Catatan Ahmad Saransi
KOMPLEKS Lalebenteng Soppeng adalah sebuah situs bersejarah yang kaya akan warisan budaya dan arsitektur kerajaan Soppeng.
Di dalam kompleks ini terdapat beberapa bangunan penting yang mencerminkan kekuasaan dan tradisi kerajaan Soppeng.
Salah satu bangunan utama adalah Saoraja Tanru Tedong, yang merupakan kediaman resmi bagi Datu Soppeng pada masa lampau.
Istana ini dikenal dengan desain arsitektur tradisional yang mencerminkan kemewahan dan kekuasaan kerajaan, serta menjadi pusat administratif dan sosial bagi kerajaan Soppeng.
Di samping Saoraja Tanru Tedong, terdapat pula Bola Soba, sebuah bangunan yang diperuntukkan bagi tamu-tamu yang datang bermalam.
Bola Soba ini memiliki fungsi penting sebagai tempat peristirahatan bagi tamu kerajaan baik dari luar maupun dalam daerah.
Keberadaan Bola Soba memperlihatkan keramahan dan tradisi penyambutan yang kaya dalam masyarakat Soppeng.
Selain itu, di bagian belakang Istana Saoraja Tanru Tedong berdiri pula Istana Manumanu milik We Tenri Dio Datu Lompulle.
Istana Manumanu mencerminkan struktur pemerintahan yang terorganisir dengan baik dalam kerajaan Soppeng.
Namun, sekitar tahun 1950-an, terjadi perubahan besar dalam kehidupan kerajaan Soppeng.
Datu Soppeng, H. Andi Wana, berpindah ke Mes Tinggi atau yang dikenal sekarang Villa Yuliana.
Sebagai dampaknya, Saoraja Tanru Tedong tidak lagi digunakan dan dibuka lalu di bawa dan disimpan di Ganra.
Sebagai pengganti dari Istana Saoraja Tanru Tedong yang lama, dibangunlah sebuah rumah batu yang diberi nama Salassa Datu Soppeng sekitar tahun 1957 dan dibelakang Salassae terdapat pusat penyimpanan Regalia yang dikenal dengan Bola Ridie.
Salassa Datu Soppeng ini menjadi simbol peralihan zaman dan mencerminkan perubahan cara hidup kerajaan yang lebih modern namun tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional Soppeng.
Kompleks Lalebenteng Soppeng, dengan semua bangunannya, merupakan saksi bisu perjalanan sejarah kerajaan Soppeng yang penuh dengan perubahan, perkembangan, dan adaptasi terhadap zaman.