Kolom Fiam Mustamin
APAKAH narasi itu telah menjadi pembicaraan penting di area publik pemerintahan atau sebatas narasi retorika pejabat publik ?
Benar atau tidaknya saya terobsesi menampilkan judul tulisan ini dengan uraiannya sebagai berikut.
Andaikan pun tidak menjadi topik perhatian di area publik maka saya mempersepsikan bahwa pemerintahan bisa diibaratkan bahwa Negara dalam sebuah Jalan Lorong Gelap Tak Berujung dalam usia 79 tahun Kemerdekaannya.
Apa Yang Dilakukan
Kearifan itu dapat diartikan sebagai sebuah kecakapan intuitif kepada seseorang atau kaum yang dikehendaki oleh Allah SWT. Posisinya sama dengan Hidayah / Pammase, bukan kecakapan kecerdasan intelektual dari seorang guru di lembaga pendidikan.
Ada kaum dan suku bangsa yang mendapat gelaran pammase ini yaitu Bugis dan Turki, suku Bugis sendiri memiliki tulisan disebut Lontara.
Suku bangsa yang memiliki aksara/ tulisan Arab dengan Hajayah, Jepang dan China dengan Kanji, India dan Jawa dengan Sansekerta dan Bugis Makassar dengan Lontara.
Dari peradaban itu melahirkan penafsiran dengan kearifan, kita sebut ada entitas Aceh, Batak, Minangkabau, Palembang, Jawa, Sunda, Bali, Kutai Kalimantan, Bugis Makassar, Maluku dan Papua.
Dengan adanya aksara tulisan itu dapat mencatatkan warisan peradaban dari masa kemasa. Sebelas entitas etnis yang disebutkan itu dapat memperesentasikan Nusantara/ Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mempresentasikan kearifan dalam pemerintahan dengan nilai-nilai Demokrasi/ Assimaturuseng/ Kesepakatan : Maradeka tau Wajoe Ade Emmi Napopuang ( Merdeka orang Wajo hanya hukum/ Ade yang dipertuan ).
Dengan itu raja tidak kebal hukum tebang pilih, raja atau pemimpin bisa dilengserkan, diasingkan dan dibunuh bila melanggar adat dan berbuat zalim dan seterusnya.
Kemudian Raja / pemimpin dipilih berdasarkan musyawarah Majelis Adat, tidak selamanya dari putra mahkota.
Kearifan juga dikenal dalam kehidupan pencarian nafkah/pallaongruma : Pertanian, Pelayaran, Kelautan, Perniagaan, Pandai besi, Panrita lopi/ pembuat perahu. Kearifan itu juga mengajarkan untuk mengenal tanda-tanda alam/ pananrang untuk melakukan suatu hajat di waktu tertentu.
Kearifan yang ada turun temurun itu tidak serta merta ditinggalkan dan dimatikan karena alasan teknologi mekanisasi dengan mesin, ada hal kemanfaatan yang dapat disinergikan dan dibudayakan beriring.
Perlunya diadakan berkala Tudang Sipulung antara pejabat pemerintah dengan pemuka masyarakat untuk membicarakan kepentingan warisan peradaban dan kemakmuran rakyat, barakallah.
Legolego Ciliwung 9 Agustus 2024