Kolom Fiam Mustamin
APAKAH kita perlu mempertentangkan antra karya literer buku dengan digitalisasi teknologi.
Cetakan buku adalah produk peradaban klasik yang masih terus dipergunakan sampai saat ini.
Produk digitalisasi hasil teknologi moderen saat ini yang serba hemat dan praktis sedang menjadi trendi di kaum milenial khususnya.
Jalan tengahnya tidak perlu dipertentangkan, kita perlukan dan gunakan dua-duanya.
Digital teknologi modern yang canggih apapun itu namanya tidak boleh mematikan peradaban cetakan literer buku atau surat kabar yang sudah lebih duluan hadir di masyarakat.
Bagaimanpun kebutuhan bacaan seperti tulisan Arab Al Qur an dan Latin untuk Injil belum tergantikan oleh digital.
Demikian halnya dengan kebutuhan untuk membaca fisik surat kabar masih diperlukan orang.
Untuk kebutuhan saat ini, bagaimana kita dapat menumbuhkan tradisi/budaya menulis sejak dari bangku sekokah, hingga SLTP, SLTA, mahasiswa dan sarjana.
Kita perlu menghidupkan Gerakan Nasional penulisan dengan lomba/ sayembara di kelasnya masing-masing tingkatan yang disebutkan itu.
Lembaga yang Berkompeten
MENYEBUTNYA sebagai gerakan nasional penulisan tentu terkait dengan lembaga negara/kementerian.
Penulisan adalah karya kreatif kontemplasi, masuk dalam wilayah Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Pendidikan Nasional.
Apakah generasi penulis ini dapat dibentuk atau disekolahkan.
Relatif, tergantung dari lingkungan yang membentuknya dengan bacaannya, selain karena bakat bawaan genetis turunan.
Berkaitan dengan karya tulis yang dibukukan, besar kaitannya dengan penerbitan seperti Balai Pustaka dan penerbitan swasta lainnya
.
Obyek/meteri yang ditulis meliputi : bidang pertanian, perikanan, lingkungan perdesaan dan perkotaan bagi pelajar.
Rekayasa teknologi untuk bercocok tanam, kelautan, tranportasi dan kehidupan sosial bagi mahasiswa.
Karya humaniora, kearifan lokal ; kepemimpinan, bercocok tanam, perikanan, pelayaran, adat istiadat, perdagangan, kesenian dan pariwisata bagi sarjana.
Serta karya ilmiah disertasi yang terseleksi yang dapat dijadikan buku bacaan populer.
Karya-karya tersebut terseleksi oleh sebuah team dewan juri dari pakar, kementerian dan budayawan serta jurnalis.
Sayembara dapat dilakukan berkala lima tahunan.
Buku-buku hasil sayembara itu disubsidi untuk mengisi pustaka sekolah, pesantren, perguruan tinggi dan taman bacaan masyarakat.
Beranda Inspirasi Ciliwung 4 Juni 2021