Rektor di Unhas dan dipersiapkan jadi Gubernur Sulawesi Selatan.

Di masa jabatan gubernur itu, Amiruddin menghidupkan Yayasan Pendidikan Latimojong dengan membangun SMU unggulan di Malino untuk investasi sumberdaya manusia unggul dan pemberian bea siswa kepada mahasiswa untuk pasca sarjana yang terpilih dan verifikasi kewilayahan komoditas unggulan pertanian di Sulsel.

Karaeng Pattingalloang cendekiawan besar menulis 5 sebab warning/antisipasi keruntuhan sebuah pemerintah n yaitu :

  1. Punna tenamo naero nipakainge karaeng
    Manggauka/bilamana raja tidak mau lagi diperingati.
  2. Punna tenamo tomangasseng rilalang
    pararasangan Iompoa/bilamana tidak ada lagi cendekiawan di dalam negeri.
  3. Punna nallengasemmi soso pabbicaraya/bilamana para hakim dan pejabat makan sogok.
  4. Punna majaidudu gau lompo ri parasanganga/bilamana terlalu banyak kejadian besar dalam negeri.
  5. Punna tenamo nakamaseangngi atangna Karaeng Maggauka/
    bilama raja tidak lagi menyayangi rakyatnya, ( A. Zainal Abidin Farid, Nilai Budaya Bugis Perbandingan Antara Nilai Budaya Utama Jepang, SIRI Kearifan Budaya Sulawesi Selatan, 1988).

Beranda Inspirasi Ciliwung
12 April 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here