Oleh Fiam Mustamin
Keunggulan utama yang dimiliki Indonesia adalah potensi sumberdaya alam pariwisatanya. Potensi itu bisa dikatakan sebagai aset fundamental ekonomoi yang permanen dan tidak tergerus oleh fluktuasi perekonomian global.
Sumber pariwisata bisa dikatakan sebagai warisan hidayah dari alam dan budaya. Secara geografis negara ini cukup luas dengan 17.000 kepulaan yang terdiami oleh 1.128 suku bangsa, 300 kelompok etnis, 350 ragam bahasa, dilintasi oleh gsaris khatulistiwa dengan dua musim; penghujan dan kemarau.
Potensi Pariwisata
Potensi wisata yang bersifat alamia antara lain gugusan kepulauan dengan segala habitat hewani dan tumbuhannya, garis pantai, hutan pegunungan dengan beragam sepiesis hewan dan tumbuhannya, peninggakan fosil purba, budaya dan sejarah peradabannya.
Di antara itu, sebagian sudah diobservasi dan dipetakan sebagai destinasi/obyek wisata domestik dalam negeri dan global/ manca negara.
Baru 10 daerah yang telah ditetapkan sebagai destinasi wisata dunia/ Indonesia tourism destination world. Daerah-daerah yang disebutkan itu memerlukan promosi secara komprehensif yang dapat memandu dan mengikat calon wisatawan dengan penguraian informasi hal tentang Apa, Bagaimana dan Di mana potensi wisata tersebut.
Di antara 10 unggulan wisata itu masih berkemungkinan ada pengembangan baru bila ada suatu perencanaan kolektif yang terkoordinasi antara istansi terkait Pariwisata, Dikbud, Dalam Negeri dan Deplu.
Untuk di wilayah kawasan Indonesia Bagian Timur saja terdapat sejumlah obyek wisata yang favorit menarik dikunjungi antara lain di Pulau Samataha, Selat Makassar Kaltim, Bunaken untuk diving di Sulut, Pulau Togean dengan pesonanya di Sulteng, Kepulauan Takabone Rate dengan ragam karangnya di Selayar, Sulsel, Kepulauan Raja Ampat dan Owi, Selat Cendrawasih, tiga puncak salju abadi di pegunungan Jayawijaya di Papua, Labuan Bajo di NTT, kawasan Mandalika, NTB, Kepulauan Wakatobi di Sultra, peninggakan fosil purba gajah, kuraokura raksasa dan babi rusa di seputar sungai Walennae Soppeng, Sulsel dan pesona pantai, laut dan pegunungan di Mamuju, Sulbar.
Pontensi keanekaan hayati di perairan Kawasan Timur Indonesia itu sudah terekam dalam penelitian yang dikenal dengan Garis Wallacea sekitar tahun 1800 an oleh peneliti Walkacea berkebangsaan inggeris.
Menghidupkan Musik Etnik
Ragam etnik di Nusantara ini selain bahasa, budaya dan adatnya juga dengan potensi aneka keseniannya khususnya dengan instrumen musik yang dikenal dengan instrumen musik gesek, petik, tiup dan tabuh.
Seperti apa sensasinya bunyi dan nada itu yang dapat dihasilkan dari kolaborasi angklung, seruling, biola, kecapi, trompet, harmonika, gambus, dll.
Instrumen musik itu dapat diciptakan menjadi sebuah orkestra yang memadukan unsur instrumen itu. Semisal mengarasmen simponi lagu-lagu daerah untuk ditampilkan di setiap daerah yang terdekat dengan sumber obyek wisata tersebut.
Daerah yang yang berpotensi terbentuknya Orkestra Musik Etnik, antara lain Aceh, Medan, Padang, Palembang, Banjarmasin, Balikpapan, Menado, Palu, Makassar, Ambon, Mataram dan Jayapura. Di luar Bali dan Jawa yàng sudah memiliki orkestra untuk konser musik klasik.