PINISI.co.id- Dinilai gagal mengatasi pandemi Covid-19 di Kota Makassar, Pj. Walikota Makassar Yusran Jusuf diganti oleh Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah kepada Rudy Djamaluddin, 26 Juni lalu.
Pendiri dan Ketua Lembaga Monitoring Sulawesi Selatan Muhammad Abduh Rachman, menilai Yusran gagal dalam strategi melawan virus korona jenis baru, lantaran belum signifikannya penurunan pasien Covid-19 di Makassar. “Ini merupakan sejarah baru kepemimpinan pemerintahan kota Makassar yang belum genap 50 hari,” jelas Abduh Rahman.
Sejak Yusran penjabat walikota Makassar, Abduh Rachman menilai, banyak memunculkan silang komunikasi di masyarakat bawah. Penolakan tes cepat di berbagai kelurahan dan kasus pengambilan paksa jenazah di sejumlah rumah sakit, mengindikasikan Yusran tidak serius membendung pandemi.
Sebab jika dibiarkan, kata Abduh Rachman, potensi konflik horisontal bisa terjadi dan terksesan ada pembiaran hukum seolah biasa saja terjadi. Jadi pergantian Jusran adalah kebijakan yang tepat.
Untuk itu, Abduh Rachman mengapresiasi keputusan cepat Gubernur Sulawesi Selatan sebelum penyebaran pandemi tidak terkendali, apalagi Yusran dikenal sebagai orang dekat gubernur. Gubernur mampu bertindak tegas dengan nawaithu demi kemaslahatan orang banyak.
Yusran Yusuf semula adalah Dekan Fakultas Kehutanan Univeritas Hasanuddin yang kemudian diamanahkan ke ASN Pemerntah Provisnsi Sulsel sebagai Plt. Kadis Bapedda Pemprof Sulsel kemudian diusulkan sebagai Pj. Walikota bersama Rudi dan Kadis Pariwisata Denny Irawan.
Menurut Abduh Rahman, kompetensi pemimpin sekarang ini dibutuhkan, layak atau tidak layaknya dalam mengemban amanah. “Seorang Khalifah Omar Bin Khatab yang memberikan spirit bagi pemimpin yang bijak, jikakalau kita letih karena kebaikan, maka sesungguhnya keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan kekal, namun jikalau kita bersenang senang dengan dosa, maka sesungguhnya kesenangan itu akan hilang dan dosa itu akan kekal,” ungkap Rachman. [Lip]