Menulis dan Membaca untuk Menjadi Manusia Paripurna

0
979
- Advertisement -

Kolom Ruslan Ismail Mage

Menulis dan membaca atau membaca dan menulis itu sama saja pentingnya. Dua kata ini tidak terpisahkan dalam membangun peradaban dunia. Dua kata ini mengandung energi turbo dalam mendorong setiap orang meraih bintang (cita) dan memeluk matahari (kehidupan). Itulah sebabnya pelajaran paling dasar yang diperkenalkan kepada anak-anak yang memasuki usia sekolah adalah menulis dan membaca, tanpa mengabaikan pentingnya berhitung pada saat yang sama.

Ilmu pengetahuan berabad-abad lalu bisa sampai ke tangan kita sekarang itu karena ada warisan tulisan yang ditinggalkan para manusia-manusia pembelajar ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Terlebih agama dari jaman para nabi bisa sampai ke kita sekarang dan menikmati indahnya beragama menentramkan jiwa, itu karena ada ahli tulis yang mendampingi para nabi yang diberikan wahyu oleh Tuhan.

Begitulah dari waktu ke waktu, jaman ke jaman, manusia ke manusia, ilmu pengetahuan turun-temurun tersiar dan agama tersebar melalui aktivitas menulis dan membaca. Inilah yang disebut salah satu hukum keseimbangan antara menulis dan membaca tanpa henti dalam membangun peradaban. Berhenti menulis berarti proses transformasi ilmu pengetahuan berhenti, malas membaca berarti proses lahirnya orang-orang hebat terhenti.

Dalam Islam aktivitas menulis dan membaca begitu di muliakan. Dalam salah satu sumber dijelaskan, nama lain dari al-Qur’an adalah al-Kitab. Kitab suci al-Qur’an sendiri menyebutkan al-Kitab sebanyak 230 kali, sedangkan kata al-Qur’an hanya disebut 58 kali. Al-Qur’an berarti “bacaan” dan al-Kitab berarti “tulisan.” Lebih banyaknya penggunaan kata al-kitab dari pada al-Qur’an, menunjukkan tingginya anjuran al-Qur’an untuk menulis, tanpa mengenyampingkan pentingnya membaca pada saat yang sama.

- Advertisement -

Logika sederhana pun bisa memahaminya, bagaimana mungkin ada bisa dibaca kalau tidak ada tulisan. Aktivitas membaca terbatas pada ingatan seseorang. Membaca laksana memegang batu es, yang lama-lama bisa mencair lalu menghilang wujudnya. Sementara dengan tulisan-tulisan yang dihasilkan akan abadi untuk diwariskan dari generasi ke generasi. Menulis mengajari bahwa yang terucap bisa saja terlupakan, namun yang dituliskan akan selalu ada. Begitulah seterusnya, dengan tulisan dibantu pendalaman membaca, ilmu pengetahuan dan agama sampai ke dalam kehidupan kita di era milenial sekarang.

Jadi sudah jelas terang benderang, aktivitas menulis dan membaca sangat penting dan tidak terpisahkan bagi kehidupan manusia dalam menuntut ilmu pengetahuan, membangun karier, mengembangkan kualitas personalnya, sampai mempersiapkan diri berjalan menghadap ke Tuhannya. Menulis dan membacalah untuk menjadi manusia paripurna. Menulislah agar dunia mengenalmu, dan membacalah agar bisa mengenal dunia. Lebih baik hidup sederhana di pondok bambu penuh buku dengan mata pena tajamku, daripada hidup dalam gemerlapnya istana di kelilingi orang-orang yang buta pena.

Penulis : Akademisi, Penulis Buku Produktif, Inspirator dan Penggerak

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here