Kolom Fiam Mustamim
PERTEMUAN Saudagar Bugis Makassar (PSBM) telah berlangsung sejak 1994 di kota Makassar yang pada awalnya perlu menseminarkan pengertian filosofi dari Saudagar dan Bugis Makassar yang satu penulisan dan ucapan.
Dengan Pertemuan Cendekaiwan Bugis Makassar (PCBM) sejagad yang pertama ini, 27 dan 28 Juni 2020 penulis perlu menyampaikan ungkapan terimakasih kepada Prof Dr KH Nasaruddin Umar atas pertanyaan penulis puluhan tahun silam; Apa keunggulan etnis Bugis Makassar ini?
Dua kata yang menjadi penekanan yang penulis serap dan maknai dari beliau Anre Gurutta ini ialah pada diri etnis Bugis Makassar mewarisi gen/darah kecerdasan/kecendekian dan kewaranian/keberanian.
Dengan pemahaman dan penghayatan itu sebagai suku Bugis Makassar anak bangsa ini merasa bangga dan bersyukur dapat mengikuti dan menyaksikan pembuktian itu di forum majelis terhormat Zoom meeting di PCBM.
Lebih lanjut Anre Gurutta menjawab pertanyaan bahwa dua suku bangsa yang memiliki anugerah kecerdasan dan keberanian itu dari etnis Bugis Makassar dan Turki.
Karena itu penulis begitu antusias membaca kisah kisah sejarah dan peradaban gen Bugis Makassar termasuk gen Toraja, Mandar dan Massenrepulu di dalamnya.
PCBM dan PSBM Berpadu
PCBM akan berkonsentrasi dengan wawasan pemikiran konsepsional untuk sebuah kebijakan yang bersekala untuk kehidupan kebangsaan dan kenegaraan secara universal. Dilakukan secara berskala kebutuhan di mana saja pun secara online daring atau konvensional.
Bisa saja pada suatu waktu dilakukan di suatu negara perwakilan KKSS di mancanegara.
Tradisi kecendekiaan ini dapat merujuk ke jejak peradaban era Karaeng Patingalloang yang menguasai ilmu perbintangan dan penguasaan sejumlah bahasa asing (Portugis, Inggeris, Arab, Belanda dan China)
ketika itu di abad ke 16. Saat itu Karaeng Patingalloang sebagai Mangkubumi berpasangan dengan raja Gowa ke 15 Sultan Malikussaid nasa kejayaan Islam di Gowa.
Amana Gappa dikenal sebagai pencipta hukum pelayaran dan perniagaan. Semua ini patut menjadi referensi kajian dari warisan tradisi leluhur orang Bugis Makassar itu.
Sementara itu PSBM terkait dengan ikatan hubungan emosional dan kultural di Sulawesi Salatan.
Pillihan tempat penyelenggaraannya secara bergilir dapat dilakukan di kota kota Kabupaten di Sulsel dan tidak mutlak di Makassar.
Materi PSBM untuk menciptakan sinergitas pengembangan sumberdaya alam, ekonomi perdagangan dan keuangan waga KKSS seluruhnya. Membangun kesejahteraan di daerah bermukim tetap dengan tidak melupakan daerah/kampung leluhur.
Jejak Migrasi Bugis Makassar
ADA perlunya mengetahui dan menghayati apa makna dari migrasi/merantau orang tua leluhur kita ke seantero Nusantara dan benua lain.
Mengetahui itu kita mendapatkan informasi peradaban jejak orang Bugis Makassar yang menyatu dalam diri prilakunya : lempu/jujur, getteng/teguh, warani/berani, berahlak dan beragama yang meyakini dan berserah diri atas segala yang terjadi karena kehendak yang Maha Esa.
Perjuangan dan syiar agama dari pengasingan Syeh Yusuf dari Gowa ke Banten, Aceh, Srilangka, Cape Town, Afrika Selatan. Menjadi imam besar masjidil haram Makkah.
Tuanta Salama Shech Yusuf menjadi Pahlawan Nasional di kedua negara itu sebagai inspirator kemerdekaan. Turunan bangsawan Gowa Daeng Mangalle di Thailand yang kedua putranya Ruru dan Tulolo menjadi lord/raja, Panglima Angkatan Laut Perancis.
Opu 5 orang bersaudara putra bangsawan Daeng Ri Lakke dari tana Luwu menjadi Dipertuan Muda di Johor, Riau lingga. Mereka mereka itu kawin mawin berketurunan Bugis Melayu.
Yang tak kurang pentingnya yang bisa mejadi perekat kekerabatan kebangsaan paska perjanjian Bungaya atas kekalahan Sultan Hasanuddin raja Gowa dari kolonial Belanda. Putra putrinya Sultan Hasanuddin; Karaeng Galesong, Karaeng Bonto Marannu, I Fatimah Daeng Takontu dan laskar Tobarania Gowa dengan armada lautnya melanjutkan peperangan ke Sumbawa. Madura, Jawa dan Banten dalam memperkuat Barisan Sultan Tirtayasa Banten dan Pangeran Diponegoro untuk merebut Mataram yang dikawal bantuan dari kolonial.
Opu 5 orang bersaudara: Daeng Parani, Daeng Manambung, Daeng Marewa, Daeng Celak dan Daeng Kamase dstnya, dapat ditelusuri dari pustaka sejarah Jakarta dari jaman Fatahilla bahwa ada hubungan genetik/turunan Bugis Makassar terhadap Pangeran Jayakarta, Datuk Tonggana, Datuk Ibrahim, Datuk Merra, Datuk Giong dan M. Husni Thamrin.