PINISI.cpo.id- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim berbagi pengalaman hidup dan karir kepada lebih dari 120 mahasiswa Indonesia di Boston, Amerika Serikat (AS).
“Mahasiswa Indonesia perlu mengetahui transformasi yang sedang terjadi di Indonesia. Sebagai contoh, delapan dari 22 episode Merdeka Belajar berfokus pada transformasi pendidikan tinggi. Tim saya di Kemendikbudristek terus berupaya menghilangkan sekat antara dunia akademis dan industri agar lulusan Indonesia lebih relevan dan berdaya saing,” kata Mendikbudristek mengawali pemaparannya tentang Merdeka Belajar.
Presentasi Mendikbudristek dilanjutkan dengan sesi ask me anything, di mana mahasiswa bebas bertanya apa saja kepada Menteri Nadiem. Safira, mahasiswa Harvard Kennedy School bertanya tentang bagaimana Menteri Nadiem sebagai anak muda dapat menavigasi tantangan yang ditemui, dari sektor swasta ke sektor publik.
“Nasihat pertama, sabar. Jangan khawatir. Karena yang kelihatannya tidak bergerak, lama-lama hasilnya pasti kelihatan. Saya mengalami sendiri pada dua tahun pertama menjabat sebagai menteri. Tahun ketiga, mulai terlihat hasilnya,” jelas Mendikbudristek.
Lebih lanjut Menteri Nadiem mengatakan, “Secara realistis, hasil dari transformasi pendidikan di negara-negara lain pun baru terlihat setidaknya 10 tahun kemudian. Hal terpenting adalah kita sudah memulai transformasi tersebut.”
Platform Kampus Merdeka yang membuka ribuan peluang bagi mahasiswa dan industri saja misalnya, sejak diluncurkan sampai saat ini telah dimanfaatkan lebih dari 724 ribu mahasiswa. 2.700 perusahaan dan lembaga nirlaba pun membuka kesempatan riset, magang, dan lain sebagainya kepada lebih dari 123 ribu mahasiswa.
Suhandi, mahasiswa Boston University School of Education menyampaikan masukan terkait kesejahteraan guru. Mendikbudristek menanggapi bahwa jajarannya selalu mengedepankan suara guru.
“Soal guru honorer merupakan masalah yang sudah lama sehingga langsung menjadi salah satu prioritas utama ketika saya menjabat. Tahun lalu sekitar 300 ribu guru honorer telah menjadi ASN PPPK. Tahun ini sekitar 300 ribu pun akan diangkat menjadi ASN PPPK,” terang Menteri Nadiem.
Suhandi juga menyinggung soal kesulitan kawannya yang seorang guru untuk mendapatkan gaji karena belum melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG).
“Kami sudah berupaya keras agar mulai tahun ini guru dapat memperoleh tunjangan meskipun belum mendapatkan sertifikat PPG. Namun, niatan yang kami tuangkan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut harus ditunda pembahasannya, jadi apa boleh buat.”
Menutup pertemuan ini Mendikbudristek berpesan, “Perubahan selalu mengundang resistensi. Kalau dalam suatu kepemimpinan tidak ada yang protes, jangan-jangan kamu belum melakukan apa- apa. Yang penting hati kita tulus dan kinerja kita bagus.”
Pertemuan dengan Mendikbudristek yang bertempat di Massachusetts Institute of Technology ini dihadiri perwakilan mahasiswa Indonesia dari Harvard University, Boston University, Northeastern University, Berklee College of Music, Babson College, Boston College, UMass Boston, UMass Lowell, Bentley University, Worcester Polytechnic Institute, Clark University, Tufts University, Bunker Hill Community College, University of New Hampshire, Brown University, dan John Hopkins University.
Lawatan Mendikbudristek ke AS memiliki dua misi khusus. Pertama, untuk menegaskan kepemimpinan Indonesia dalam hal transformasi sistim pendidikan melalui terobosan-terobosan Merdeka Belajar. Kedua, untuk mendorong kerja sama, antara lain di bidang pendidikan tinggi dengan sejumlah universitas dan di bidang kebudayaan dengan institusi riset dan permuseuman top dunia yang berkedudukan di AS. (Syam)