Kolom Andi Wahida Tuan Guru Sulaiman
BELAKANGAN ini di berbagai media terjadi perang kata-kata untuk mendukung salah satu calon pemimpin bangsa.
Ada 3 ( tiga ) pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden sebagai berikut : 1. Anis Baswedan dan Muhaimin Iskandar; 2. Ganjar Pranowo dan Mahfud MD serta 3. Prabowo Subianto dan Gibran.
Nah, berbicara tentang paslon Presiden dan Wakil Presiden membuat kita seluruh rakyat Indonesia seperti terbangun dari mimpi buruk dengan drama-drama yang menyertainya termasuk putusan Mahkamah Konstitusi.
Tidak heran jika Saya teringat kembali Pidato Bung Karno. Dalam pidatonya di Jakarta tanggal 17 Agustus 1963, Bung Karno menyatakan:
“….Tolol orang ini ! Dia tidak tahu bahwa keselamatan dunia selalu terancam oleh Old Established Order itu. Dia apakah juga tidak tahu bahwa bangsanya sendiri 350 tahun terjajah, 350 tahun terkungkung dan terhina, 350 tahun tertindas dan terhisap, 350 tahun diingkel-ingkel menjadi satu bangsa lung-lit oleh Old Established Order itu?…”
Kalau dulu Soekarno selalu lantang berpidato tentang bangsa Lung- lit apakah kita mau mengulang lagi peristiwa itu ?
Apakah tidak bisa jadi pelajaran bangsa ini betapa penjajahan dulu tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Apa hubungan antara Paslon dan bangsa Lung-lit ?
Coba ditarik benang merahnya antara Old Established Order, New Normal dan The New World Order.
Lantas pertanyaan pentingnya adalah apakah itu “ OLD ESTABLISHED ORDER itu “ ?
Dalam sebuah dokumen rahasia yang tersimpan di Perpustakaan Leiden University, Belanda disebutkan bahwa perjanjian itu melahirkan pembagian target wilayah invasi mereka menjadi dua, yakni : Bumi Bagian Timur dan Bumi Bagian Barat.
Yang selanjutnya membentuk organisasi sendiri dengan nama “ East Indie Company ” disingkat “EIC” yang dipimpin oleh Sir Jim Lancester.
Selanjutnya, Vereenigde Oostindische Compagnie atau “ VOC ” kemudian diserahi sembilan buah tugas sebagai berikut:
1. Mengatur dan mengendalikan sistem Pemerintahan dan administrasi Bumi (berperan sebagai “ Secretariat ”).
2. Mencetak mata uang menggantikan sistem barter dengan menggunakan aset-aset Bumi milik Kekaisaran Sunda (berperan sebagai “ Finance Council ”).
3. Membangun sistem ekonomi dan moneter dunia dengan cara membentuk bank, asuransi dan pegadaian termasuk di dalamnya institusi teknis keuangan seperti membuat perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan, pertambangan, perkebunan, dan transpotasi (berperan sebagai “ Ekonomi Council ”).
4. Membentuk tribun-tribun, kerajaan-kerajan, dan negara-negara di seluruh dunia.
5. Mengangkat dan memberhentikan raja-raja, pangeran-pangeran dan pejabat lainnya di seluruh dunia.
6. Membuat perjajian-perjanjian setingkat dunia.
7. Menjaga keamanan dan ketertiban dunia (berperan sebagai “ Secretly Council ”).
8. Mengadili kejahatan dan masalah-masalah internasional lainnya (berperan sebagai “ International Court of Justice ”).
9. Membangun istana-istana, benteng-benteng dan bunker-bunker serta bangunan heritage lainnya di seluruh dunia ( Sumber tulisan : Syansanata Ra ).
Demikianlah sekelumit isi dari sebuah dokumen sangat rahasia yang tersimpan di University Leiden, Belanda. Dan itu masih panjang.
Inilah maksud dari pernyataan Gubernur Jenderal Bonifacius Cornelis de Jonge ketika memberikan keterangan kepada pers pada tahun 1935 Masehi:
“ Als ik met nationalisten praat, begin ik altijd met de zin: Wij Nederlanders zijn hier al 300 jaar geweest en we zullen nóg minstens 300 jaar blijven. Daarna kuncen we praten “
Terjemahan:
“ Apabila saya berbicara dengan para Nasionalis, saya selalu memulainya dengan kalimat : ‘ Kami Nederland (Belanda) sudah berada disini sejak 300-an tahun yang lalu, dan kami akan tetap di sini sampai 300-an tahun kemudian ’.
Lalu kita bisa bicara:
Kenapa bangsa ini tidak berkaca pada masa lalu agar tidak mengulang peristiwa pahit bangsa.
Paslon dan drama – drama keputusan yang menyertainya hanyalah eforia politik untuk membangun dan melanggengkan kekuasaan.
Di era kini uang adalah raja siapapun yang menguasai media maka kekuasaan dalam genggaman.
Masihkah kita bisa Membangun Harapan Lahirnya Pemimpin Bangsa Yang Amanah untuk Kemaslahatan Rakyat dan Bangsa, jika cara – cara dzolim dipertontonkan oleh pemangku kekuasaan dan pembuat kebijakan.
Sebagai generasi bangsa mampukah Kita menjadi PEMUDA yang VISIONER untuk memilih 1 paslon dari 3 paslon yang bisa membawa PERUBAHAN.
Tahun 2024 adalah tahun kesempatan memilih pasangan yang bisa membawa perubahan kalau tidak maka di tahun 2030 Indonesia akan hilang dari peta.
Bijaklah memilih paslon, bukalah hati dan bangun kesadaran secara kolektif agar dapat keluar dari politik dinasty yang mulai dibangun.
Wajo, 30 Oktober 2023 Pukul 20.53 WITA