Membudayakan Tablik Budaya dalam Paguyuban Keluarga Bugis, Makassar Mandar dan Toraja

0
433
- Advertisement -

 


Kolom Fiam Mustamin

TABLIK atau majelis budaya itu dimaksudkan sebagai perekat ikatan emosional dan kultural di empat komunitas entitas Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja.

Empat etnis besar itu tak terpisahkan secara genetika, emosional dan kultural meskipun ada juga yang menambahkan etnis lain dalam wilayah empat komunitas entitas suku bangsa itu.

Lalu nilai apakah yang tetap perlu dipertahankan dan dilestarikan.

- Advertisement -

ADAB dari peradaban itu adalah Pangedereng dan Pangadakkang dalam tatanan kehidupan keluarga dan masyakakat dapat ditemui dalam kehidupan tata krama yang saling menghormati satu sama lain (sipakaraja).

Penghormatan itu dilakukan kepada yang lebih tua dan menyayangi ke yang muda, kepada pemimpin karena amanah jabatannya di masyarakat, demikian halnya kepada raja karena kepanutan kepemimpinannya yang menciptakan keadilan / pengayoman kepada rakyatnya.

Semua itu dapat digali dari komunitas entitas budaya dari beberapa daerah yang telah menerapkan ajaran kearifan dalam kehidupan di masyarakat. Dapat dilihat di sejumlah daerah itu yang terwarisi kecendekiaan ( to acca dan panrita) di Luwu, Sidenreng, Suppa, Soppeng, Wajo, Bone, Tanete Barru, Gowa Tallo dan Bulukumba.

Kepada pilar paguyuban daerah tersebut dapat secara berkala tampil dalam dialog budaya dalam skala daerah dan nasional sebagai referensi guna memahami makna dari pesan pesan kearifan dalam lontara.

Petuah dan pesan-pesan itu dapat diterjemahkan maknanya :

Sipatuo Sucirinnai
Malilu Sipakainge
Rebba Sipatokkong
Makin Siparappe (Bugis)

Mabbulo Sebatang
Maccera Sitongka Tongka ( Makassar)

Sirindo Rondoi
Nasiwali Parri ( Mandar)

Topada tindo
Mesa Kada Niputuo
Pantang Kada Nipomarte ( Toraja)

Adapun makna dari pesan-pesan itu intinya untuk terciptanya rasa saling menyayangi/memiliki dan peduli antara satu sama lain dalam kehidupan kekerabatan kemasyarakatan.

Apakah Pesan Itu Masih Terbudayakan Saat Ini?

PERTANYAAN itu yang melahirkan Tablik Budaya untuk membicarakannya di komunitas, entitas paguyuban pilar untuk bagaimana menjadi warga yang modern dan maju dengan tidak meninggalkan / kehilangan identitas budaya luhurnya.

Hendaknya budaya tidak hanya dipahami dari pertunjukan seninya ( tari, musik dan teater ) prosesi upacara adat perkawinan, kelahiran, penobatan raja/ datu/sultan / opu dan karaeng serta parade pakaian daerah dan pameran kerajinan dan kuliner dalam promosi pariwisata

Dialog dalam tablik budaya dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang apa arti nilai-nilai peradaban dalam kehidupan berPaguyuban, berMasyarakat, berBangsa dan berNegara.

Legolego Ciliwung 15 Desember 2023

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here